Rara
|Pada akhirnya ku beranikan diri untuk memulai percakapan Yanindra. Aku nggak ingin kalau semua hanya diam, jiwaku sebagai pemuda mengingatkanku pada nostalgia pada masa lalu ketika para pemuda mulai berisik menentang kebobrokan negeri ini menjelang peristiwa reformasi. Reformasi itu sedikit banyak mirip formasi dalam sepak bola Yanindra, akan tetapi mendapatkan imbuhan “re” pada awal kata yang artinya kembali. Reformasi adalah suatu usaha untuk menata kembali formasi, formasi yang sudah digariskan oleh para leluhur kita Yanindra. Ada yang menyimpang dari jalur yang telah digagas oleh orang-orang masa lalu. Hidup itu seakan melanjutkan paragraph yang telah dibuat orang-orang terdahulu Yanindra.
“mbaknya jurusan apa?”
Kata itulah yang meluncur dari mulutku yang sudah mulai mengering dikarenakan dari tadi diam. Ingin rasanya membasahi bibir ini dengan air, tapi kalau aku gunakan air ludahku katanya malah membuat semakin kering. Oleh karena itu aku mulai memberanikan diri untuk bertanya. Aku sulit untuk diam tidak berbicara Yanindra. Mungkin betul bahwa banyak berbicara itu tidak baik, ada peribahasa air beriak tanda tak dalam, tong kosong berbunyi nyaring atau air tenang menghanyutkan. Akan tetapi kalau aku diam, itu malah bikin ngantuk dan akhirnya tertidur, padahal sejelek-jeleknya umat adalah orang yang ngantukan, Yanindra. Kalau ada yang tidak beres seharusnya langsung diomongkan saja, jangan hanya dipendam dan pada akhirnya meledek menjadi sebuah konflik besar Yanindra.
Aku dari tadi berpikir dalam, kira-kira kata apa yang harus ku keluarkan dari mulutku. Biasanya sih aku bicara ceplas-ceplos seenakku, bibirku bergerak tanpa berpikir panjang. Oleh karena itu biasanya kata-kataku jujur dan sering menyakitkan bagi orang lain Yanindra, mungkin juga kata-kataku pernah menyakitimu, maaf ya. Tapi itulah aku Yanindra, apa adanya. Aku nggak mau seperti para politikus yang pintar bersilat lidah. Berbicara sopan santun untuk menutupi kebusukan yang telah mereka lakukan. Ingat Yanindra, sepandai-pandainya menyimpan bangkai akhirnya ketahuan juga. Oleh karena itu betapa indahnya hidup dalam dekapan kejujuran.
Aku nggak mau pertanyaanku terlalu berat untuknya, Yanindra. Mosok untuk membuka pembicaraan harus ku awali dengan topic yang berat, misalnya saja kenapa penegak hukum saling lempar kasus itu, terus kenapa kok harga beras bisa-bisanya melambung tinggi, apa negara kita bukan lagi negara agraris, dan mengapa begal tiba-tiba menjadi trending topic di negeri ini???. Pertanyaan-pertanyaan itu aku berpikir nggak cocok untuk ku tanyakan pada mbak-mbak cantik yang ada di sebelahku, yang kemarin saat gladi bersih memakai baju berwarna merah.
“pendidikan matematika, lha masnya” jawab mbak itu besertai dengan simpul manis dibibirnya yang berwarna merah.
Wuah matematika, ilmu yang katanya orang sebagai bapaknya ilmu pengetahuan. Aku nggak begitu suka dengan ilmu tersebut Yanindra. Entah kenapa setalah lulus SMA, aku nggak bisa matematika. Mungkin karena ada kata matinya itu Yanindra, jadi itu yang membuat aku nggak suka. Kalau diganti dengan Aljabar mungkin aku bisa berubah pikiran. Aku seperti kebanyakan orang Yanindra, takut mati. Aku nggak seperti orang-orang yang menjadi teroris itu, yang berani mati dengan iming-iming mendapatkan surga. Aku masih ingin hidup lama, aku ingin menjadi manusia yang lebih bermanfaat lagi. Sebaik-baiknya umat adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Jadi tolong manfaatkan aku Yanindra, heoheoheo
“pendidikan sejarah mbak” jawabku tanpa berpikir panjang, tanpa malu apa itu ilmu sejarah.
Sejarah itu ilmu yang mempelajari masa lalu, yang membuat orang-orang gagal move on, yang lalu yang biarlah lalu, dan mari menatap masa depan. Aku pernah diwanti-wanti oleh seseorang, katanya kalau belajar sejarah akan berkepala botak tetapi nggak bagian depan, akan tetapi kepala bagian belakang, ngeri kan Yanindra??? heoheoheo………Itu anggapan sebagian besar orang yang trauma dengan masa lalu Yanindra. Meraka lupa bahwa isi dari kitab suci yang mereka banggakan adalah sejarah para pendahulu. Hidup seperti bercermin pada masa lalu Yanindra. jadi please sukailah sejarah, jangan sukai amarah. Orang-orang negeri ini mulai membanggakan amarah daripada ramah. Lihatlah kasus-kasus pengadilan jalanan, sedikit mulai melunturkan nilai kemanusiaan bangsa kita.
Nama gadis cantik di sebelahku itu Rara, Yanindra. Nggak tepat di sebelahku sih, masih ada satu bangku lagi diantara kita, akan tetapi bangku itu kosong sehingga aku merasa dekat dengan Rara. Mungkin kalau Rara tinggal di tanah leluhurku namanya bukan Rara akan tetapi roro. Ingatanku akan nostalgia masa lalu muncul lagi Yanindra. Kamu masih ingat “Roro Jonggrang” Yanindra???