Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
|Setelah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan bangsa Indonesia belum berhenti begitu saja. Masalah kemudian datang setelah AFNEI yang datang dibonceng oleh NICA yang ingin kembali menguasai Indonesia. Permasalahan lain juga timbul, yakni adanya diisintgerasi di berbagai daerah. Disintegrasi ini ditimbulkan oleh berbagai hal. Salah satu pemberontakan yang memiliki jaringan paling luas adalah pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang juga terkenal dengan nama Negara Islam Indonesia (NII).
Pemberontakan DI/TII memiliki jaringan luas dikarenakan berdasarkan ideology agama sebagai pemersatunya. Pemberontakan ini diawali di Jawa Barat kemudian menyebar ke berbagai daerah lain, seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh dan Kalimantan Selatan. Pemberontakan DI/TII diawali dengan proklamasi Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Agusutus 1949 oleh Kartosuwiryo sebagai kepala negaranya. Penyebab dari pemberontakan ini adalah (1) Kekecewaan Kartosuwiryo terhadap perjanjian Renville yang mengharuskan wilayah Jawa Barat dikosongkan oleh tentara RI (2) Adanya kekosongan militer di Jawa Barat yang kemudian dimanfaatkan Kartosuwiryo untuk memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Tindakan dari Kartosuwiryo ini kemudian diikuti oleh berbagai daerah yang menggabungkan diri dengan DI/TII Jawa Barat.
Pada tanggal 23 Agustus 1949 di desa Pangarasan, Tegal, Amir Fatah menyatakan diri bergabung dengan DI/TII Jawa Barat pimpinan Kartosuwiryo. Selain Amir Fatah, Kyai Somalangu pun menyatakan diri bergabung dengan perjuangan Kartosuwiryo. Ketidakpuasan Kahar Muzakar terhadap kebijakan pemerintah mengenai rasionalisasi militer membuatnya menggabungkan diri dengan DI/TII Kartosuwiryo. Kahar Muzakar menginginkan agar lascar-laskar Sulawesi Selatan tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) tanpa melalui seleksi diangkat menjadi tentara Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Namun tuntutan tersebut tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah. Kekecewaan inilah yang membulatkan tekad Kahar Muzakar untuk menggabungkan diri dengan NII.
Selain daerah yang disebutkan di atas, berbagai daerah juga mendukung berdirinya NII. Aceh yang diturunkan statusnya menjadid daerah karisedanan kemudian Daud Beureh menyatakan bahwa Aceh bergabung dengan NII. Sedangkan di Kalimantan Selatana, gerakan Kesatuan Rakyat yang Tertindah (KRYT) yang dipimpin oleh Ibnu Hajar juga menyatakan bahwa kesatuannya bergabung dengan NII yang dipimpin oleh Kartosuwiryo.
Di dalam menggapai hal tersebut, pemerintah tidak tinggal diam. Berbagai upaya, baik itu secara damai maupun militer dilakukan oleh pemerintah. Antara lain
- Penumpasan DI/TII Jabar. Pada awal pemerintah RI berupaya menyelesaikan pemberontakan dengan cara damai dengan membentuk komite yang dipimpin oleh Moh. Natsir, namun gagal. Maka ditempuh operasi militer yang dinamakan Operasi Bharatayudha. Kartosuwiryo akhirnya tertangkap di Gunung Salak Majalaya pada tanggal 4 Juni 1962 melalui operasi Bharatayudha dengan taktik Pagar Betis yang dilakukan oleh TNI dengan rakyat. Kartosuwiryo kemudian dijatuhi hukuman mati.
- Penumpasan DI/TII Jateng. Penyelesaian pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dilakukan dengan membentuk pasukan khusus yang diberi nama Banteng Raiders. Operasi penumpasannya diberi nama Operasi Gerakan Benteng Negara di bawah pimpinan Letkol Sarbini, kemudian dipimpin oleh Letkol M. Bachrun dan selanjutnya dipimpin oleh Letkol Ahmad Yani.
- Penumpasan DI/TII Sulsel. Untuk mengataasi pemberontakan Kahar Muzakar, pemerintah melancarkan operasi militer dengan mengirimkan pasukan dari Devisi Siliwangi. Pemberontakan Kahar Muzakar cukup sulit untuk ditumpas, mengingat pasukan Kahar Muzakar sangat mengenal medan pertempuran. Akhirnya pada bulan februari 1965 Kahar Muzakar tewas dalam sebuah pertempuran. Pembrontakan benar-benar dapat ditumpas pada Juli 1965.
- Penumpusan DI/TII Aceh. Pemerintah pusat berusaha untuk mengatasi pemberontakan Daud Beureuh dengan memberikan status daerah istimewa bagi Aceh dengan hak-hak otonomi yang luas. Atas inisiatif Kolonel yasin, diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang berlangsung pada tanggal 17-21 Desember 1962. Akhirnya pemberontakan DI/TII di Aceh dapat diselesaikan dengan damai.
- Penumpasan DI/TII Kalsel. Penyelesaian pemberontakan Ibnu Hajar dilakukan dengan jalan damai dan operasi militer. Pada tahun 1963, pasukan Ibnu Hajar dapat ditumpas dan Ibnu hajar dijatuhi hukuman mati.
Berbagai pemberontakan di atas, sulit untuk ditumpas, hal ini dasarkan pada semangat jihad yang dimiliki oleh para pemberontak. Selain itu medan pertempuran juga menjadi penghalang bagi penumpasan. Pada akhirnya atas perjuangan tentara Indonesia dengan bantuan rakyat satu demi satu pemberontakan bisa ditumpas. Tugas bagi kita selanjutnya adalah tetap menjadi persatuan dan kesatuan negara republic Indonesia.
Untuk materi tentang bentuk bentuk ancaman disintegrasi bangsa silahkan kunjungi link youtube berikut ini. Kalau bermanfaat jangan lupa subscribe, like dan share.. Terimakasih