Lompat dari Monas???
|Kalau besok kamu menghubungi ku, aku bakalan loncat dari tempat tidur, Yanindra. Aku nggak mungkin akan loncat dari Monas yang jauh dari desa ku. Meskipun monas mungkin lebih keren dari tempat tidurku, tapi aku nggak mau mati konyol. Aku nggak bakalan loncat dari Monas karena aku tidak memiliki kekuatan untuk bisa bertahan hidup setelah terjatuh dari ketinggian sedemikian rupa. Aku hanya manusia biasa yang bisa putus asa, Yanindra. Ngomong-ngomong aku mau bercerita tentang Monas, Yanindra
Semoga tulisanku ini bisa sampai pada mu
Boleh kan, Yanindra???
Pembangunan Monas merupakan salah satu proyek mercusuar Bung Karno saat itu. Selain Monas, beberapa proyek lainnya dalam rangka mewujudkan apa yang dicita-citakan Bung Karno, antara lain kompleks olahraga Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, patung pancoran, dll. Pada saat itu Bung Karno ingin menunjukan kepada luar negeri kehebatan Indonesia. Kalau bahasanya gaulnya, Indonesia harus go internasional. Bangsa kita saat itu menjadi bangsa pelopor, bukan sebagai bangsa pengekor. Bung Karno mewujudkan apa yang beliau cita-citakan.
Monas beberapa waktu yang lalu menjadi satu fenomena unik. Dulu saat ada salah satu ketua partai politik namanya sering disebut-sebut terkait kasus korupsi, Monas menjadi bahan pembicaraan hangat, Yanindra. Saat itu, mas mas yang memiliki tutur kata tersusun rapi, berpenampilan ganteng, dan juga sopan santun, diseret namanya oleh bendahara umum (Bendum) partai politik bersangkutan. Saat sang Bendum menjadi buronan Interpol, Bendum yang ditetapkan tersangka oleh KPK itu berkicau di luar negeri, kalau nggak salah di Kolombia tempat mbak mbak gemes bernama Shakira dilahirkan. Dengan menggunakan topi seperti yang dikenakan oleh petani di desaku, Bendum dari salah satu partai politik tersebut menyebutkan beberapa pihak yang turut terlibat dalam kasus korupsi terkait.
Ini bukan kasus pencatutan nama baik seperti yang dilakukan oleh mantan ketua DPR terhadap presiden. Kasus ini sekitar tahun 2012, kasus yang mana Bendum dari salah satu partai politik penguasa saat itu berkicau mengenai kasus korupsi yang menjeratnya dan berbagai pihak yang terlibat dalam kasus tersebut. Mungkin saking gemesnya dari mas masnya itu hingga masnya itu bilang “Saya yakin, Yakin. Satu rupiah saja saya korupsi Hambalang, gantung saya di Monas”. Setelah KPK melakukan berbagai penyelidikan, akhirnya masnya itu ditetapkan sebagai tersangka dan sekarang mendekam di penjara.
Berarti terbukti korupsi donk?
Kenapa tidak digantung di Monas?
Mungkin itu yang jadi pertanyaan dalam benakmu, Yanindra. Kalau kamu mau jawabannya, hubungi aku bisa lewat SMS, WA, BBM atau nelpon juga boleh. Agar aku bisa mendengar suara mu yang merdu itu, Yanindra. Suaramu yang seperti anak kecil itu, membuat setiap laki laki akan klepek-klepek dengan rayuanmu. Sayangnya mungkin kamu tidak akan melakukan itu dalam waktu dekat ini, Yanindra. SMS, WA, BBM apalagi nelpon itu mungkin hanya harapan kosong ku belaka. Harapan yang mungkin sulit terwujudkan seperti harapan kalau mas masnya itu benar-benar gantung diri di Monas.
Kembali ke cerita awal Yanindra
Maaf kalau aku ngelantur kesana kesini.
Soalnya di negeri ini lagi muncul berbagai perilaku aneh. Banyak orang yang ingin menyakinkan akan sesuatu hal, dengan tindakan yang konyol, seperti tadi gantung diri di Monas.
Di atas tadi untuk membawa opini rakyat bahwa mas masnya tidak bersalah, masnya siap digantung di Monas. Gantung di Monas, merupakan upaya untuk meyakinkan kepada semua pihak bahwa dirinya tidak bersalah. Bahwa itu hanya merupakan fitnah dari pihak yang tidak suka. Tapi buktinya masnya bersalah dan masuk penjara. Sayangnya sampai sekarang belum juga gantung diri di Monas.
Terus ada lagi yang mau terjun dari Monas kalau KTP yang dikumpulkan teman Ahok mencapai satu juta KTP. Teman Ahok kemudian mengumunkan hasil 1.000.000 foto kopi KTP. Masnya yang berjanji akan terjun dari Monas kemudian mengeluarkan alibi bahwa 1.000.000 foto kopi KTP tersebut bodong hasil nodong. Kita nantikan saja Yanindra, bagaimana kelanjutan dari kisah ini. Yang terhangat, ada yang mau potong kuping kalau Ahok maju dalam Pilkada Jakarta melalui jalur independen. Ya kita tinggal tunggu satu persatu akhir dari kisah konyol ini, Yanindra.
Iya-iya, Yanindra. Jangan mrengut seperti itu donk. Aku hafal sekali dengan tabiatmu kalau nggak suka dengan sesuatu yang yang bertentangan dengan keinginanmu. Baiklah Aku akan sedikit bercerita tentang sejarah Monas semoga cerita ku ini bisa menemani menjelang tidurmu.
Monumen Nasional atau yang akrab disebut Monas mulai dibangun pada 17 Agustus tahun 1961. Arsitek dari bangunan yang memiliki tinggi 132 meter, antara lain Soedarsono dan Frederich Silaban. Monas terdiri dari tiga bagian yaitu pelataran bawah, pelataran atas, dan lidah api. Bangunan ini pada puncaknya terdapat lidah api yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter. Seluruh bagian lidah api dilipasi oleh emas seberat 38 kilogram, 28 Kg sumbangan dari Teuku Markam dari Aceh.
Bangunan Monas seperti bentuk Obelisk yang ada di Mesir. Tugu Monas merupakan perpaduan antara Lingga dan Yoni. Lingga melambangkan alat kelamin laki-laki berupa tugu yang menjulang tinggi dengan puncak lidah api. Sedangkan pelataran bawah adalah bentuk Yoni melambangkan alat kelamin perempuan. Lingga dan Yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi. Namun juga ada yang beranggapan bahwa bentuk Tugu Monas seperti Alu dan Lesung yaitu alat penembuk padi.
Aku dulu pernah sekali ke Monas, Yanindra.
Kalau kamu mesti sering ke Monas. Iya kan Yanindra???