Peristiwa Karbala

Karbala adalah perang perebutan kembali hak ahlul bait (keluarga Rasulullah saw) yang terjadi karena adalah pengingkaran yang dilakukan keluarga umayyah dengan menyerahkan posisi khalifah pada putranya, Yazid. Kekuatan Dinasti Muawiyah telah direncanakan sejak pemerintahan Umar dan mencapai puncak pada perintahan Hasan as, putra Ali ibn Abu Thalib. Pada awalnya Hasan tidak ingin membaiat Muawiyah, namun demi keselamatan umat dan fitnah yang ttersebar membuat Hasan terpaksa membaiat Muawiyah.

Kronologi perang karbala

Setelah melalui perundingan, pada 10 muharram tiba saatnya hari berdarah, hari yang sangat menakutkan. Hari yang menampilkan hujan anak panah, tombak, dan tumpukan dendam terhadap keluarga alhlul bait, Imam Husein as.

Meskipun mengetahui ketimpangan pasukan tidak membuat Imam Husein bergetar untuk meawan ribuan pasukan Yazid yang di pimpin oleh Umar ibn Sa’ad, sebelum memulai perang Imam Husein berkhotbah dihadapan pasukan kufah yang tunduk dan takut pada Yazid ibn Muawiyah,

“amma ba’d! Lihatlah siapa diriku! Telusuruilah garis keturunanku! Kemudian lihatlah siapa diri kalian. Apakah layak bagi bagi kalian membunuhku dan menginjak-injak kehormatanku? Bukahkah aku putra dari putri nabi kalian? Bukankah aku putra dari penerima wasiat nabi kalian? Bukankah aku putra dari anak pamannya yang pertamakali mengimaninya? Bukankah Hamzah pemimpin syuhada itu adalah pamanku? Bukankah Ja’far Thayyar yang terbang ke surga dengan dua sayapnya adalah pamanku? Bukankah kalian pernah mendengar nabi saw bersabda tentang aku dan saudaraku sebagai penghulu pemuda di surga? Jika kalian memercayaiku dan itu adalah kebenaran, demi Allah! Aku tidak pernah berbohong sejak au tahu bahwa Allah membenci para pembohong. Jika kalian tidak memercayaiku, ada orang-orang yang kalian bisa bertanya kepadanya, seperti Jabir ibn Abdillah Anshari, Abu Sa’id Khudri, Sahl bin Sa’d Sa’idi, Zaid ibn Arqam dan Anas ibn Malik, yang mereka pasti akan memberi kesaksian bahwa mereka pernah mendengar sabda itu dari Rasulullah saw tentangku dan saudaraku. Apakah kalian juga meragukan itu semua, apakah kalian juga ragu aku putra dari putri nabi kalian? Demi Allah! Saat ini tidak ada di dunia ini dari barat hingga timur selain diriku putra dari putri nabi kalian.

Celakalah kalian! Apakah kalian membunuhku karena menuntut balas pembunuhan yang kulakukan atas salah seorang dari kalian? Ataukah karena uang yang aku rampas? Ataukah karena menegakkan hukum kisas?”

Tidak ada jawaban dari mereka, kemudia beliau melanjutkan,

“wahai Syabts ibn Rabi’i! Wahai hajjar bin abjur! Wahai Qais ibn Asy’ats! Wahai Yazid bin Harits!bukankah kalian telah mengirim surat kepadaku, dan berkata ‘buah sudah saatnya untuk dipetik. Rumputpun sudah tumbuh subur dan pohon-pohon telah mengeluarkan daunnya. Bila anda bersedia, datanglah kepada kami karena kedatangan anda akan disambut laskar besar yang siap bersamamu?

Qais ibn Asy’ats menjawab,

“aku tidak memahami apa yang engkau katakan. Terimalah tawaran apa yang engkau katakan. Terimalah tawaran untuk ikut di bawah kepemimpinan Yazid!”

Imam Imam Husein as berkata,

“demi Allah! Aku tidak akan menyerahkan tanganku dengan hina. Aku tidak akan mengaku sebagaimana seorang budak mengaku. Wahai hamba-hamba Allah! Aku berlindung kepada tuhanku dan tuhan kalian agar kalian tidak merajamku. Aku berlindung kepada Tuhanku dan tuhan kalian di setiap orang yang sombong yang tidak menyakini hari perhitungan.”

Khutbah Imam Husein tidak membuat mereka terpengaruh dan bergabung berjuang bersama Imam Husein, tetap pada pendirian semula. Mereka hanya ingin perang dalam barisan Yazid yang batil, namun ada salah satu pasukan Yazid yang terpengaruh, Hur ibn Yazid Riyahi. Hurr menarik diri dari barisan pasukan Yazid dan bergabung dengan Imam Husein. Hurr menghadap Imam Husein, menjatuhkan diri dan mencium tangan Imam Husein sebari bertanya “ adakah pintu tobat untukku?”imam Imam Husein menjawab “ya, allah pasti menerima tobatmu karena Dia maha penerima toat dan maha penyayang.”[1]

***

Perang yang tidak seimbangpun mulai di tanah karbala, perang ini di mulai dari pihak musuh, Umar ibn Sa’ad yang memasang anak panah di busurnya dan membidik kearah pasukan imam Imam Husein as. mereka saling berperang, Hurr dengan ijin dari Imam Husein untuk menjadi orang yang pertama kali maju melawan pasukan kufah.[2] Darah suci bercucuran, satu per satu berguguran setelah melukai dan membunuh musuh. Kemudian aggota keluarga imam Imam Husein maju ke medan laga. Tersebutlah putra imam Imam Husein dari ibu Laila binti Abi Murrah bin Urwah bin Mas’ud Tsaqafi yang bernama ali. Pasukan musuh kelabakan dengan kepiawaiwan Ali bin Imam Husein hingga giliran Murrah bin Munqidz Abdi yang berhasil menusukkan pedangnya tepat ditubuh putra imam Imam Husein hingga terjatuh, dalam keadaan ini pasukan mengeroyok kemudian mencincang tubuhnya dengan pedang. Melihat putranya, Imam Husein mendekat dan menghalau musuh yang mencincang tubuh Ali bin Imam Husein. Beliau kemudia meminta kepada para pemuda untuk mengangkat jasad ali ke dalam kemah. Ketika tentara musuh membidik anak panah pada Abdullah Bin Muslim bin Aqil, Imam Husein melindunginya dengan tangan hingga tangannya bolong dan tetap menembus dahi abdullah, tiba-tiba dari belakang seorang menusuk dari belakang hingga menembus jantungnya.

Setelah banyak korban dari keluarganya gugur Qasim bin hasan, abdullah ibn Imam Husein, dan abu bakar bin hasan, abbas berkata pada saudaranya abdullah, ja’far dan usman untuk berjuang melawan musuh. Abdullah dan ja’far gugur setelah berjuang melawan Hani bin Tsubait, usman tersungkur setelah mendapat tembakan panah dari Khuldi bin Yazid Ashbahi. Tak ada yang tersisa selain Imam Husein bersama saudaranya abbas yang berjuang di medan perang. Abbas menghunus pedang, memorak-porandakan pasukan musuh. Banyak korban yang jatuh di tangan Abbas higga akhirnya abbas terbunuh.[3]

Meliihat abbas tebunuh Imam Husein berteriak,”saat ini patah tulang punggungku, pupus sudah seluruh usahaku, dan musuh akan menertawakan dan mengolok-ngolokku,” tak ada lagi pembela kehormatan Rasulullah, ketika Ali zainal abidin ingin bertempur dengan tubuh yang lemah dan bahkan tak mampu untuk menggengam pedang, ummu kultsum mencegah. Ali azinal tetap ingin mertempur, namun dicegah oleh Imam Husein dengan teriakan, “wahai ummu kutsum! Pegangglah dia dan tahanlah, agar bumi allah tidak kosong dari keturunan Muhammad saw.”

Imam Husein bertempur di medan laga dengan semangat yang membara, siapapun yang ada di hadapannya berhasil dihabisi dalam keadaan yang hina dan kalah. Pasukan musuh kewelahan menghadapi Imam Husein kemudian menyusun siasat licik, dengan mengepung Imam Husein dari segala arah. Sekali dilepas ratusak panah menacap di tubuh husien hingga tubuhnya dipenuhi dengan panah layaknya landak yang berduri. Kondisi Imam Husein dimanfaatkan oleh Syimr, hampir goyah dengan cegahan zainab Syimr tetap menyuruh pasukannya untuk menyerang tubuh Imam Husein. Zurah bin syarik memukul Imam Husein dari belakang hingga pundak kirinya patah, sinan bin Anas menusuk tubuh Imam Husein. Khuli mendekati Imam Husein untuk memenggal kepala husien, namun ragu. Syimr yang melihat pasukannya gemetar tanganya kemudian turun dari kuda dan memenggal sendiri kepala husien dan meemberikan pada khuli. Tak berhenti disitu, mereka juga melucuti pakaian dari tubuh yang sudah terpenggal kepalanya.Ishaq bin Habwah mengambil baju beliau, abjur bin ka’ab mengambil celana beliau, akhnas bin martsad mengambil sorban beliau. Seorang dari bani hasyim merampas pedang beliau, serta unta dan kendaraan beliau. Mereka juga merampas yang dimiliki oleh wanita.[4]

SetelahImam Husein terbunuh, Umar bin Sa’ad memangil pasukan kuda dan menawarkan hadiah bagi yang bersedia menginjak-injak jasad husien, sepuluh kuda maju. Tubuh suci iman Imam Husein remuk, kulit dan daging terkelupas.[5]

***

Pelajaran dari kisah karbala

Imam Husein, salah satu putra dari Ali ibn Abi Thalib dan putri kesayangan Rasulullah. Kelahiran Imam Husein hanya berselang satu tahun dengan kakaknya, Hasan. Masa kecil hasan dan Imam Husein selalu diliputi kebahagiaan dan keceriaan. Hasan dan Imam Huseinsering bermain dengan Rasulullah, dan rasulullah sangan mencintai mereka. Ada cerita suatu hari ketika Jabir r.a mengunjungi rasulullah. Ternyata rasulullah sedang merangkak sedangkan hasan dan Imam Husein berada di atas punggungnya. Rasulullah SAW berkata, “sebaik-baiknya unta adalah unta kalian ini, dan sebaik-baiknya penunggang adalah kalian berdua”[6]. lain adalah ketika nabi mengunjungi rumah ali dan keluarganya, namun nabi mendapati mereka sedang tertidur. Kemudian beliau mendengar salah satu cucunya memintam minum karena kasih sayangnya, beliau tidak ingin membangunkan ayah dan ibunya yang masih tertidur. Beliau meilihat seekor kambing kurung kurus, lalu beliau usap susunya dan kemudian memerasnya dengan ijin Allah, kambing itu mengeluarkan air susu. Fatimah yang merasakan kehadiran ayahnya kemudian fatimah bangun. Salah satu anaknya hendak minum lebih dahulu , tetapi rasulullah menahannya dengan lembut dan memberikan pada saudaranya. Melihat kejadian itu, fatimah berkata, “ wahai rasulullah, sepertinya dia lebih engkau cintai?” rasulullah menjawab,” tidak. Akan tetapi, dia yang meminta lebih dahulu daripada saudaranya.”. berdasar kisah itu rasulullah tidak hanya memberi minum, tetapi juga mengajarkan perilaku yang mulia sejak kecil.[7]

Hasan-dan Imam Husein tidak lama dengan rasulullah karena rasulullah meninggal ketika usia mereka masil kanak-kanak. Betapa sedihnya hati mereka ketika mendengar nabi meninggal, disetiap hari-hari mereka rasulullah selalu berusaha agara cucu kesayangannya itu merasakan kebagiaan tanpa mendapati kesedihan atau luka.

***

Begitulah secuil kisah masa kecil hasan dan hussein yang sering dituliskan dan dibukukan, seperti dalam buku 150 kisah Ali ibn Abi Thalib. Selain membaca buku cerita tentang kisah yang membahagiakan mengenai masa kecil hasan dan Imam Husein, tahukah kita? Pahamkah kita bagaimana akhir kisah kehidupan hasan dan Imam Husein? bagaimana kisah terpenggalnya kepala dan bibir yang tercabik-cabik pedang ?

Pada 10 muharram terjadilah suatu tragedi di karbala, sebuah peristiwa yang hampir mengabisi keluarga ahlul bait (keluarga rasulullah). Suatu perlawanan yang tidak seimbang antara Imam Husein ibn Ali ibn abu thalib serta pengikutnya melawan Yazid dan ribuan pasukannya. Sebelumnya rasulullah bernubuat bahwa akan terjadi perang di Karbala.

Ahmad dan ibn al-dhahhak meriwayatkan dari Ali a. s aku mendapati rasulullah SAW kedua matanya basah, aku berkata: ‘wahai rasulullah! Apakah ada yang membuatmu murka? Mengapa engkau menangis?’ ia menjawab : ‘Jibril baru saja pergi. Ia memberitahu bahwa al-Imam Husein akan dibunuh di dekat sungai eufrat’. Ia rasulullah berkata: ‘lalu ia Jibril berkata: ‘apakah engkau hendak mencium bau tanah dari (kuburannya)?’ Aku berkata :’ya, aku ingin mencuimnya!’ ia kemudian meraih dengan tangannya dan mengenggamnya. Sekepal tanah itu kemudiam diberikan kepadaku. Lalu aku tak sanggup menahan rasa haruku itu dan kedua mataku juga basah karena tangisan.[8]

Bagi sebagian umat Islam yang menjadi pengikut ahlul bait, mereka mengenang lembaran sejarah berlumur darah suci yang tertumpah di karbala.Mereka menangis hingga melukai diri mereka sendiri. Negara yang mengikut ahlul bait (terj- Syiah) Tragedi karbala dikenal sebagai hari Asyuraa atau upacara duka dengan turun ke jalan atau hadir di majelis-majelis duka cita[9].

Banyak dari kita umat Islam, mencela apa yang dilakukan oleh kelompok ekstrimyang memperingati setiap tahun pada hari asyura karena dianggap berlebihan dengan menyakiti diri mereka sendiri, meskipun begitu seharusnya itu menjadikan kita berusaha untuk mempelajari dan memahami peristiwa karbala. Sejauh ini kita hanya mengetahuinya tanpa ada reaksi yang mendalam dalam kehidupan kita sebagai umat Islam, pahadal dari perjuangan Imam Husein terkandung nailai-nilai moral dan kemanusian. Peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat memilukan, ketidaktahuan dan ketidakpedulian kita juga mendapat kritik dari seorang non muslim. Antoine Bara, seorang jurnalis kritia suriah, dalan buku yang berjudul “Al-Husain fi al-fikri al masihi” ( husain dalam kristianitas), pernah dilakukan sebuah wawancara dengan antione bara mengenai bukunya.

Pewawancara:

Dalam buku anda menuliskan “jika Imam Husein bin ali berasal dari kelompok kami (kristian) niscaya kami akan menebarkan panji ‘perang’ disetiap penjuru buni untuknya. Kami akan dirikan mimbar-mimbar di setiap belahan bumi dan dengannya kami mengajak manusia kepada kristen atas nama Imam Husein bin ali” bagaimana bisa demikian?

Antoine bara menjawab:

Ini bukanlah kata-kata saya, melainkan ucapan pendeta kristen yang sezaman dengan masa kesyahidan Imam Husein bin ali. Sesungguhnya ia hendak menyingkap bahwa kalian para kaum muslimin tidak mengenal kualitas imam kalian, Imam Husein bin ali.

DAFTAR PUSTAKA

  1. al-Hakim, Sayid Mundzir. 2015. Husain sang syahid. Jakarta: NUR AL-HUDA
  2. Al-Thahthawi, Ahmad’ Abdul’ Al. 2016.150 kisah Ali ibn Abi Thalib. Bandung: PT Mizan Pustaka
  3. Yasser al Madani.Nabi pun menangisi Imam Husein dalam al-Islam.org diakses pada tanggal 6 Juni 2017
  4. Nn, Menepi Sejenak KE Padang Karbala dalam http://acatravel.id/uncategorized/menepi-sejenak-ke-perang-karbala/ diaksep pada 7 juni 2016

[1]Sayid Mundzir al-Hakim, Husain sang syahid, Jakarta: NUR AL-HUDA , 2015, hlm 338-339

[3] ibid

[4] ibid

[5] ibid

[6]ibid

[7]Ahmad’ Abdul’ Al Al-Thahthawi , 150 kisah Ali ibn Abi Thalib, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2016 hlm 63

[8]Yasser al Madani,Nabi pun menangisi Imam Husein dalam al-Islam.org diakses pada tanggal 6 Juni 2017

[9]Nn, Menepi Sejenak KE Padang Karbala dalam http://acatravel.id/uncategorized/menepi-sejenak-ke-perang-karbala/ diaksep pada 7 juni 2016

oleh DITA WULANDARI

NIM : 16406241039

PRODI : PENDIDIKAN SEJARAH 2016 B

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *