Menunggu dan menunggu
|Menunggu itu memang menjengkelkan Yanindra. Itu yang mungkin dirasakan oleh ibuku yang dari tadi mondar-mandir masuk keluar rumah. Beliau sedang menunggu penjual sayur keliling Yanindra. Sudah beberapa hari ini, penjual sayur tidak berjualan Yanindra, hal itu menyebabkan aku harus berlaukkan sambal dan kerupuk. Enaknya makanan kami tergantung dari bakul sayur Yanindra. Padahal dulu, ku coba untuk bernostalgia dengan masa lampau, semua kebutuhan pangan kami tinggal petik di sawah atau di kebun, semua sudah tersedia Yanindra. Semenjak kedatangan penjual sayur keliling, kami sekampung jadi malas untuk bertanam sayuran di kebun. Kami memilih untuk membeli sayuran yang dijual oleh mereka. Kalau Bung Karno bilang, inilah konsep Marhein sejati.
Kehidupan memang sudah berganti Yanindra, kalau kita menginginkan hidup seperti masa lampau lagi itu hal yang sulit. Sudah berbeda zaman Yanindra, hidup zaman sekarang sudah berbeda dengan hidup masa lampau, harga bensin sekarang dan dulu sudah sangat berbeda. Yang masih sama adalah adanya para pejabat licik yang mendzolimi orang-orang baik. Orang-orang baik itu memang perlu dilindungi dan kalau bisa dikemabangbiakan agar spesies mereka dapat bertahan Yanindra. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan formal, sekolah. Sudah termaktub dalam pembukaan undang-undang dasar salah satu tujuan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Kapan kita melihat orang-orang baik itu dilahirkan dari proses pendidikan Yanindra??? Kita juga harus menunggu Yanindra.
Ibuku dan ibu-ibu yang lain di sekitar rumahku dulu tidak tergantung dari penjual sayur keliling Yanindra. Meraka hidup mandiri dan berdikari, kebutuhan sayur mayur dapat dihasilkan sendiri dari kebun sekitar rumah atau nggak juga di tegalan. Mereka benar-benar menerepkan ajaran Bung Karno tentang Marhenisme yang mampu swasembada pangan. Nah kini semua berbeda, Yanindra, kebutuhan akan sayur mayur dan lauk pauk yang kami konsumsi setiap hari dipenuhi oleh ibukku dari penjual sayur keliling. Ibuku menjadi ketergantungan terhadap penjual sayur keliling, yang membuat ibuku kini menjadi orang yang tidak merdeka lagi. Setiap pagi harus menunggu tukang sayur lewat dengan setia sembari menunggu matahari keluar dari peraduannya.
Rakyat juga dibuat untuk menunggu, Yanindra, menunggu negara ini bisa menciptakan kesejahteraan bagi semua. Tapi buktinya selama ini belum tercium bau sejahtera. Kebijakan yang seharusnya pro rakyat seolah kalah dengan kebijakan yang pro kepentingan partai atau bahkan pro terhadap asing. Memang benar sih, anggota partai itu juga rakyat, akan tetapi presiden itu bukan presidennya partai melainkan beliau adalah presidennya seluruh tumpah darah Indonesia yang medeka berdaulat adil dan makmur. Ngomong-ngomong presiden yang baru ini bukanlah pimpinan partai poilitik lho Yanindra, presiden yang lahir dari rakyat sendiri. Kita masih ingat pak SBY dengan partai Demokratnya, mbak Megawati dengan PDIPnya, Gus Dur dengan PKBnya, Pak Harto dengan Golkarnya, Bung Karno dengan PNInya. Wuah ada yang terlewat Yanindra, siapa??? Oalah pak Habibie tow, kalau itu aku kurang tau partainya apa Yanindra. Beliaukan menggantikan presiden Soeharto.
Jangan sampai rakyat dibuat kecanduan harapan, Yanindra. rakyat sudah mulai lelah menunggu dan terus menunggu datangnya ratu adil yang nanti dikemudian hari mendatangkan kesejahteraan bersama. Ratu adil yang memimpin secara bijaksana dan mampu mengangkat bangsa ini dari keterpurukan menuju kejayaan. Pemimpin yang mampu membawa negeri ini bebas dari abad kegelapan menuju abad pencerahan. Pemimpin yang mengerti apa yang disuarakan oleh rakyatnya, bukan rakyat partainya, ya Yanindra.
Kamu pasti juga sering menunggu dia untuk datang ke rumahmu dan melamarku kan Yanindra. Sayang ya itu belum bisa terjadi. Bukannya dia belum yakin dengan kamu Yanindra, namun ada satu dua hal yang harus dia selesaikan dulu, baru nanti mempersuntingmu. Ya aku tahulah Yanindra, aku kan sering melihat acara gossip di televisi. Apapun yang dilakukan artis hingga kegiatan yang nggak pentingpun, mesti disorot kamera televisi Yanindra. Dia itu sangat mencintaimu Yanindra. Jadi bersabarlah menunggu dia, seperti ibuku yang selalu setia menunggu tukang sayur tiba, Yanindra.