Kerajaa Pajajaran

peta-kerajaan-pajajaranKerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu yang diperkirakan terletak di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak.

Sumber sejarah Kerajaan Pajajaran antara lain:

  1. Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
  2. Prasasti Batu Tulis,
  3. Prasasti Juru Pengambat
  4. Prasasti Horren
  5. Prasasti Citasih
  6. Prasasti Astanagede
  7. Kitab Carita Kidung Sundayana
  8. Kitab Carita Parahyangan

Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejarah yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai ibukota Pajajaran yaitu Pakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.

Daftar Raja Pajajaran

  1. Maharaja Jayabhupati
  2. Rahyang Niskala Wastu Kencana
  3. Rahyang Dewa Niswala
  4. Sri Baduga Maharaja
  5. Hyang Wuni Sora
  6. Ratu Samian
  7. Prabu Suwawisesa
  8. Prabu Ratu Dewanata

Kerajaan Pajajaran hidup dari sector pertanian dan perdagangan. Untuk menunjang aktivitas perdagangan, Kerajaan Pajajaran memiliki beberapa pelabuhan antara lain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa, dan Cimanuk. Setiap pelabuhan dipimpin oleh Syahbandar yang bertanggungjawab terhadap Raja. Pada masa Raja Samian, Kerajaan Pajajaran pernah bekerjasama dengan Portugis untuk menghadapi Kerajaan Demak. Meskipun demikian, hasilnya Demak berhasil menguasai Banten, Cirebon dan Sunda Kelapa.

Peristiwa Bubat

Peristiwa Bubat adalah peristiwa pertempuran antara pasukan Kerajaan Pajajaran dengan pasukan Majapahit. Perang ini terjadi di desa Bubat. Peperangan ini merupakan salah satu strategi Gajah Mada dalam rangka merealisasikan Sumpah Palapa dengan menyatukan seluruh nusantara di bawah Kerajaan Majapahit. Salah satu kerajaan yang sulit untuk ditaklukan adalah Kerajaan Pajajaran. Kemudian strategi yang dilakukan adalah dengan melakukan perkawinan politik yaitu antara putri dari Kerajaan Pajajaran yakni Dyah Pitaloka dengan Raja Majapahit, Hayam Wuruk. Pada perang yang terjadi di Bubat tersebut, rombongan dari Kerajaan Pajajaran terbunuh.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan dari Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.

Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat dan tidak mau memeluk agama Islam, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *