Polanya sama

mediaKalau dipikir-pikir, Yanindra, berbagai kasus di Indonesia itu memiliki pola yang hampir sama. Berbagai kasus yang datang silih berganti sesuka hati, baik dari kasus korupsi, prostitusi, reklamasi dan kasus kasus yang melanda negeri ini memiliki kesamaan pola. Percaya nggak percaya memang begitu adanya. Kalau kamu mau sedikit merenung dikala malam sebelum mata terpejam, kamu akan menemukan jawaban, Yanindra.

Pola disini bukan pola kejahatannya, Yanindra

Melainkan dalam hal ini adalah pembahasannya.

Sebuah kasus yang muncul kemudian dibahas habis-habisan. Pagi, siang, petang, malam, tengah malam kembali kepagi, berbagai hari kasus itu dibacarakan di media, baik itu elektronik maupun cetak. Dari kasus luar biasa hingga kasus yang biasa-biasa saja. Dari yang melibatkan tokoh papan atas, hingga rakyat jelata yang tidak jelas. Dari yang penting bagi negara, hingga kasus yang tidak ada manfaatnya bagi rakyat jelata. Pembahasan kasusnya di gedung dewan, hingga pos kampling yang bentuknya nggak karuan.

Begitulah adanya, Yanindra.

Lihat lah berbagai kasus yang ada

Bagaimana alotnya sidang Century tempoe doloe yang hampir menyita waktu para anggota DPR waktu itu. Sidang dari pagi hingga tengah malam dilakukan. Dibuat Pansus untuk menyelidik kasus yang diduga merugikan negara. Ada opsi A dan opsi C, pada akhirnya dipilih opsi C sehingga harus dilakukan pemanggilan terhadap pihak yang terkait. Media dimana-mana membahas kasus century. Semau orang juga ikut-ikutan membahas centuty. Tapi hasilnya apa???

Kasus lain lagi

Ketika para pimpinan KPK tiba-tiba dilaporkan ke kepolisian akibat tindakan melawan hukum di masa lalu. Semua media kemudian membahas tentang masalah KPK. Ada berbagai pihak mengatakan bahwa KPK itu manusia biasa yang bisa berbuat salah. Namun juga ada pihak yang mengatakan bahwa itu merupakan tindakan kriminalisasi terhadap pimpinan KPK. Karena selama ini lembaga yang masih mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat adalah KPK. Semua pimpinan KPK dilaporkan pada saat itu, berujung pada pengunduran mas Abraham dan pak Bambang untuk mengikuti proses hukum yang ada. Pengunduran mereka bukan karena mereka bersalah lho, Yanindra. Tapi mereka harus fokus terhadap masalah pribadi baru kemudian menyelesaikan masalah korupsi di negeri ini. Ternyata pada akhir cerita kasus itu menghilang begitu saja.

Kasus apa lagi ya Yanindra?

Soalnya aku bingung, tentang berbagai permasalahan yang ada di negeri ini. Seolah olah masalah di negeri ini tidak mau pergi, datang silih berganti sesuka hati. Kasus yang satu belum selesai sudah berganti membahas kasus yang lain. Berbagai kasus yang melibatkan orang-orang besar itu biasanya tidak mencapai klimaks alias tuntas. Kalau kasus yang melibatkan rakyat jelata, itu satu dua hari tanpa pemberitaan bisa langsung diselesaikan.

Kasus papa minta saham?

Itu juga, Yanindra

Kasus yang dimana “diduga” ketua DPR saat itu, bapak Setyo Novanto mencatut nama Pak Presiden dalam rangka untuk mendapatkan saham di PT Freeport. Kasus itu sempat menggegerkan negeri ini, pak Sudirman Said yang saat itu menjabat sebagai menteri ESDM memiliki rekaman pembicaraan antara Setyo Novanto, pihak PT Freeprot dan seoang pengusaha. Kasus itu kemudian ditanggapi dengan adanya Musyawarah Kehormatan Dewan alias MKD. Seorang ketua DPR melakukan tindakan hina yakni diduga mencatut nama presiden untuk mendapatkan imbalan dalam rangka perpanjangan kontrak PT Freeport. Berbagai pihak marah terhadap tindakan tersebut. Media juga tidak henti mengulas masalah ini. Sidang MKD disiarkan langsung diberbagai stasiun tv swasta. Hasilnya???

Setyo Novanto mengundurkan diri dari DPR menjelang akhir pengumuman keputusan sidang MKD. Sudirman Said kemudian di reshuffle dari kabinet kerja. Terbaru rekaman yang digunakan ternyata tidak valid dikarenakan bukan dari penegak hukum sehingga ada kemungkinan Setyo Novanto bisa kembali duduk menjadi pimpinan DPR. Kasus itu pun juga belum mencapai titik klimaks, Yanindra. Masih ada beberapa perasaan yang mengganjal di hatiku.

Banyak kasus lainnya lagi

Kasus prostitusi

Kasus kopi sianida

Kasus kanjeng taat pribadi

Hingga terbaru kasus yang katanya gubernur DKI melakukan penistaan terhadap agam islam

Sebenarnya sejak sekarang kita nggak perlu kaget dengan pemberitaan kasus tersebut. Kita semakin hari semakin sadar bahwa medialah yang akan menggiring opini kita. Soalnya dari medialah kita mendapatkan informasi tersebut. Kita dicekoki terus dengan berita tersebut, sehingga lama kelamaan kita akan menjadi ikut berpikir seperti apa yang dipikirkan oleh media. Tidak semua media itu objektif, Yanindra, terkadang media itu ada kepentingan untuk meningkatkan rating dan juga sesuai dengan pesanan satu pihak untuk menjatuhkan ataupun mengangkat popularitas pihak tertentu.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *