Main Curang

main-curangBerita mengenai hiruk pikuk Pilkada serentak tahun 2017 ada dimana-mana, baik itu televisi, surat kabar cetak, hingga berita online membicarakan topic tersebut. Pilkada tinggal menghitung bulan, berbagai maneuver politik sudah dilakukan, pertandingan akan segera dimulai setelah KPU mengumumkan peserta pemilu. Berbagai cara dilakukan masing masing calon untuk bisa menjadi sang pemenang yang memegang tampuk kekuasaan lima tahun mendatang. Baik dengan cara yang elegan maupun cara yang curang bisa jadi dilakukan.

Itu kira kira gambaran singkat mengenai Pilkada, Yanindra

Proses memperoleh kekuasaan itu tidak bisa didapatkan secara instan, melainkan melalui jalan yang berliku tajam. Menempuh cara yang berbagai macam, untung kalau bisa menang, buntung bila mengalami kekalahan. Sudah habis ratusan juta hingga milyaran, akhirnya harus mengakui keunggulan “lawan”. Kita bisa belajar dari kasus Pemilu 2014 kemarin, saat itu Win-HT promosi setiap hari baik itu dilayar televisi hingga baliho dijalan-jalan. Jangankan untuk menang, untuk bisa menjadi kandidat secara tidak ada partai yang mengusung mereka, Yanindra.

Oh ya, bukan “lawan” Yanindra, akan tetapi teman dalam berdemokrasi itu katanya pak Anies

Mengenai milih memilih aku pernah mengalaminya, Yanindra.

Kalau nggak salah saat itu ada pemilihan ketua tingkat, kating.

Aku menjadi salah satu calonnya, Yanindra. Itu merupakan pengalaman pertama ku dalam proses berdemokrasi.

Pengalaman demokrasi negeri ini sudah panjang sekali, Yanindra. Semenjak Pemilu 1955, kemudian dilanjutkan Pemilu jadi jadian pada masa Orde Baru, Pemilu 1999 dengan 48 kontestan, hingga Pemilu presiden secarang langsung pertama kali dilakukan itu bukanlah pengalaman yang singkat dalam demokrasi, Yanindra. Pemilu merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan demokrasi, yakni dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

***

Aku akan bercerita mengenai keikutsertaanku dalam proses pemilihan itu, Yanindra.

Angkatan 2008 membutuhkan seorang pemimpin yang bertugas untuk mengkoordinasi para mahasiswa. Ketua tingkat, selanjutnya disebut kating, merupakan salah jabatan paling tinggi dalam satu kelas. Kelas kami itu lumayan banyak, Yanindra, kalau tidak salah pada awal masuk kuliah itu sekitar 50 mahasiswa dari berbagai daerah. Guna mempermudah koordinasai maka kami harus memilih satu dari lima puluh orang ini untuk menjadi pemimpin kami, Yanindra.  Kalau Dosen menyebutnya sebagai kepala suku.

Pemilihannya didasarkan pada primus interperes seperti zaman manusia purba.

Dari sekian banyak mahasiswa itu kemudian mengkerucut nama menjadi kalau nggak salah tiga kandidat, salah satunya ada nama ku, Yanindra. Pada pemilihan itu aku kalah, Yanindra. Total suara pemilihku hanya menduduki peringkat dua terbanyak, sehingga aku tidak terpilih menjadi kating, jabatan yang sebenarnya tidak aku inginkan. Tapi berdasarkan kesepakatan yang ada nomor urut pertama menjadi kating dan nomor urut kedua menjadi wakil kating. Wakil ini betugas kalau katingnya berhalangan tidak masuk kuliah. Dan aku selalu mendoakan semoga kating yang terpilih ini selalu sehat walafiat, agar aku tidak menjalankan tugasnya, Yanindra.

Heuheuheu

Sebuah peristiwa tidak terduga muncul, Yanindra.

Akibat adanya konflik mengenai masalah Ospek, akhirnya kating kelas ku bermasalah. Pak kating yang awalnya kelihatan gagah, pintar, pandai berbicara, mulai terlihat sifat aslinya. Ternyata kami salah pilih, Yanindra. Soalnya aku dulu pada saat dilakukan voting dengan sistem tertutup tidak memilih namaku sendiri, melainkan memilih pak kating ini. Masalah timbul gara-gara kating ini tidak mengikuti ospek dan harus berurusan dengan kakak tingkat. Sementara aku, lelaki gembel tidak bermasalah dengan kakak tingkat. Akhirnya akibat tekanan yang begitu kuat, ditambah mas kating ini ingin pindah jurusan, akhirnya akhir semester satu, mas kating keluar dan harus segera ada penggantinya.

Kemudian tersangka yang ditunjuk adalah aku, Yanindra.

Seperti pada umumnya kalau pemimpin berhalangan menjalankan tugasnya, maka yang menggantikan adalah wakilnya.

Presiden Soeharto diganti wakil presidennya yakni Pak Habibie

Presiden Abdurahman Wahid diganti wakil presidennya yakni Ibu Megawati

Nah seharusnya setelah mas kating itu berhenti diganti oleh wakilnya yakni aku

Tapi sayangnya jabatan sebagai kating bukanlah jabatan yang menggiurkan seperti jabatan presiden, anggota DPR, gubernur, walikota, bupati atau kepala desa. Kating kelas itu pekerjaan yang berat banyak resiko tanpa ada balas jasa sama sekali. Jadi tidak ada istilahnya orang rebutan cuman pingin menjadi kating kelas, soalnya tidak akan mendapatkan apa apa. Kating kelas bukanlah jabatan basah yang bisa mendapatkan pemasukan, melainkan jabatan yang harus dikerjakan secara tulus iklhas berharap imbalan pahala dari Tuhan yang maha kaya.

Akhinya dengan berbagai konspirasi tingkat tinggi,  berhasil menggagalkan ku menjadi kating, Yanindra.

Jabatan ku tetap menjadi wakil kating, yang sama saja aku tidak bekerja. Soalnya doa ku untuk kating selalu sehat walafiat selalu dikabulkan oleh Tuhan. Heuheuheu

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *