Korban acara TV
|Siang itu seperti minggu-minggu sebelumnya, Om Om menikmati hari libur dengan merebahkan tubuh di atas kasur empuknya. Hari minggu dia habiskan untuk beristirahat di kamar yang mirip gudang tersebut. Ya jelas disebut gudang karena di mana-mana berserakan buku bacaan. Om On memiliki kebiasaan unik yakni belum akan tertidur apabila belum membaca buku. Setiap malam dapat dipastikan dia meniduri buku. Pasti banyak buka yang dipagi hari menangis karena semalam dinodai oleh Om On. Pagi itu hal yang sama juga dilakukan oleh Om On. Membaca adalah membuka cakrawala dunia. Pada kitab suci surat pertama yang diturunkan adalah tentang membaca. Oleh karena itu kita harus rajin-rajinlah membaca. Lagi asyik-asyik membaca, tiba-tiba terdengar suara aneh dari halaman rumahnya. Suara yang tidak terlalu asing bagi telinga Om On dan sangat mengejutkan.
“Auuunggggggggg” suara dari luar kamar Om On
“Auuunggggggggg” Suara itu semakin mendekat ke kamar Om On.
Om On mulai khawatir dan agak takut dengan suara tersebut. Suara itu nggak asing, itu adalah suara aungan dari serigala. Apa mungkin rumah Om On diserbu oleh serigala? Dosa apa yang telah diperbuat oleh Om On sehingga siluman serigala menyerbu rumahnya???
Om On yang ada di dalam kamar kemudian beranjak keluar dari kamarnya. Dia mengambil gitar yang bersandar di sudut kamarnya untuk dijadikan senjata kalau-kalau serigala tersebut menerkamnya. Om On kemudian semakin dekat dengan pintu. Jantung Om On berdegup kencang, lebih kencang dibandingkan harus berkenalan dengan cewek cantik. Kakinya mulai gemeter, aungan tersebut semakin terdengar kencang. Om On segera mempercepat langkah kakinya. Apa benar ada hantu serigala ada di desanya. Selama ini yang terdengar hantu yang dari spesies hewan ya cumin babi ngepet dan jaran kepang. Tidak pernah ada hantu serigala dan keluarnya di pagi buta. Ini benar hantu serigala atau serigala beneran ya?
Perasaan Om On berkecamuk diantara dua pilihan tersebut. Di televise itu ada siluman serigala, akan tetapi Om berpikir agak jauh di Indonesia selama ini belum ada yang namanya siluman serigala. Apa ini siluman impor ya? Negara Indonesia kan Negara yang suka ngimpor. Dari alat-alat yang bermesin hingga hal yang sepele yaitu garam, Indonesia ngimpor. Apa ini juga akan nada siluman impor dari luar negeri?
Om On mempercepat langkahnya, sampailah dia di pintu gerbang kamarnya. Nampak jelas di lorong agak jauh dari kamarnya seorang bocah gembel yang nampak tidak terurus. “Apa itu siluman serigala jadi-jadian ya??” pikir Om On. Namun setelah agak dekat, mulai nampak jelas wajah dari begundal kecil tersebut. Siluet sinar matahari menyinari mukanya, dan nampaklah dia ternyata sesosok anak kecil yang ternyata adalah adiknya sendiri. “bocah ini kenapa ya? Apa kesurupan hantu serigala?” pikir Om On lebih lanjut. Kalau benar kesurupan apa yang harus diperbuat oleh Om On?
Om On mulai mendekati gembel tersebut.
“Vid, kamu kenapa?” Tanya Om On sesosok anak kecil tersebut.
Sesosok maklhuk astral yang ada dihadapan Om On tersebut adalah adiknya. Adiknya masih diam saja, entah apa yang dia lakukan. Om On memiliki seorang adik yang bernama Havid. Kedua bersaudara ini sangat berbeda jauh. Kalau Om On adalah seorang pemuda yang tampan dibalut dengan kulit warna putih, muka bersih, pakaian rapi yang digandrungi oleh setiap wanita. Dipuja-puja bagaikan Arjuna dalam kisah Mahabarata sangat bertentangan dengan adiknya yang berkulit hitam, berpenampilan tidak menarik, lebih mirip gembel dibandingkan seorang adik pria tertampan nomer dua di dunia.
“kamu kenapa vid? Sakit?” Tanya Om On lagi
“nggak ki kak, ini cuman menirukan gaya yang ada di tv” kata Havid bermuka polos, dengan sedikit senyum nampak kelicikannya.
Wuah-wuah inilah yang dinamakan racun dari media massa khususnya tv. Akhir-akhir ini tanyangan acara tv yang berkualitas dan mendidik jumlahnya semakin langkan dan patut untuk dilindungi agar tidak punah. Acara tv selama ini benar-benar sudah mulai menghilangkan unsur pendidikan dalam setiap acaranya. Di jam-jam utama diperlihatkan tontonan yang kurang bermutu. Katanya sih menghibur, tapi kalau dipikir-pikir dibagian mana hiburannya. Lelucon dibuat dengan mencemooh pihak yang lain. Sulit sekali melihat lelucon yang bermutu.
Gaya yang dimaksud adik Om On itu tadi merupakan salah satu sinetron yang mengadobsi kisah dari film barat. Sebenarnya maksut dari film ini kita tidak akan tahu. Mosok ya ada vampir menjalin hubungan cinta dengan manusia dan ada siluman serigala. Apa stok manusia tampan di dunia ini kurang sehingga sampai hati memacari vampir yang konon minum darah atau bahkan memacari serigala. Pecinta bintang ya pecinta binatang, nggak sampai jadi pacarnya juga kelesss. Sebagai daya tarik film tersebut dipilih actor dan actris yang ganteng dan cantik sehingga membuat daya pikat film ini untuk ditonton oleh anak-anak remaja. Stop, sadarlah diri para remaja, film itu nggak ada bagusnya.
Terus ada lagi sinetron yang lama sekali tidak tamat-tamat, padahal penontonnya sudah banyak mendahului menghadap sang kuasa. Sinetron ini biasanya ratingnya tinggi sehingga mampu bertahan beratus-ratus episode. Alur cerita pada awalnya bagus lama kelamaan penonton mulai bosan dikarenakan alur cerita sudah melenceng dari kisah awal. Seperti kisah seorang nenek yang ingin pergi ke Mekah. Pada awalnya ceritanya kan bagus, ada seorang nenek yang miskin memiliki keinginan mulia untuk pergi ke Mekah. Dia rajin beribadah dan selalu berbuat baik meski sering disiksa oleh orang kaya. Cerita tersebut mendapat respek dari masyakarat. Mengerti kalau rating sinetronnya naik tajam, produser mengembangkan cerita tersebut. Pada akhirnya peranan dari nenek tadi menghilang entah kemana diganti dengan begundal-begundal yang mengajari kejelekan.
Cerita berlanjut dengan adanya sinetron yang mengkisahkan seorang bakul bubur yang ingin naik haji. Dia beruaha sangat giat, meski sering mendapatkan fitnah dari pihak lain akan tetapi selalu tabah. Pada akhirnya dia bisa untuk menunaikan ibadah haji. Namun seperti cerita nenek tadi, nasib tragis juga dialami oleh tukang bubur tadi. Lama kelamaan peranannya semakin menghilang dari sinetron tersebut dan kemudian masukan tokoh-tokoh baru yang bermuka ganteng. Padahal awal cerita sangat menginspirasi, tapi lama kelamaan sudah melenceng dari kisah awal berganti dengan kisah percintaan yang tidak ada habisnya.
Adegan tidak senonoh juga sering tampil pada jam-jam anak-anak menonton tv. Adegan anak sekolah yang berpacaran sudah menjamur di berbagai stasiun tv. Sinetron-sinetron tersebut banyak yang mengisahkan anak-anak sekolah berpecaran dari tindakan sederhana menggandeng tangan, peluk-pelukan hingga perbuatan tidak senonoh sering keluar pada acara-acara tersebut. Dimana unsur mendidiknya? Seharusnya film yang berkaitan dengan anak sekolah bukan tentang prestasi dalam percintaannya melainkan prestasi dalam akademik hasil belajarnya. Sehingga mampu menginspirasi anak-anak Indonesia untuk berprestasi.
Acara tv memperlihatkan gambaran yang bukan realitas masyarakat Indonesia. Kita akan melihat berbagai sinetron yang menggambarkan kehidupan orang-orang kaya, padahal sebagian besar rakyat Indonesia adalah orang-orang miskin. Bukannya termotivasi untuk kaya, melainkan mereka meniru pola kehidupan para artis yang ada di tv. Dari model baju, aksesoris, gaya rambut, gaya bahasa hingga cara hidup. Persoalan kawin cerai itu sebenarnya dicontohkan oleh kaum selebritis yang hidup glamour. Tindakan perceraian kemudian dicontoh oleh rakyat umum. Selebritis dijadikan suri tauladan bagi sebagian orang. Namun sebagian besar memberikan contoh yang buruk. Bahasa-bahasa yang alay bin lebay itu juga diwarikan oleh tv.
Televisi di Indonesia sebagian besar acaranya bersifat latah, mana acara yang memiliki rating bagus kemudian ditiru oleh stasiun tv lain. Saat cerita relegi naik daun semua tv menyangkan hal-hal yang berhubungan dengan agama. Saat acara yang lagi ngetrend adalah music, fenomena boyband dan girlband yang semakin menjadi, semua tv berbondong-bondong mempopulerkan grup music. Saat acara yang sedang digandurngi adalah sulap, semua tv menyangkan sulap. Acara tv sebagian besar adalah seragam, rakyat tidak diberikan pilihan acara yang berkualitas. Adanya acara tersebut, ya mau tidak mau ya harus mau.
Pada dasarnya entah tv atau media social ada gunanya dalam kehidupan ini. Sekarang jaman informatika apabila kita tidak mengikuti zaman tersebut kita akan tertinggal dari zaman tersebut. Setiap zaman memiliki sejarahnya sendiri. dari tv seharusnya kita mendapatkan ilmu dan hiburan. Oleh karena itu, kita sebagai generasi hebat harus mampu memilih dengan cerdas acara tv yang bermanfaat bagi kita. Acara tv yang berkualitas meningkatkan kehebatan kita.