Pemberontakan Andi Aziz
|Pemberontakan Andi Azis[1] dipimpin oleh Andi Azis. Seperti halnya pemberontakan APRA di Bandung, peristiwa Andi Aziz berawal dari tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL (pasukan Belanda di Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS[2] di Negara Indonesia Timur (NIT)[3]. Ketika akhirnya tentara Indonesia benar-benar didatangkan ke Sulawesi Selatan dengan tujuan memelihara keamanan, hal ini menyulut ketidakpuasan di kalangan pasukan Andi Aziz. Ada kekhawatiran dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka akan diperlakukan secara diskriminatif oleh pimpinan APRIS/TNI.
Pasukan KNIL di bawah pimpinan Andi Aziz pada tanggal 5 April 1950 kemudian bereaksi dengan menduduki beberapa tempat penting, bahkan menawan Panglima Teritorium (wilayah) Indonesia Timur, Letkol Achmad Yusuf Mokoginto. Adapun faktor yang menyebabkan gerakan Andi Aziz antara lain:
- Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggungjawab atas keamanan Negara Indonesia Timur (NIT)
- Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
- Tetap mempertahankan berdirinya Negara Indonesai Timur
Pada bulan April 1950, pemerintah memerintahkan Andi Aziz agar melapor ke Jakarta akibat peristiwa tersebut, dan menarik pasukannya dari tempat-tempat yang telah diduduki, menyerahkan senjata serta membebaskan tawanan yang telah mereka tangkap. Tenggat waktu melapor adalah 4 x 24 jam. Namun Andi Aziz ternyata terlambat melapor, sementara pasukannya telah berontak. Andi Aziz pun segera ditangkap di Jakarta setibanya ia ke sana dari Makasar. Ia juga kemudian mengakui bahwa aksi yang dilakukannya berawal dari rasa tidak puas terhadap APRIS. Pada persidangan, Andi Azis dihukum penjara selama 14 tahun.
Guna menumpas pemberontakan Andi Azis kemudian pemerintah RIS membentuk pasukan gabungan Ekspedisi Indonesia Timur. Pasukan ini terdiri dari batalyon ADRIS dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur didukung oleh AURIS, ALRIS dan Kepolisian di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang. Pada tanggal 26 April 1950, ekspedisi pimpinan Alex Kawilarang mendarat, setelah sebelumnya didahului oleh Batalyon Worang yang mendarat pada 18 April 1950.
Sebagian pasukan Andi Azis yang dapat melarikan diri kemudian bergabung dengan pemberontakan Republik Maluku Selatan yang dipimpin oleh Soumokil[4].
[1] Andi Azis merupakan putra asli Indonesia kelahiran Sulawesi Selatan. Andi Azis pernah hidup di negeri Belanda (1935). Andi Aziz pernah mengikuti pendidikan militer di Inggris lulus dengan pujian sebagai prajurit komando (1945). Pasca kemerdekaan Indonesia, Andi Aziz kembali ke Indonesia. Pada tahun 1948 Andi Azis dikirim ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan Kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125 anak buahnya dari KNIL. Dalam susunan APRIS, kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi kapten.
[2] APRIS merupakan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat yang terdiri dari anggota TNI dan KNIL dengan TNI sebagai intinya
[3] Negara Indonesia Timur (NIT) dibentuk berdasarkan Konferensi Denpasar tabga 18-24 Desember 1946. Selaku kepala negara NIT adalah Cokorda Gde Raka Sukawati. Wilayah NIT melliputi Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku
[4] Soumokil adalah Jaksa Agung dari Negara Indonesia Timur (NIT) yang setelah kegagalan pemberontakan Andi Azis kemudian memproklamasikan negara Republik Maluku Selatan yang lepas dari RIS maupun NIT.
Untuk materi tentang bentuk bentuk ancaman disintegrasi bangsa silahkan kunjungi link youtube berikut ini. Kalau bermanfaat jangan lupa subscribe, like dan share.. Terimakasih