Khawatir
|Dari siang tadi smsmu selalu ku tunggu-tunggu, Yanindra. Kalau nggak salah aku sudah sms kamu sebanyak dua kali, ketika bangun tidur dan siang tadi. Aku masih ingat itu, Yanindra, daya ingatku lumayan agak tinggi. Aku juga masih ingat pelajaran dulu saat aku masih duduk dibangku smp, bahwa Belanda juga melakukan agresi sebanyak dua kali. Hal itu membuat banyak pihak kecewa, tidak hanya Indonesia, bahkan Belanda mendapatkan kecaman dari dunia internasional. Aku sebenarnya juga agak kecewa, Yanindra. Soalnya dari tadi aku menunggu sms dari kamu.
Padahal kemarin semuanya masih baik-baik saja lho, Yanindra. Smsku yang tadi malam juga masih kamu balas. Itu lho, Yanindra, yang aku bilang sama kamu sebelum kamu tidur agar berdoa terlebih dahulu. Kebanyakan orang itu ya seperti kamu, Yanindra, sering lupa berdoa. Manusia pada umumnya itu berdoa kalau-kalau sedang mendapatkan kemalangan atau kesulitan. Mereka jarang disaat senang bersyukur kepada Tuhan karena sudah memberikan kemudahan bagi kita menjalani hidup ini.
Kemarin sore kita masih bbm dan whatshap’an. Ya seperti itu, Yanindra, aku baru bisa bbm atau whatshap kalau sore atau malam hari saat aku ronda di pos kampling nggak jauh dari rumahku. Jaraknya sekitar dua rumah dari rumahku. Pos kampling terletak dipinggir pertigaan jalan, di situ tempatku menghabiskan malam bersama tetanggaku. Kalau yang lain main kartu, aku sibuk dengan bbm dan whatshap’an denganmu, Yanindra. Aku kadang sampai gemes, Yanindra. Kenapa kok bisa-bisanya di rumahku nggak ada sinyal buat internet. Untuk internetan aku sampai harus hijrah ke pos kampling.
Kok tumben sms dan bbmku nggak dibalas. Pagi seperti biasa aku menerimkan sms atau terkadang bbm, mengucapkan selamat berkerja untukmu, Yanindra. Tapi kenapa smsnya nggak dibalas, bbm pun cuman di read. Wuah aku mikir kalau kamu bangunnya kesiangan terus kamu tergesa-gesa jadi nggak sempet balas sms. Kemudian siang hari waktunya makan siang, aku sms lagi Yanindra. Sama juga, kamu nggak balas sms ku. Aku berpikir kalau hari ini kamu sibuk. Kerjaanmu lagi membutuhkan konsentrasi penuh darimu sehingga membuatmu nggak bisa balas smsku. Aku tunggu sampai sore hari, bahkan sampai malam hari, dua sms dariku nggak kamu balas-balas, Yanindra.
Aku mulai khawatir
Aku mulai cemas
Agresi milliter Belanda yang kedua itu juga membuat semua orang khawatir, Yanindra. Nggak cuman Bung Karno dan kawan-kawannya yang cemas, akan tetapi dunia internasional juga mulai khawatir dengan apa yang dilakukan oleh Belanda. Setelah agresi yang pertama tanggal 21 Juli 1947, Belanda kemudian melakukan agresi lagi Yanindra, yaitu pada tanggal 19 Desember 1948 dengan menyerbu langsung ke jantung ibu kota RI, Yogyakarta. Oh iya, Yanindra, kamu mesti sudah tau kalau ibu kota bumi nuswantara ini pernah berpindah berulang kali, dari Jakarta ke Yogyakarta, dari Yogya ke Bukittinggi, dari Bukittinggi kembali ke Yogya, dari Yogya ke Jakarta. Dan rencana Bung Karno akan dipindah lagi dari Jakarta ke Palangkaraya.
Saat itu benar-benar mencemaskan, Yanindra. Seperti saat ini yang aku nunggu smsmu tidak kunjung datang. Ketika datang ke Yogya, Belanda kemudian menangkap Bung Karno dan perangkat menteri lainnya, Yanindra. Mereka langsung diterbangkan ke tempat yang lain. Sebelum ditangkap terjadi diskusi antara Bung Karno dan Pak Dirman. Pak Dirman mengajak Bung Karno untuk bergerilya, namun ajakan tersebut ditolak. Bung Karno lebih memilih untuk bertahan dan kemudian ditangkap. Saat itu Bung Karno sudah punya firasat seperti itu. Sehingga sebelum ditangkap, beliau sudah menyuruh Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk PDRI di Bukittinggi. Tujuannya jelas, yakni untuk menjaga eksistensi Indonesia di dunia Internasional.
Kalau saat ini aku belum punya firasat apa-apa Yanindra, kenapa kamu belum membalas smsku.