Ngiri
|Kadang aku merasa iri kepada mereka Yanindra. Perasaan itu muncul begitu saja, mungkin ini merupakan satu hal yang muncul dari alam bawah sadarku. Katanya dengan kekosongan diri, kita bisa mendekarkan diri dengan Tuhan. Ketika ketidaksadaran itu muncul aku tidak bisa melawannya Yanindra. Itu semua lahir dari dalam, entah dalam mana aku tidak tahu. Ketidaktahuanku itu mungkin disebabkan oleh kediamanku selama ini dalam menyikapi berbagai hal. Setiap orang berkata yang menyudutkanku, dan aku hanya membalas mereka dengan senyuman semata.
Mereka yang ketika malam mingguan bisa pergi dengan kekasihnya. Memamerkan keromantisan yang bentuknya hanya sebatas semu belaka. Kisah cinta anak muda saat ini hanya dibalut nafsu, bukan berlandaskan cinta dan kasih, itulah yang diungkapkan salah satu temanku. Entah ia itu agamanya apa, kalau dulu sih sama dengan agamaku, tapi kelihatannya kini ia memiliki keyakinan yang lain. Hidup itu cinta dan kasih Yanindra, manusia harus bisa menyebarkan ajaran cinta kasih tersebut.
Mereka, sepasang kekasih yang sedang duduk di bangku sebuah taman dan saling berpegangan tangan, dan sesekali aku melihat mereka saling berpelukan Yanindra. Mungkin mereka sudah memalingkan dunia dan mengganggap bahwa dunia milik mereka. Pacaran model zaman modern ini sudah sangat berbeda dengan masa lalu ku Yanindra. Jangankan untuk berpegangan tangan dan berpelukan, untuk sekedar memandang matanyapun sudah membuat raga ini seakan terbang ke langit yang tinggi. Ya itulah zeitgeist Yanindra, setiap waktu akan menuliskan sejarahnya sendiri.
Dulu mau ketemu dengan wanita yang dicintai itu kaki terasa berat, mulut itu sulit untuk terbuka dan mata tak berani memandang. Melalui surat, isi perasaan diutarakan. Melalui rangkaian kata itulah biasanya perasaan seseorang bisa diketahui. Dulu alat komunikasi tidak secanggih sekarang ini Yanindra. Kemajuan teknologi telah merubah segalanya Yanindra. Sudah merubah yang dulu hitam kini menjadi samar.
Tapi sebenarnya esensinya sama Yanindra, cinta kasih, akan tetapi balutan luarnya saja yang berbeda. Atau bahkan mereka sudah melupakan esensi dari isi, dan hanya terbatas dalam kulit luarnya semata, entahlah Yanindra.
***
Lihat para pejabat itu Yanindra, bikin ngiri para rakyat. Mereka mendapatkan gaji yang lumayan untuk menghidupi anak istri mereka. Mereka mendapatkan fasilitas negara yang berbeda dengan rakyat biasa. Baru-baru ini mereka mendapatkan bantuan untuk kredit mobil. Sementara itu rakyat yang mereka wakili hidupnya terombang-ambing bagaikan lampu minyak yang terterpa angin. Ya masalah mereka pada minyak, bensin. Mosok berungkali harga bensin naik dan turun. Kurang dari setahun saja, harga minyak sudah tahun berapa kali naik-turun, hingga rakyat sekarang sudah acuh tak acuh lagi. Kalau dulu sempat aku melihat orang-orang yang demo akibat naiknya harga bensin, tapi kini sudah jarang lagi aku melihat demo menolak kenaikan harga bensin.
Bukan mereka tidak terbebani Yanindra, dan bukan pula mereka mulai sadar bahwa kebijakan ini untuk mengamankan keuangan negara. Tapi mereka sudah lelah berteriak karena ya selama ini teriakan mereka tidak didengar. Para pemangku kekuasaaan seakan sudah tuli dan buta, sehingga rakyat bingung bagaimana menyampaikan keluh kesah mereka. Ya tepat Yanindra, tempat keluh kesah manusia adalah pada Tuhan. Sungguh beruntung orang yang memiliki banyak masalah, karena mereka bisa dekat dengan Tuhan. Manusia ya seperti itu Yanindra, kalau lagi hidup senang kadang melupakan Tuhan. Sehingga ada orang yang bilang kalau Tuhan itu ada untuk membantu manusia mengatasi masalahnya.
Sudah lupakan itu semua Yanindra. kamu nggak usah ikut-ikutan ngiri pada pejabat itu lho ya. Kata orang iri itu tanda tak mampu Yanindra. dan iri juga merupakan sifat yang seharusnya dijauhi oleh umat manusia. Tapi Tuhan pasti mengizinkan aku untuk iri pada hubunganmu dan si dia.
Saat yang lain pergi berpasangan, aku hanya sendirian sambil menbolak-balik halaman buku.
Dimana engkau berada, Yanindra???