Gotong Royong

gotong royong- donisaurusSory ya Yanindra,kemarin aku balas sms dari kamu telat. Sms itu masuk pukul 19.30, balas sms pukul 01.30. Aku nggak tahu kalau ada sms soalnya hape ku, aku tinggal di rumah. Aku kemarin sedang ada acara sehingga lupa membawa hape. Bukan, Yanindra, bukan aku bermaksud untuk membalas dendam tindakanmu yang kemarin-kemarin selalu telat membalas sms dariku. Aku bukanlah orang yang suka balas dendam, meski sebenarnya pingin tapi aku nggak mampu. Setiap ada sms yang masuk ke hapeku, kalau aku tahu langsung aku bukak.ku baca dan membalasnya. Nggak harus menunggu nanti-nanti yang biasanya ujungnya adalah waktu yang terbuang percuma dan lebih buruknya lagi, kita akan mengidap penyakit, lupa.

Kemarin itu tetangga samping rumahku punya hajat menikahkan anaknya. Sebagai tetangga yang baik hati, tampan dan suka menolong, aku ikut membantu dalam acara tersebut. Budaya saling membantu, tolong menolong atau gotong royong masih dilakukan di desaku, desa tempat dimana aku dilahirkan dan dibesarkan, Mengger. Mungkin hal tersebut, sudah mulai jarang ditemui untuk masyarakat yang hidup di daerah perkotaan. Gotong royong mulai luntur, padahal itu merupakan identitas bangsa Indonesia. Seperti kata Bung Karno dalam sidang BPUPKI yang pertama, tentang Pancasila yang kalau diperas bisa menjadi Trisila, kalau masih diperas lagi menjadi satu, Ekasila yakni gotong royong.

Pladen, Nyinom, sambatan, mungkin merupakan kosakata yang tidak asing bagi masyarakat desa yang ada di Jawa. Mungkin diberbagai daerah, terdapat kegiatan tolong menolong tersebut dalam bahasa yang berbeda. Ciri khas bangsa Indonesia adalah tolong menolong tersebut, Yanindra. Apa salahnya sih orang saling tolong menolong, kan nggak salah. Tuhan saja memerintahkan umatnya untuk selalu berlomba-lomba dalam berbuat baik. Berbuat baik kan tolong menolong, jadi yo jangan marah kalau kemarin aku sempat telat membalas smsmu.

Pladen itu mungkin dari kosakata laden atau dalam bahasa Indonesia meladeni. Pada acara kemarin, memang benar-benar peranku meladeni tamu yang datang, Yanindra. Saat waktunya keluar makanan ringan, aku dengan beberapa petugas yang lain mengeluarkan makanan tersebut untuk dinikmati oleh para tamu. Saatnya keluar makanan atau minuman, kami membawakannya ke depan para tamu. Pokonya dalam acara tersebut, kami meladeni tamu yang datang. Tempatku belum mengenal istilah prasmanan, Yanindra.

Beberapa bulan yang lalu, aku dan rombonga tetanggaku menghadiri undangan nikah kerabat yang rumahnya di kota, kalau bahasa gaulnya jagong. Nah pas kami jagong itu ternyata di sana makanannya disajikan secara prasmanan, jadi setiap tamu yang datang mengambil makanan kemudian duduk dan menikmatinya. Rombongan tamu kami itu belum mengenal hal seperti itu, kami datang ya kemudian menuju tempat duduk yang telah disediakan. Baru kemudian yang punya rumah menyuruh beberapa orang untuk melayani kami. Itu bukan maksud kami malas dan merepotkan orang-orang yang ada disana, Yanindra. Bukan seperti, itu merupakan unggah-ungguh yang kami anut selama ini. Kami nggak akan makan atau minum sebelum dipersilahkan oleh yang punya hajat. Kami juga tidak mau mengambil barang yang belum tentu itu hak milik kami. Dan yang penting adalah kami ingin memberikan kesempatan bagi mereka untuk medapatkan pahala yang banyak karena mau melayani kami. Ingat Yanindra, yang bertugas melayani masyarakat itu bukan hanya tugas dari Polri.

Sinoman atau nyinom, mungkin kalau dilihat dari kosakatanya itu mendekati kata sinom yakni daun asam yang masih muda. Sinoman itu biasaya anak-anak muda, Yanindra. Nah hal tersebut juga menunjukan bahwa pemuda merupakan tulang punggung sebuah kegiatan. Golongan muda mampu membantu meringankan tugas dari goloongan tua. Sehingga sinergi yang baik antara golongan muda dan golongan tua menimbulkan harmonisasi yang mana kegiatan bisa berjalan dengan lancar dan tamu merasa terpuaskan.

Kata Sinom itu musti juga tidak asing dalam kehidupanmu ya Yanindra. yup betul sekali, sinom itu merupakan salah satu lagi Jawa tradisional. Banyak nilai-nilai adiluhung kebudayaan Jawa, salah satu adalah dalam seni suara, yakni lagi. Orang Jawa ketika sedang beristirahat suka mendengarkan lagu-lagu Jawa dari radio. Dan juga orang Jawa itu suka menyanyi atau nembang. Kamu kemarin menemui orang seperti itu kan, Yanindra. Sambil mengendalikan kerbau, saat membajak sawah, petani menyanyikan lagu-lagu Jawa, yang tidak kamu ketahui artinya.

Sinom itu salah satu jenis lagu yang terkenal dalam kebudayaan Jawa, Yanindra. Orang Jawa memiliki beberapa jenis lagu yang ada yakni: mijil, maskumambng, Kinanthi, Sinom, Dandanggula, Asmarandana, Gambuh, Durma, Pangkur, Megatruh, Pocung, dan Wirangrong Lagu tersebut diciptakan oleh para wali saat menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Kapan-kapan kalau kita ketemu lagi, akan ku ceritakan tentang lagu-lagu tersebut yang merupakan simbol dari siklus kehidupan manusi. Nanti Yanindra, sabar, aku ceritakannya nanti saja kalau kita bertatap muka.

Sambatan. Sambatan itu mungkin dari kata sambat yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan mengeluh, sedang mendapatkan kesusahan. Sambatan berarti memberikan bantuan terhadap orang yang sedang mengalami kesusahan alias kesulitan. Penggunaan istilah sinom itu sama dengan pladen, berbeda dengan sambatan. Kalau sambatan itu saling tolong menolong atau gotong royong dalam kegiatan seperti membantu tetangga membuat rumah dan kegiatan yang lain selain melayani seperti pladen dan sinom tadi.

Orang yang nyambat, si tuan rumah, biasanya nanti menyediakan minuman, makanan dan rokok. Orang-orang sambatan itu tidak meminta imbalan uang, Yanindra. Meraka melakukan sambatan dengan harapan disuatu saat nanti kalau mereka sedang repot ada tetangga yang mau menolong. Itu merupakan sistem gotong royong yang ada di desa, Yanindra. Sebenarnya tidak ada peraturan atau undang-undang yang mengikat bahwa setiap penduduk harus melakukan gotong royong. Akan tetapi sebagai manusia Jawa yang masih Njawani, mengerti, mereka memiliki perasaan tidak enak apabila tidak turut serta membantu orang lain. Dan bagi mereka, tolong menolong adalah salah satu bentuk ibadah, selain mendekatkan diri dengan manusia sekitar, hal tersebut juga mendekatkan diri manusia dengan Tuhannya.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *