Pilihan yang tak mudah
|Akhirnya semua harus diputuskan. Manusia adalah maklhuk yang dinamis, bisa kapan saja berubah mengenai apa yang dilakukan. Perubahan sikap ini dianggap wajar oleh sebagian pihak, tapi bagi pihak lain, keputusanku ini juga dianggap kontroversial. Pada awal tahun ini aku sempat mendeklarasikan untuk selalu independen dan menolak untuk pacaran. Aku berjanji pada diriku sendiri dan orang lain bahwa akan selalu menerapkan politik bebas-aktif alias jomblo. Banyak orang yang bilang ini merupakan dejombloisasi. Tapi realitanya tidak segampang itu, Yanindra. Soalnya banyak sekali mbak-mbak gemes yang datang pada ku untuk menguasai hati ku. Heuheuheu
Saat aku mengatakan bahwa lebih baik independen, kemudian banyak teman yang mendukung ku, Yanindra. Teman-teman itu dari berbagai kalangan sangat support kepada keputusan ku itu. Jarang-jarang lho zaman seperti ini seorang anak muda yang tampan menawan dan rupawan memilih untuk bertahan dengan status jomblo dan menampik godaan mbak-mbak yang gemesin. Jadi mereka sangat kagum kepada ku, bahkan mereka mendirikan berbagai posko untuk mendukung kebijakan ku yang memilih jalur independen daripada pacaran.
Kampanye lebih baik independen daripada harus berpacaran sempat dilakukan diberbagai tempat oleh teman ku. Mereka membuka stan untuk mencari dukungan diberbagai tempat dengan cara mengumpulkan KTP agar anak muda memilih jalur independen. Mereka secara sukarela melakukan itu, Yanindra. Aku kan seorang gembel, nggak mungkin bisa aku membiayai kegiatan seperti itu. Dan aku kan bukan pejabat negara, Yanindra, yang mungkin saja bisa melakukan tindakan korupsi. Ingat Yanindra, aku hanya rakyat jelata.
Teman-teman ku sangat antusia dengan keputusan ku untuk memilih dijalur independen. Mereka menyediakan apa saja yang dibutuhkan ku untuk tetap independen. Kalau aku bisa sukses dalam jalur independen, ini dapat dijadikan oleh anak anak muda di berbagai wilayah nusantara untuk tidak pacaran sehingga mereka bisa fokus untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Karena selama ini pacaran disalah artikan tujuan dan kepentingannya. Selama ini pacaran berkaitan dengan uang mahar untuk biaya kencan yang jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit.
Semenjak aku ingin untuk menempuh jalur independen itu, kemudian banyak masalah yang datang bertubi-tubi pada ku, Yanindra. Banyak pihak yang tidak suka dengan pilihan ku menebarkan berbagai fitnah yang bagiku kejam, lebih kejam dari kehidupan kota Jakarta. Aku dibilang hanya cari sensasi, aku malah dibilang korupsi, dan aku bahkan dibilang tidak tahu diri. Tidak hanya kamu wanita yang memprotes jalur pilihan ku ini, Yanindra. Kaum laki laki juga ikut-ikutan latah menentangku. Berbagai cara dicoba untuk menggoda ku agar bisa pindah haluan, tidak memaksakan diri untuk tetap jomblo.
Ternyata pacaran itu hubungan yang sangat cair, Yanindra
Akhirnya aku menyerah juga, Yanindra
Aku tak kuasa dengan rayuan dari seorang mbak-mbak gemes. Pria mana yang tidak klepek-klepek hatinya setiap hari, pagi siang sore hingga malam hari dirayu habis-habisan dengan berbagai cara. Pria mana yang tak tersentuh hatinya melihat begitu hebat perjuangan mbak-mbak gemes itu mendapatkan cintaku. Selama hati dari pria tidak terbuat dari baja, maka akan luluh lah hatinya. Akhirnya harus memilih juga
Ibaratkan pacaran itu naik mobil mewah yang hanya ada aku dan dia, sedangkan jomblo itu bagaikan naik angkot yang sesak penumpangnya.
Apakah ini inkonsistensi?
Apakah ini plin-plan?
Aku juga kurang begitu tahu, Yanindra. Tapi yang dapat aku tekankan disini manusia adalah maklhuk yang dinamis, yang bisa kapan saja berubah. Sekali lagi pacaran itu sangat cair, Yanindra.
Kemarin-kemarin bisa bilang akan maju lewat jalur independen, kalau sekarang ganti melalui jalur partai politik boleh saja kok. Tidak ada larangan yang pasti dalam hukum negeri ini. Dari niatnya maju lewat independen terus pindah ke jalur partai politik nggak masalah, lha wong pindah dari partai satu kepartai yang lain saja juga sah-sah saja kok.
Kesimpulan ku ternyata bukan hanya politik saja yang cair, tapi percintaan juga sama cairnya.
Bukan begitu, Yanindra?