Teori Belajar Vygotsky
|Vgotsky sebagai orang yang dianggap pionir dalam filosofi konstruktivisme, Vigotsky lebih suka menyatakan teori pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi sosial (social cognition) Pembelajaran kognisi sosial menyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan individu. Manusia merupakan satu-satunya spesies diatas dunia ini yang memiliki kebudayaan hasil rekayasa sendiri, dan setiap anak manusia berkembang dalam konteks kebudayaannya sendiri. Oleh karenanya, perkembangan pembelajaran anak dipengaruhi banyak maupun sedikit oleh kebudayaannya, termasuk budya dari lingkungan keluarganya di mana ia berkembang. Beberapa kunci pemikiran kognisi sosial dari Vigotsky antara lain adalah:
1. Kebudayaan menciptakan dua macam kontribusi terhadap perkembanga intelektual anak, pertama melalui kebudayaan anak mendapatkan sebagian besar kandungan hasil pemikirannya, yaitu pengetahuanya, kedua, kebudayaan disekelilingnya menyediakan anak proses-proses atau memberi makna terhadap hasil pemikiranya.
2. Perkembangan kognitif yang dihasilkan dari sebuah proses dialektika dimana seorang siswa belajar melalui pengalaman pemecahan masalah akan dipakainya untuk saling berbagi dengan orang lain. Seperti: dengan orang tua, guru, dan biasanya dilakukan dengan teman sebaya.
3. Bahasa adalah bentuk primer dari interaksi, melalui orang dewasa membagi kekayaan pengetahuan yang terkandung dalam kebudayaan kepadaa anak.
4. Sebagai hasil kemajuan belajar, anak-anak memiliki bahasanya sendiri yang dipergunakannya sebagai perangkat primer bagi adaptasi intelektualnya. Bahkan kadang-kadang anak-anak dapat menggunakan bahasanya sendiri untuk mengarahkan perilakunya.
5. Interaksi dengan kebudayaan di sekelilingnya dan agen-agen masyarakat seperti orang tua dengan teman sebaya yang lebih kompeten, menyumbang secara signifikan kepada perkembangan intelektual anak.
Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti berikut:
1. Pembelajaran Sosial (Social Learning). Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa yang lebih cakap.
2. ZPD (Zone of Proximal Development). Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD.
3. Masa Magang Kognitif (Cognitive Apprenticeship). Suatu proses yang menjadikan anak sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.
4. Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning). Vygotsky menekankan pada scaffolding. Scaffolding berarti memberikan kepada anak sejumlah besar dukungan selama tahap-tahao awal pembelajaran.
Berkaitan dengan karya Vygotsky, para kontruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan kelompok belajar. Dengan kelompok belajar memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikrkan siswa kepada teman akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.