Melewatkan
|Aku melewatkan seorang mbak-mbak gemes yang selama ini ada disampingku, untuk menjadi pacarku. Benar, sungguh benar, penyesalan itu datang dibelakang. Baru kini aku sadari, pencarian cintaku itu sebenarnya dia ada di dekatku, sayang sungguh sayang aku melawatkannya. Aku terlalu jauh memandang ke depan dan tidak memperhatikan di sekitarku. Sudah berapa kali ini terjadi padaku, terulang lagi dan terulang. Aku sungguh bodoh tidak belajar dari masa lalu kelamku, aku gagal untuk belajar sejarah masa laluku. Kegagalan dalam mendapatkan kebijaksanaan dari peristiwa masa lalu. Padahal itu kan inti belajar sejarah, make a man wisdom.
Serius, Yanindra.
Ini benar-benar masalah serius, lebih serius dibandingkan apa pemerintah harus meminta maaf kepada korban malapetaka enam lima. Itu kan sudah peristiwa masa lalu yang sudah lama, lha wong saat para pelakunya saja masih hidup, kasus tersebut tidak bisa terurati, apalagi kini disaat para saksi sudah terurai dalam tanah. Biarkan masalah maaf dan memaafkan itu diurus negara, Yanindra. Asalkan negara memang bertindak sesuai dengan bukti-bukti yang sudah ada dan bukan hanya rekayasa belaka. Atau malah perlu tidaknya meminta maaf ini hanya akal-akalan agar mengalihkan isu semakin merosotnya nilai tukar rupiah. Semoga masih ada jiwa bersih dari pemangku kekuasaan.
Mbak-mbak gemes itu akrab sekali denganku, Yanindra. Kami kenal sudah lama, dari awal kuliah hingga lulus, kami selalu bersama-sama. Statusku jomblo, dan mbak-mbak gemes itu sebenarnya juga baru saja jomblo, Yanindra. Aku dengar kabar, beberapa hari yang lalu mbak-mbak gemes itu baru saja putus dengan pacarnya. Padahal jalinan kisah asmaranya kalau nggak salah sudah tiga setengah tahun. Tiga setengah tahun itu bukan waktu yang singkat, meski lebih pendek daripada tiga setengah abad. Tiga setengah tahun mesti banyak dibumbui kisah romantika hingga problemantika. Tiga setengah tahun juga lamanya negara kita dijajah oleh Jepang. Hitungannya gimana aku kurang paham, Yanindra, yang aku tahu Jepang awal menjajah pada tanggal 8 Maret 42, dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 45.
Sayang Yanindra, sungguh sayang
Karena kebodohanku dan kurang kepekaanku, semua berlalu begitu saja. Aku benar-benar bodoh, Yanindra, wanita itu kurang apa sih? Cantik iya, pintar iya, baik juga iya, tapi kenapa kok bisanya aku melewatkannya. Aku benar-benar kurang peka, Yanindra. Semenjak putus dari kekasihnya, mbak-mbak gemes itu sangat dekat denganku. Bahkan banyak orang yang bilang kalau kami sudah jadian, padahal belum. Bagaimana tidak orang-orang mengira seperti itu, Yanindra, lha wong setiap hari kamu selalu bareng, baik kuliah makan siang dan kegiatan lainnya. Mbak-mbak gemes itu selalu perhatian kepadaku, sebagian tugas-tugas kuliah ku itu adalah hasil karyanya. Mbak mbak gemes itu selalu mengingatkanku kalau besok ada ujian.
Kini aku merasa menjadi manusia yang paling bodoh. Aku melewatkan mbak-mbak gemes itu yang memberikan perhatian lebih kepadaku. Semua sudah terjadi lagi dan mungkin tidak akan bisa terulang lagi. Kini mbak-mbak gemes sudah memiliki pasangan baru. Wanita itu mencari lelaki yang mau dan mampu memperjuangkannya. Dan itu bukanlah aku, Yanindra. Aku mau memperjuangkan akan tetapi tidak mampu untuk berjuang. Ada sesuatu hal yang membuatku tetap berkutat dengan status jomblo ini. Bukan, Yanindra, bukan karena aku menurut prinsip politik luar negeri ini, melainkan ada sesuatu yang tidak bisa aku ungkapkan.
Ya kekecewaan memang datangnya dibelakang. Padahal kalau aku lebih awas sedikit saja, aku pasti sudah mendapatkan pasangan hidup, yang tidak hanya bisa menjadi istri, melainkan sebagai ibu, dan juga sebagai teman perjuangan. Tapi semua kini telah berlalu, semua tinggal kepingan masa lalu.