Perlawanan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613 – 16 45)
|Raja Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Sultan Agung berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa seperti Gresik (1613), Tuban (1616), Madura (1624), dan Surabaya (1625). Setelah berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Sultan Agung mengalihkan perhatiannya pada VOC (Kompeni) di Batavia. VOC di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen berusaha mendirikan benteng untuk memperkuat monopolinya di Jawa. Niat VOC (kompeni) tersebut membuat marah Sultan Agung sehingga mengakibatkan Mataram sering bersitegang dengan VOC (kompeni).
Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia, yakni:
- tindakan monopoli yang dilakukan VOC,
- VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka,
- VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram, dan
- keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa.
Sultan Agung menyadari bahwa kompeni Belanda tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu pada tanggal 22 Agustus 1628 Sultan Agung memerintahkan penyerangan pasukan Mataram ke Batavia. Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso dan Dipati Ukur. Kemudian tahun1629, Mataram kembali menyerang VOC di Batavia di bawah pimpinan Suro Agul-Agul, Kyai Adipati Mandurareja, dan Dipati Upasanta. Kedua usaha yang dilakukan oleh Sultan Agung tersebut mengalami kegagalan. Faktor yang menyebabkan kegagalan Sultan Agung dalam susah menguasai Batavia antara lain:
- Munculnya penghianatan dari dalam pasukan Mataram
- Kekurangan bahan makanan akibat dibakar VOC
- Jarak Mataram dengan Batavia yang terlalu jauh
- Berjangkitnya penyakit Pes
- VOC menggunakan taktik perang Parit yang sukar ditembus oleh pasukan Mataram
- Persenjataan yang kalah modern
Meskipun tidak berhasil mengusir VOC dari Batavia, Sultan Agung sudah menunjukkan semangat anti penjajahan asing khususnya kompeni Belanda.
Muanteb
Terima Kasih banyak!