Revolusi Mental, siapa???
|Kita harus menang total
Biar revolusi mental
Nananananananana……
Kira-kira itu lirik lagu yang beberapa hari ini terus-terusan ada dalam otakku. Lagu yang dulu sempat ngehits saat pemilihan presiden tahun 2014. Baru pertama ini aku tahu pemilu itu ada lagunya, Yanindra. Biasanya pemilu yang dulu itu kampanye di lapangan terus kemudian dibuka dengan group band papan atas atau nggak gitu dengan penyanyi dangdut. Waktu orasi hanya beberapa menit, dilanjutkan dengan joget lagi. Mungkin yang diorasikan akan kalah dengan lirik lagi yang dinyanyikan oleh biduan dangdut.
Sebuah kampanye baru dalam proses demokrasi di negeri ini.
Mungkin hal tersebut sudah banyak digunakan di negara-negara barat, tapi untuk negara sekelas Indonesia ini merupakan suatu hal yang baru. Katanya konser yang kemarin itu tidak menggunakan uang partai, melainkan sokongan dari beberapa musisi dan seniman yang nggak mau bayaran. Pemilu kemarin memperlihatkan ternyata relawan juga memiliki kekuatan. Salah satunya melalui karya seni.
Akhir melalu kampanye-kampanye unik itu, kemudian terpilihlah presiden baru. Presiden ketujuh republic ini yang diharapkan mampu memberikan perubahan. Negeri ini membutuhkan perubahan, Yanindra. Tujuannya jelas, yakni bisa mengantarkan kesejahteraan bagi segenap bangsa Indonesia secara jasmani maupun rohani. Ngapain kalau kaya bukan hasil kerja keras, melainkan hasil dari korupsi. Makanya aku tertarik sekali dengan revolusi mental, soalnya menurut pikiranku, bangsa ini membutuhkan revolusi mental, Yanindra
Mental pecundang harus dihilangkan
Mental penghutang harus mulai ditinggalkan
Mental pemalas harus digilas
Mental bermuka dua harus tiada
Mental korupsi harus mati
Perbaikan mental bangsa sangat diperlukan. Masalah negeri ini sangat urgen, dari darurat korupsi, darurat prostitusi, darurat narkoba, dan berbagai tindakan kejahatan seakan tumbuh subur di negeri ini. Berbagai cara telah ditempu pemerintah dalam mencegah hal tersebut. Seperti contoh pembentukan KPK untuk mencegah tindakan korupsi. Tapi semua belum maksimal, Yanindra. Karena tiada kesadaran diri dalam pribadi masing-masing.
Terus bagaimana cara revolusi mental sendiri dilakukan?
Terus siapa yang harus merevolusi mental bangsa ini?
Pertanyaannya terus berlanjut dalam benakku, Yanindra. Aku belum bisa memberikan solusi terhadap segala permasalahan ini. Mau bertanya kepada siapa, aku tak tahu Yanindra. Soalnya negeri ini mulai banyak orang-orang yang bermuka dua. Mungkin juga aku termasuk orang itu. Maka sebagai solusinya, aku dendangkan lagu dari Ebit…
“tanya pada rumput yang bergoyang”
SEJARAH SEBELUM BERLAKUNYA UNDANG- UNDANG POKOK AGRARIA Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Hukum Agraria Fakultas …