Perlawanan Mataram kepada VOC
VOC yang dibentuk pada tanggal 20 Maret 1602 kemudian muncul sebagai kekuatan yang sangat menakutkan. Berbekal hak octroi, VOC menjadi wakil Belanda di Indonesia. VOC berhasil menaklukan berbagai kerajaan di Indonesia dan memaksa kerajaan tersebut meyerahkan wilayah dan harus menjual rempah-rempah kepada VOC. Pengerahan kekuatan militer yang memiliki senjata modern merupakan keunggulan VOC dibandingkan dengan kekuatan militer dari kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Selain itu politik devide et impera berhasil memperlmah kekuatan kerajaan. Acap kali VOC turut campur dalam suksesi kekuasaan dengan membela salah satu raja dengan satu perjanjian. Kalau calon raja tersebut menang maka VOC akan mendapatkan imbalan.
Merasa dikekang oleh VOC, maka terjadilah pemberontakan di berbagai wilayah di Indonesia. Tipe pemberontakan masih bersifat tradisional yaitu tidak tersusun dengan rapi. Penggunaan senjata tradisional dan dipimpin oleh tokoh yang dianggap memiliki kekuatan lebih merupakan ciri lain dari perlawanan terhadap VOC. Persatuan dan kesatuan belum terbentuk sehingga ruang lingkup perlawanan dalam daerah yang sempit, sehingga dengan mudah VOC dapat memadamkan perlawanan tersebut. Berikut ini diantara perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap kongsi dagang buatan Belanda tersebut
Perlawanan terhadap monopoli perdagangan VOC dilakukan oleh Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung berambisi untuk menguasai seluruh tanah Jawa. Mataram yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Pajang mampu menjadi kerajaan yang disegani di pulau Jawa. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan VOC yang berpusat di Batavia. Di dunia tidak boleh ada dua matahari yang menyinari, oleh karena itu salah satu harus tunduk kepada yang lain. VOC juga memiliki misi untuk memperluas wilayahnya. Pertentangan tidak dapat dihindarkan. Sultan Agung kemudian mempersiapkan tentara guna menyerang Batavia. Pada fase awal ini Mataram bersifat ofensif, sementara VOC hanya defensif.
Dalam sejarah tercatat Mataram melakukan serangan ke Batavia sebanyak dua kali yaitu 1628 dan 1629. Pada serangan pertama pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso dan Temenggung Agul-Agul, pada serangan yang pertama ini gagal. Terjadi pertempuran sengit di sekitar Benteng Holandia. Tidak kurang dari 1.000 prajurit mataram gugur dalam perlawanan tersebut. Ada beberapa hal yang membuat perlawanan gagal pada serangan yang pertama ini, diantaranya jarak terlalu jauh dari Mataram sehingga membuat tentara Mataram kelelahan. Bayangkan saja dari sekitar Kota Gede di Yogyakarta menuju Batavia berapa ribu kilometer yang harus ditempah. Kendaraan zaman dahulu belum maju seperti saat ini. Kendaraan utama mereka adalah kuda dan tidak semua berkuda melainkan harus jalan kaki. Selain itu juga dikarenakan bahan makanan yang kurang sehingga membuat tentara Mataram kelelahan. Factor senjata juga berpengaruh terhadap kekalahan yang pertama ini.
Senjata orang-orang Jawa saat itu masih sangat tradisional yaitu hanya menggunakan keris atau dengan menggunakan tombak. Sedangkan Belanda sudah menggunakan senjata militer modern. Meskipun jumlah orang Jawa lebih banyak berapa kalilipat, akan tetapi sulit menaklukan tentara VOC. Orang-orang Jawa yang memiliki kekuatan magis seolah-olah tidak ada apa-apanya dihadapan tentara Belanda. Mungkin kekuatan orang Jawa hanya mampu atau terlihat saat menghadapi orang-orang Indonesia di pulau lainnya. Kekuatan seperti santet seolah-olah tidak mempan bagi orang-orang Belanda. Tubuh orang Jawa yang katanya berotot kawat dan bertulang besi menjadi tembus akibat hujaman pelor dari tentara VOC.
Merasa penasaran dengan kegagalan serangan yang pertama, kemudian Sultan Agung mempersiapkan lebih cermat mengenai persediaan pangan tentara. Banyak daerah di sepanjang perjalanan menuju Batavia dibuka sebagai lahan pertanian. Sehingga diharapkan persediaan pangan akan terpenuhi. Serangan kali ini persiapkan sebaik mungkin. Tentara pada serangan kedua ini dipimpin oleh Pangeran Puger dan K.A Purbaya. Benteng Holandia kemudian diserang dengan menggali parit-parit, air parit kemudian diberi bangkai agar tercium bau busuk yang melemahkan tentara VOC. Air yang tercemer tersebut kemudian menyebabkan berbagai penyakit salah satunya adalah penyakit pes yang ternyata juga diderita oleh tentara Mataram.
Benteng Holandia kemudian berhasil dirusak, kemudian merangsek menuju benteng Bommel. Namun serangan ini akhirnya gagal dikarenakan tentara Mataram kehabisan logistic akibat dibakarnya lumbung-lumbung beras oleh VOC. Ternyata ada musuh dalam selimut yang membocorkan tempat Mataram menimbun makanan. Akibatnya serangan yang kedua inipun Mataram gagal menaklukan VOC di Batavia. Setelah berakhirnya kekuasaan Sultan Agung, hegemoni VOC di tanah Jawa semakin menjadi. VOC berhasil menanamkan pengaruhnya dalam lingkungan istana kerajaan Mataram. Dengan politik adu domba yang dijalankan, semakin membuat Mataram jatuh dalam pengaruh VOC.
Akan tetapi perjuangan melawan VOC tidak berhenti pada apa yang dilakukan oleh Sultan Agung, melainkan dilanjutkan dengan perlawanan orang-orang dari Mataram lainnya diantaranya oleh Trunojoyo (1647-1679), Untung Surapati (1683-1706), dan Perlawanan oleh Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) pada tahun 1749-1757. Perlawanan tersebut berhasil dipadamkan oleh VOC dikarenakan perlawanan saat itu belum ada kesatuan dan persatuan antara para pemimpin untuk melakukan perlawanan. Pada akhirnya Mataram berhasil dipecah menjadi beberapa kerajaan yang berukuran lebih kecil yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Mangkunegaran dan Pakualaman. Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta merupakan hasil dari Perjanjian Gianti (1755). Sementara itu Kasunanan Surakarta dipecah menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran yang merupakan hasil dari Perjanjian Salatiga (1813).
Dari berbagai perlawanan tersebut menggambarkan kepada kita perjuangan yang tidak mengenal lelah meskipun menghadapi kegagalan. Berbagai peristiwa tersebut juga menyadarkan kepada kita seberapa penting arti persatuan dan kesatuan. Sebagai generasi masa kini, alangkah indahnya bila kita tetap selalu menjada persatuan dan kesatuan. Seperti kata pepatah, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Related Posts
-
Pengaruh Sistem Ekonomi Liberal di Indonesia
Tidak ada Komentar | Jan 13, 2018
-
Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia
3 Komentar | Agu 17, 2017
-
Masa Awal VOC
1 Komentar | Agu 14, 2016
-
Pelayaran Hongi VOC
Tidak ada Komentar | Mei 20, 2016
About The Author
doni setyawan
Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih