Kelemahan Kurikulum 2013
|Selain memiliki beberapa keunggulan, Kurikulum 2013 juga memiliki beberapa kelemahan. Implementasi Kurikulum 2013 terkesan dipaksakan. Moh Nuh mengatakan “pokoknya Kurikulum 2013 harus jalan. Hal ini mengandung arti bahwa apapaun yang terjadi, perubahan kurikulum tidak boleh ditunda lagi (Mulyasa, 2013: 35). Biaya Implementasi kurikulum yang begitu besar memungkinkan terjadinya penyelewengan anggaran. Kelemahan lain dari Kurikulum 2013 antara lain:
- Banyak guru yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya. Padahal kita tahu bahwa belajar matematika, fisika,dll tidak cukup hanya membaca saja. Peran guru sebagai fasilitator tetap dibutuhkan, terlebih dalam hal memotivasi siswa untuk aktif belajar.
- Sebagian besar guru belum siap. Jangankan membuat kreatif siswa, terkadang gurunya pun kurang kreatif. Untuk itu diperlukan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif. Selain itu guru harus dipacu kemampuannya untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus. Sebagai contoh di Singapura, dalam setahun guru berhak mendapatkan pelatihan selama 100 jam.
- Konsep pendekatan scientific masih belum dipahami, apalagi tentang metoda pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.
- Ketrampilan merancang RPP dan penilaian autentik belum sepenuhnya dikuasai oleh guru.
- Tugas menganilisis SKL, KI, KD, Buku Siswa dan Buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, masih banyak yang copy paste dan kurangnya waktu untuk membaca dokumen secara mendalam.
- Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan Kurikulum 2013. Pemerintah melihat seolah-olah guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
- Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam Kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. UN hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
- Pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran itu berbeda.
- Penyusunan materi ajar belum runtut sesuai tahap berpikir siswa, guru harus memilah dan menentukan materi esensial mengingat materi yang harus dikuasai siswa cukup banyak.
- Seperti kurikulum sebelumnya, belum ada sinkronisasi antara matematika sebagai alat bantu untuk menunjang pelajaran lainnya. Misalnya sinkronisasi antara matematika dengan fisika, ada banyak materi fisika yang memerlukan hitungan matematika seperti vektor, diferensial, integral dan trigonometri tetapi belum dibahas dalam matematika.
- Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat kemampuan siswa
- Standar proses pembelajaran menggambarkan urutan pembelajaran yang kurang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
- Materi terlalu luas, kurang mendalam.
Dengan segala keterbatasannya, terutama terkait waktu dan sosialisasi, Kurikulum 2013 telah diluncurkan secara resmi oleh Menteri Pendidikan M. Nuh melalui Permendikbud No. 81A tahun 2013 pada tanggal 27 Juni 2013. Kurikulum 2013 mulai diberlakukan di 6.329 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun ajaran 2013/2014. Jawa Timur nampaknya adalah provinsi yang paling siap mengimplementasikan kurikulum ini, dimana 1.055 sekolahnya terdaftar sebagai pelaksana Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Keberhasilan dalam implementasi dipengaruhi oleh prakondisi yang harus dipenuhi. Agus Suwigno menyatakan minimal ada tiga prakondisi yang harus dipenuhi demi keberhasilan implimentasi Kurikulum 2013. Pertama, mengenai kesiapan guru yang memadai baik dari segi kualifikasi dan kompetensi maupun dalam pemahaman paradigma pendidikan yang dijabarkan dalam kurikulum. Kedua, kurikulum baru harus berhenti memaksa sekolah mengajarkan sesuatu di luar hakikat dan kapasitasnya. Ketiga, kurikulum akan berhasil jika konsep “multimuatan” pada mata pelajaran tidak menghambat pembelajaran “ilmu sebagai ilmu” (Forum Mangunjiwa, 2013:150-151)
Keberhasilan Implementasi dengan berbagai masalah yang ada juga dipengaruhi oleh beberapa komponen. Mulyasa (2013: 39) menyatakan bahwa kunci sukses implementasi Kurikulum 2013 antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisipasi warga sekolah.