Namanya nggak suka
|Namanya orang nggak suka, ya tetap nggak suka. Semua yang dilakukan tidak pernah menjadi benar dimata mereka. Walaupun kita sudah berbuat sebaik mungkin untuk membangun negeri ini, tapi apa daya, mereka yang dari awal tidak suka sampai sekarang masih saja tidak suka. Padahal berbagai cara telah dilakukan untuk menyakinkan mereka, bahwa ini adalah pilihan yang sudah tepat. Kerja kerja dan kerja selalu dilakukan, tapi tidak pernah ada nilainya dimata mereka. Apa mungkin hati mereka terbuat dari batu, ya Yanindra???
Suka dan tidak suka itu subjektif, Yanindra
Seburuk apapun sesuatu, kalau sudah dipilih ya tetap dipertahankan terus
Orang-orang yang mengidolai kelewat batas, biasanya tidak bisa sedikit bersikap objektif.
Mulai dari awal ketika Pak Jokowi dicalonkan oleh PDIP untuk menjadi calon presiden Indonesia yang ke-7, selalu dihantam berbagai persoalan. Salah satunya adalah adanya kampanye hitam pada saat pemilu seperti
Isu tentang keluarga Jokowi yang katanya orang Cina
Isu PKI
Isu Jokowi agen dari Syiah
Ada yang bilang Jokowi adalah presiden boneka
Berbagai cara ditempuh oleh pihak pihak yang tidak suka dengan Pak Jokowi. Penyebaran berita bohong dilakukan dengan terstruktur, sistemis dan massif sehingga membuat seolah-olah berita itu merupakan berita yang benar. Pihak-pihak yang bersumbu pendek, yang hanya menerima informasi dari satu pihak saja kemudian menganggap bahwa berita itu memang benar adanya. Mereka tidak melakukan kroscek terhadap media lainnya. Media sangat mudah mempengaruhi orang-orang. Kebanyakan orang yang menerima berita dari televisi, Koran atau internet menganggap berita itu benar. Padahal itu hanya merupakan berita HOAK semata
Pada saat pemilihan presiden berakhir, terdapat hal yang ganjil, Yanindra. Dua belah pihak mengeklaim kemenangan dipihak masing-masing. Malah ada yang sampai sujud syukur atas kemenangan calon yang mereka dukung. Hal ini salah satu penyebabnya adalah media. Sungguh aneh lembaga quick qount yang menggunakan metode sempel bisa berbeda hasil, padahal secara metodologi mereka menerapkan hal yang sama. Akhirnya, berdasarkan real qount pasangan Jokowi lah yang memenangkan Pemilu 2014. Berbagai pihak yang tidak puas kemudian protes, walaupun pada akhirnya gagal juga.
Ketidaksukaan tersebut berlanjut tatkala Jokowi menjabat sebagai presiden. Mereka selalu mengkritisi apa yang dilakukan oleh presiden. Sebenarnya pada hakikatnya, kritik itu bagus, kalau-kalau kritik yang dilakukan adalah kritik yang membangun. Tapi selama ini pada hakikatnya mereka melakukan kritik berupaya untuk menjelek-jelekkan Jokowi dengan berbagai cara yang ditempuh.
Mereka menjelek-jelekkan Jokowi selain karena kebijakannya yang tidak sesuai dengan angan-angan mereka. Kebijakan yang tidak sesuai dengan kepentingan kelompok mereka. Sehingga hujatan bertubi-tubi dari mereka untuk presiden Indonesia itu. Dari yang namanya presiden boneka, presiden yang pro Cina, presiden yang mengangkat orang-orang Kristen sebagai pejabat dan lain sebagainya.
Sama dengan orang yang selalu tidak suka dengan Jokowi, Yanindra
Aku tetap juga selalu suka Jokowi, dari dulu hingga sekarang. Walaupun kadang ada beberapa kebijakan atau keputusannya yang kurang bisa aku pahami.
Kalau boleh saran bagi mereka, “jangan kalian menjelek-jelekkan orang baik, selain kalian jelek-jelekkan, orang baik itu akan semakin nampak baik. Lebih baik kalian sanjung-sanjung mereka, maka dengan sendirnya akan nampak watak asli mereka”
Bukan begitu, Yanindra???