Hidangan spesial lebaran
Selalu ada yang special dari momen lebaran, Yanindra. Pada momen itulah dulu, kami sebagai warga desa yang lumayan agak terpencil bisa menimati makanan enak, memakai baju baru, mendapatkan uang pitrah dari kerabat yang kaya, dan terpenting bisa menjalin silaturahmi dengan keluarga. Momen lebaran adalah momen yang membahagiakan bagi kami, sewaktu masih kecil dulu, hingga berlanjut pada saat aku tumbuh dewasa, dan mungkin juga nanti diwaktu yang akan datang.
Salah satu momen yang aku tunggu dari lebaran adalah makanan khasnya, Yanindra. Makanan yang jarang ada bahkan tidak ada pada hari-hari selain hari lebaran. Makanan ini sangat istimewa yang ada pada momen yang istimewa pula. Sebenarnya bagi ibu-ibu nggak sulit kok membuat makanan tersebut pada hari-hari biasa, akan tetapi gara-gara momennya nggak pas sehingga makanan tersebut tidak ada pada hari selain lebaran.
Saat masih kecil dulu, makanan seperti roti adalah makanan yang istimewa, bukan hanya bagi ku tapi juga bagi penduduk lain di desa ku. Nah saat lebaran tiba, orang-orang desa yang merantau ke kota akan balik ke desa atau istilahnya mudik. Salah satu oleh-oleh yang dibawa dari perantauan adalah roti dalam kelang yang terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan tanpa bapak sedang makan roti tersebut. karena aku dulu tidak punya kerabat atau saudara yang pergi merantau sehingga tidak ada yang mudik dan membawa oleh-oleh roti. Biasanya aku pergi ke rumah tetangga ku yang ada keluarnya merantau. Nah nanti saat disanalah aku diberi roti tersebut, Yanindra. huhuhu senangnya luar binasa.
Selain itu ada makanan yang benar-benar khas pada saat lebaran
Salah satunya adalah kue Apem.
Apem adalah makanan yang terbuat dari tepung beras yang dihaluskan kemudian difermentasikan atau bahasa ibu ku diberi ragi didiamkan satu malam hingga adonan siap diolah. Olahan Apem bisa dalam bentuk goreng maupun rebus. Di desa ku, Mengger, makanan Apem hanya dapat dijumpai pada saat lebaran semata. Ibu-ibu se-desa biasanya kompak dalam waktu membuat kue Apem yakni pagi hari sebelum sholat Idul Fitri. Itu adalah waktu untuk menggoreng ataupun merebus adonan Apem.
Kue Apem yang berasal dari bahasa Arab yakni Afuan/Afwan yang artinya permintaan maaf. Makanan Apem ini hanya tersedia pada saat lebaran. Kalau kamu ingin makan Apem ya hanya ada setelah kamu menyelesaikan sholat hari raya idul fitri, Yanindra. Sesudah itu biasanya dilakukan acara saling memaafkan, salah satunya dengan simbol makanan kue Apem. Mungkin menu ini tidak dapat dijumpai di Arab, hal ini membuktikan bahwa orang-orang di negeri ini pada masa lalu memiliki local genius.
Hidangan special liannya pada momen lebaran adalah ketupat.
Sebagai salah satu orang yang berkecimpung dalam ilmu sejarah, rasanya penasaran sekali aku terhadap bagaimana percobaan dalam pembuatan ketupat untuk pertama kalinya. Aku nggak habis pikir orang zaman dahalu bisa sekreatif itu membuat ketupat sedemikain rupa. Katanya sih sejarah pembuatan ketupat dilakukan oleh salah satu walisongo, Sunan Kalijaga pada masa lampau. Aku yang manusia modern, hingga kini tidak bisa membuat ketupa sendiri, Yanindra. Paling ibu ku beli bungkus ketupat di tukang sayur. Di desa ku, Mengger, masyarakat memasak ketupat itu seminggu setelah sholat idul fitri.
Untuk membuat ketupat kita membutuhkan daun kelapa yang masih muda yang disebut janur. Selama aku hidup belum pernah aku temua orang membuat bungkus ketupat selain dari janur. Bungkus ketupat dibuat dari dua lembar janur yang dianyam sedemikian rupa untuk menaruh beras yag sudah dicuci sebelumnya. Bungkus dari ketupat sangat rumit hal ini menggambarkan tentang kehidupan manusia. Cara membuat ketupat praktis kok, Yanindra. tinggal kamu masukkan saja beras yang sudah dicuci ke dalam wadah yang dibentuk dari janur tadi. Memasukan berasnya jangan terlalu banyak, Yanindra. kira-kira dua pertiga bagian dari volume bungkus ketupat. Tinggal dimasak kurang lebih 5 jam atau sampai ketupat benar-benar matang. Ketupat yang sudah masak kemudian ditiriskan lau diangin-anginkan supaya dingin. Makanan ketupat akan disajikan dengan opor ayam, sambal goreng kentang, atau semur daging. Nikmat deh
Kalau dulu saat aku masih kecil, kelapa di desa ku melimpah ruah, Yanindra. Setiap rumah penduduk di desa Mengger memiliki pohon kelapa sendiri. Jadi pingin minum degan (air kelapa), atau makan kelapa muda, atau ingin membuat santan kelapa ya tinggal petik saja. Tapi kini semua sudah berbeda, Yanindra. sulit sekali menemui pohon kelapa di desa ku. Oleh karena itu saat membuat ketupat kami harus mencari janur dari daerah lain, kalau mau praktis ya tinggal beli janur atau bungkus ketupat jadi pada tukang sayur keliling.
Orang di desaku, Mengger, sering menyebutnya ketupat dengan sebutan kupat. Di dalam bahasa Jawa, Kupat berarti “ngaku lepat” atau mengaku bersalah. Selain itu juga ada istilah Kupatan yang katanya berasal dari bahasa Arab, Kaffatan yaitu sempurna. Sempurna telah melakukan ibadah puasa selama sebulan lamanya.
Selain Kupat, juga ada satu makanan yang tidak mau ketinggalan, Yanindra, yaitu lepet. Lepet dari kritabasa bahasa Jawa yaitu “mangga dipun silep ingkang rapet” atau mari kita kubur yang rapat. Semua kesalahan yang ada kemudian disimpan yang rapat, gitu kira-kira penafsirannya, Yanindra. Lepet terbuat dari ketan dan parutan kelapa, dibungkus dengan daun pisang kemudian diikat sebanyak tiga bagian, menyerupai bentuk pocong manusia. Lepet yang sudah matang sangat lengket hal ini menggambarkan bagaimana eratnya hubungan manusia Jawa. Cara memakan lepet tidak dicampur dengan apa-apa.
Kupat dan lepet dimasak dalam waktu yang sama akan tetapi dalam tempat yang berbeda. Makanan kupat dan lepet menggambarkan bahwa, setelah berpuasa kemudian mengaku bersalah (kupat=ngaku lepat) dan kemudian mengajak untuk memendam yang rapat kesalahan yang sudah terjadi setelah saling memaafkan (lepet=mangga dipun silep ingkang rapet)
Leluhurku penuh dengan filosofi dalam mengajarkan tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa simbol salah satunya adalah dalam hidangan makanan atau orang bule bilang say with food.
Ya demikian, Yanindra, menu makanan khas lebaran di desa ku, Mengger. Mungkin sangat sederhana, karena bahagia itu hakikatnya sederhana.
Kapan-kapan main saja ke rumah ku, Yanindra
Related Posts
-
Kopi biasa
Tidak ada Komentar | Feb 15, 2016
-
Gotong Royong
Tidak ada Komentar | Feb 23, 2016
-
Tata cara pendaftaraan SBMPTN 2019
Tidak ada Komentar | Mar 3, 2019
-
Kekuatan Cinta
Tidak ada Komentar | Feb 15, 2016
About The Author
doni setyawan
Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih