Kerajaan Sriwijaya
|Penguasa Maritim di Indonesia
Apabila kita mendengar atau membaca tentang sriwijaya, banyak hal yang terlintas di bayangan kita. Ada yang berpendapat bahwa Sriwijaya adalah salah satu maskapai penerbangan yang ada di Indonesia. Orang lain mesti berpikir berbeda. Bagi mereka yang gemar dengan olahraga sepak bola mesti mengenal salah satu klub dengan berbagai prestasi yang gemilang dalam sejarah sepak bola Indonesia. Namun kara Sriwijaya sendiri sudah sejak jauh hari digunakan sebagai sebuah nama kerajaan besar pada awal masa kehidupan bangsa Indonesia. Satu kerajaan besar yang terletak di bumi andalas ini, mampu mewarnai sejarah Indonesia dengan berbagai catatan sejarah yang sudah diukir. Berikut ini gambaran mengenai Kerajaan Sriwijaya.
Pada abad ke-7 masehi di Indonesia berdiri sebuah Kerajaan Maritim terbesar saat itu yang bernama Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang berpusat di pulau Sumatera tersebut merupakan kerajaan Budha terbesar di Indonesia. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”. Kerajaan Sriwijaya meninggalkan berbagai peninggalan yang dapat menggambarkan kerajaan tersebut pada masa lampau. Letak kerajaan Sriwijaya yang sangat strategi yakni dijalur pedagangan kuno, membuat kerajaan tersebut segera berkembang pesat.
Sriwijaya berkembang pesat menjadi Negara maritim di tanah air. Berbagai factor yang menguntungkan membuat hal itu mungkin terjadi, diantaranya letak yang strategi dijalur perdagangan Selat Malaka yang merupakan jalur pedagangan yang menghubungka antara India dan Cina. Tempat sekitar Selat Malaka menjadi wilayah kekuasaan Sriwijaya sehingga banyak Bandar dagang yang menjadi hak Sriwijaya. Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat sehingga mampu melindungi kapal-kapal pedagang dari bajak laut. Hasil bumi Sriwijaya terutama rempah-rempah menjadi asset perdagangan. Sumber pendapatan Sriwijaya antara lain bea cukai barang dan kapal, upeti para pedagang dan hasil bumi serta perdagangan sendiri.
Sumber Sejarah
Sumber sejarah pada kerajaan Sriwijaya dapat dibagi menjadi dua yakni sumber dari dalam negeri dan sumber dari luar negeri. Sumber luar negeri terdiri dari catatan dari para pedagang yang singgah di sriwijaya dan beberapa prasasti di luar negeri yang berhubungan dengan Sriwijaya. Sedangkan sumber dalam negeri terdiri dari beberapa prasasti
Sumber luar negeri
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.
Berita Cina berasal dari catatan I-Tsing yang melakukan perjalanan dari Katon menuju India dan singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya, I-Tsing bekerjasama dengan Syakyakirti menerjemehkan kitab Tripitaka dari bahasa Sansekerta menjadi bahasa Cina. Selain itu berita Cina juga terdapat catatan dari Dinasti Tang yang menjelaskan bahwa beberapa kali Sriwijaya mengirimkan utusan ke Cina. Selain sumber dari Cina juga terdapat sumber dari Arab yakni catatan Raihan Al Beruni yang menyatakan bahwa banyak pedagang Arab yang berdagang di Sriwijaya. Ketika itu orang-orang Arab menyebut Sriwijaya dengan sebutan Zabaq, Zabay, atau Sribusa. Pusat dari Kerajaan Sriwijaya diperkirakan di sekitar kota Palembang.
Selain catatan di atas juga tedapat beberapa prasasti mengenai kerajaan Sriwijaya yang ada diluar negeri yaitu Prasasti Ligor, Kanton dan Prasasti Nalanda. Prasasti Ligor terletak di Tanah Genting Kra(Thailand) berisi tentang pembuatan bangunan Trisamaya Caiya, Awalokiteswara dan Wijprani. Selain itu juga terdapat tulisan mengenai Raja Wisnu dan keluarga Sri Maharaja Syailendra, hal ini dimungkinkan raja yang dimaksud adalah raja Balaputradewa yang merupakan keturunan dari dinasti syailendra di Jawa. Prasasti Katon menceritakan tentang bantuan Raja Sriwijaya dalam memperbaiki sebuah kuil agama Thao di Katon.
Prasasti Nalanda ditemukan di Benggala, India dan berangka tahun 860 M. prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa yang membangun tempat tinggal untuk para pelajar dan sebuah biara guna memperdalam ilmu agam Budha di India. Pada awalnya Kerajaan Sriwijaya menganut agama Budha Hinayana, namun semenjak tahun 650 lalu berganti dengan aliran Mahayana. Sebagian besar prasasti di Sriwijaya berhuruf Pallawa, akan tetapi tidak seperti prasasti pada biasanya yang menggunakan bahasa Sansekerta, Prasasti peninggalan Sriwijaya menggunakan huruf Melayu Kuno. Peninggalan terpenting dari Sriwijaya salah satunya adalah bahasanya. Selama berabad-abad, kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung (lingua franca) yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara. Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern
Sumber dari dalam
Prasasti yang terdapat di Indonesia antara lain:Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Karang Berahi, Kota Kapur dan Prasasti Palas Pasemah.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit di daerah Palembang berangka tahun 606 Saka. Isi prasasti tersebut menceritakan perjalanan suci (sidayatra) yang dilakukan Dapunta Hyang. Perjalanan tersebut berhasil menaklukan berbagai daerah yang dilewati. Prasasti ini jga menceritakan bahwa raja Dapunta Hyang berhasil membawa kemakmuran bagi kerajaan Sriwijaya. Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 684 M yang menceritakan pembuatan taman Srikestra untuk kemakmuran semua maklhuk dan berisi doa-doa agama Budha Mahayana.
Prasasti Telaga Batu juga ditemukan di Palembang akan tetapi tidak berangka tahun. Prasasti ini menceritakan tentang kutukan-kutukan terhadap siapapun yang melakukan kejahaan dan yang tidak taat terhadap perintah raja. Prasasti Karang Berahi diketemukan di pedalaman Jambi menceritakan tentang permintaan kepada dewa untuk menghukum setiap orang yang melakukan kejahatan terhadap Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur menceritakan tentang usaha Kerajaan Sriwijaya menaklukan Jawa yaitu Kerajaan Tarumanegara yang dipandang tidak setia terhadap Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Palas Pasemah menceritakan bahwa daerah Lampung Selatan telah diduduki oleh Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 M.
Raja-raja terkenal
Struktur birokrasi yang diterapkan di Sriwijaya bersifat langsung, raja merupakan penguasa terbesar. Raja dapat memberikan penghargaan sekaligus menjatuhkan hukuman terhadap penguasa daerah. Dalam hal ini raja bukan hanya sebagai kepala negra melainkan juga sebagai kepala pemerintahan. Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi. Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang didalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya. Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya
Dari berbagai sumber tentang Kerajaan Sriwijaya disebutkan berbagai nama raja. Berikut ini akan diulas sedikit raja yang terdapat peristiwa penting pada masa pemerintahannya.
Dapunta Hyang, merupakan raja yang sering disebutkan dalam prasasti peningalan Kerajaan Sriwijaya. Salah satu prasasti yaitu prasasti Kedukan Bukit yang menceritakan kerberhasilan Dapunta Hyang dalam memperluas kerajaan sampai Jambi dengan menduduki daerah Minangatamwan. Raja selanjutnya adalah Balaputradewa yang berhasil membawa Sriwijaya mencapai puncak kejayaan. Raja Balaputradewa merupakan keturunan dari kerajaan yang ada di Jawa yaitu Kerajaan Mataram Kuno dari Dinasti Syailendra. Akibat terdesak oleh Dinasti Sanjaya, Balaputradewa pindah ke Sriwijaya. Pada masa pemeirntahan Balaputradewa berhasil menguasai daerah sekitar yang merupakan jalur perdagangan. Selain itu raja Balaputradewa juga memperhatikan masalah agama. Hal ini dibuktikan dengan mendirikan asrama di Nalanda bagi umat budha yang sedang belajar agama (lihat prasasti Nalanda).
Sanggrama Wijayatunggawarman, merupakan raja Sriwijaya yang memberi bantuan kepada Cina dalam memperbaiki Kuil agama Tao di Kanton (Prasasti Kanton). Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mendapatkan serangan dari Kerajaan Cola dari India selatan. Bahkan ia sempat ditawan oleh Kerajaan Cola dan berhasil dibebaskan oleh Raja Kulotungga.
Kemunduran Sriwijaya
Pada akhirnya tibalah waktunya untuk menutup buku sejarah. Berbagai factor mempengaruhi kemunduran dari kerajaan yang bermukim di pulau Sumatera ini diantaranya mendangkalnya sungai Musi yang merupakan tempat perdagangan, banyak daerah yang melepaskan diri, tidak ada tokoh yang berwibawa untuk memimpin kerajaan, mendapatkan serangan dari berbagai kerajaan antara lain Kerajaan Colamandel (India), Medang Kamulan, Singosari dan Majapahit. menurut berita Cina mengalami kemunduran pada akhir abad ke-12
Untuk materi secara lengkap mengenai Kerajaan Sriwijaya dan materi sejarah lainnya silahkan klik link youtube berikut ini. Jika bermanfaat, jangan lupa subscribe, like, komen dan share. Terimakasih