Jomblo, malu???
|Yanindra, ada kabar baru nich, katanya komisi pemberantasan kejombloan akan dibubarkan. Berita itu kemarin ku dengar dari temanku, katanya nasib komisi ini nasibnya sudah diujung tanduk. Entah apa alasannya Yanindra, sampai detik ini masih simpang siur. Katanya ada yang bilang gara-gara semua pemimpinnya sudah dilaporkan ke kantor polisi, terus ada yang bilang komisi ini menyalahi hak asasi manusia. Bahkan ada yang bilang kalau orang saat ini sudah tidak ada yang jomblo lagi.
Kemarin benar-benar hidupku diujung tanduk Yanindra. Penutupan wisuda itu hari Jumat, sementara berkas-berkas belum ada yang terpenuhi menjelang dua hari sebelum penutupan. Hal itu membuatku sedikit agak panik. Kali ini aku harus mengurus semuanya sendiri Yanindra, dari penyiapan berkas, pembayaran hingga apapun harus ku siapkan sendiri. Aku baru merasakan begitu beratnya beban yang harus ditanggung oleh seorang jombloan.
Komisi itu diujung tanduk Yanindra, tapi tanduknya siapa aku kurang begitu paham. Banyak pelaporan ke kepolisian terhadap pimpinan komisi tersebut. Katanya ini bukan menyangkut komisi tersebut, akan tetapi hanya pada perorangan dari komisi yang dimaksud. Akan tetapi pada kenyataannya ini juga menyangkut komisi tersebut Yanindra. Kalau orang sudah dinyatakan statusnya tersangka, ia harus mengundurkan diri dari jabatannya Yanindra. Tapi masih ada saja, orang yang dijadikan tersangka tapi tetap menuduki jabatannya.
Malu Yanindra, terkadang menyandang status jomblo itu malu. Banyak orang menutup-nutupi kalau ia masih jomblo. Kata orang jomblo itu aib Yanindra, jomblo itu merupakan bentuk refleksi dari ketidakmampuan kita untuk menarik pasangan. Seseorang dinyatakan kalau ia tampan atau cantik ukurannya sudah laku, sudah tidak jomblo lagi. Entah siapa yang semula melabeli hal tersebut. Aku pernah mengalami hal seperti itu Yanindra. Malam minggu biasanya digunakan oleh pasangan untuk jalan bareng, sementara aku hanya menonton pertandingan sepak bola di televisi. Tapi nggak apa-apa Yanindra, karena dibandingkan malam minggu, aku lebih memilih malam anggoro kasih.
Budaya malu memang sudah mulai memudar dari jati diri bangsa ini Yanindra. Bila dibandingkan orang barat, mereka lebih memiliki jiwa malu dibandingkan kita Yanindra. Kita malu kalau tidak menutup aurat sedangkan orang-orang barat itu lihat mereka kemana-mana memakai pakaian yang serba minim saja tidak malu. Mungkin ini juga disebabka oleh agama yang kita anut Yanindra. Tapi kalau mengenai perilaku menyimpang, orang-orang kita itu malu-maluin Yanindra. Mosok tow pengadaan Alquran saja dikorupsi. Wueleh wueleh
Aku melihat acara televisi Yanindra, yang mana ada beberapa contoh orang barat yang korupsi itu langsung mengundurkan diri. Kalau gagal mengatasi suatu permasalahan langsung mengundrukan diri. Berbuat hal kecil yang agak menyimpang saja mereka mengunndurkan diri. Budaya malu ada dalam jati diri mereka Yanindra. Tapi kalau malu, bangsa ini hanya malu dari nampak luar semata. Orang banyak berkamuflase untuk menutupi kebusukan dirinya. Berbagai cara akan dilakukan agar ia nampak baik dihadapan orang banyak.
Mulai saat ini seharusnya ada pendidikan malu Yanindra. Ya kalau dengan pendidikan kemaluan seharusnya diimbangkan agar tidak terjadi kasus pedofil seperti di sebuah sekolah bertaraf internasional. Penyakit masyarakat itu masih ada dan berkembang sangat pesat di negara ini yang katanya umat Islam terbesar di dunia. Bukan Islamnya yang salah Yanindra, tapi orang-orangnya. Selama ini orang belajar agama hanya pada kulitnya akan tetapi melupakan eksensinya. Hampir setiap hari ada kasus pemerkosaan Yanindra.
Apa ini efek dari dari status Jomblo ya Yanindra?????????