Lebaran yang dinanti : mudik ke desa tercinta

mudikItu merupakan hal yang dinanti pasca menjalankan ibadah puasa selama sebulan, yakni puasa Ramadahan. Biasanya sebagai pertanda akhir dari puasa Ramadhan adalah pada sore hari dikumandangkanlah takbir dari pengeras-pengeras suara di masjid. Bahkan ada beberapa warga yang melakukan takbir keliling. Takbir terus berlanjut hingga pagi, dan selesai pasca umat Islam menjalankan ibadah sholat idul fitri. Momen lebaran yang dinanti banyak orang yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Lebaran ini dimulai setelah sholat idul fitri atau tanggal 1 syawal dalam penanggalan Islam. Istilah lebaran itu hanya ada di Indonesia, kalau kamu pergi ke Arab tidak akan kamu jumpai kata lebaran.

Sebagai salah satu orang yang bergumul dengan sejarah, aku ingin sedikit memberikan gambaran kepada mu tentang apa itu lebaran, Yanindra. Untuk bisa menyuguhkan gambaran tersebut, maka aku berselanjar ke dunia maya alias internet. Jangankan untuk mencari apa arti lebaran, dengan internet kita bisa berbuat banyak hal. Dari pesen hotel, pesan ojek, beli pakaian, beli alat-alat elektronik, hingga beberapa waktu yang lalu negeri ini digemparkan dengan adanya prostitusi online yang mana kita bisa memesan wanita yang diinginkan melalui internet. Canggih kan Yanindra???

Dari sumber www.antaranews.com, yang aku comot menjelaskan sebagai berikut:

Lebaran berasal dari tradisi Hindu yang berate “selesai, usai atau habis”. Yakni menandakan habisnya masa puasa

Menurut kamus bahasa Indonesia kata lebaran diartikan sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Kata lebaran dalam bahasa jawa dari kata “Bar” yang artinya selesai.

Kalau orang Betawi, lebaran berasal dari kata lebar yang dapat diartikkan luas yang merupakan gambaran keluasan atau kelegaan hati setelah melaksanakan ibadah puasa, serta kegembiraan menyambut kemenangan.

Lebaran adalah hari berbahagia dan bersukaria, mengenakan pakaian baru dan menikmati segala rupa makanan dan minuman yang lezat, merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa, berkumpul bersama keluarga di kampung halaman, serta bersilaturahmi dengan sana keluarga dan karib sahabat.

Begitu kira-kira, Yanindra, apa yang aku dapatkan tentang kata lebaran. Selama ini memang lebaran identik dengan yang disebutkan terakhir. Orang yang merayakan lebaran akan berbahagia dan bersukaria untuk sementara waktu melupakan rutinitas pekerjaan yang ada. Orang-orang desa yang merantau ke kota akan kembali ke desa tercinta, kalau bahasa kerennya “Mudik”. Mereka rela berdesak-desakan dalam bus, kereta, maupun kapal demi untuk merayakan hari lebaran dengan keluarga di desa. Walaupun harga tiket naik dua kali lipat, mereka tidak memperdulikan hal itu.

Malah terkadang saking bersemangatnya untuk mudik lebaran, mereka tidak mengindahkan keselamatan diri sendiri, bahkan mengancam keselamatan orang lain. Sejarah sudah mencatat beberapa juta manusia yang meninggal dunia di jalan raya dalam rangka mudik ke kampung halaman. Orang-orang yang mudik, saking bersemangatnya, terkadang tidak mengindahkan keselamatannya. Bayangkan saja coba dari Jakarta sampai Mengger ada yang naik sepeda motor. Padahal jarak Jakarta dengan Mengger itu luar biasa, Jakarta pusat segalanya sedangkan Mengger bukanlah apa-apa.

Bagaimana besar pengorbanan mereka demi pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan sanak family. Uang yang setahun dikumpulkan, dihemat-hemat, akan dikeluarkan besar-besaran pada saat lebaran. Baju baru, roti, bahkan hingga petasan akan mereka beli untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Orang-orang yang merantau dari kota, pulang ke desa akan nampak eksklusif, baik dari segi penampilan, bahasa hingga perbuatan. Kalau orang yang tidak merantau dengan merantau berkumpul, kamu dapat dengan mudah membedakannya, Yanindra.

Lebaran, biasanya juga digunakan oleh para perantau untuk menunjukan keberhasilan dalam merantaunya. Mereka akan memperlihatkan kepada penduduk desa yang tidak merantau bagaimana sejahteranya mereka setelah merantau. Itu bisa terlihat dari mereka menyewa mobil pribadi untuk pulang, baju baju trend masa kini yang mereka gunakan, hingga beberapa buah tangan yang mereka bawa. Untuk kaum laki-laki, biasanya mereka akan merokok dengan rokok bermerk, tidak seperti penduduk desa yang tidak merantau yang merokok dengan rokok ala kadarnya.

Nanti saat lebaran, orang yang merantau dari Jakarta yang sok yes, biasanya sudah tidak bisa berbahasa Jawa, padahal mereka merantau baru satu tahun, sudah hilang Jawanya. Mereka akan sering bilang loe gue, dari pada kulo sampeyan. Penampilan mereka pun juga berbeda, mewah glamour dan bisanya agak terbuka. Padahal aslinya penduduk desa itu menggunakan pakaian yang terbuka agak malu. Ini merupakan dampak gombalisasi yang mereka dapatkan setelah merantau di kota.

Itulah bagaimana dinamika dalam mudik, Yanindra.

Apa kamu nggak mudik, Yanindra???

Kalau kamu ingin tempat berlabuh saat mudik, labuhan hatiku siap untuk menampung mu.. heuheuheu

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *