Faktor-faktor perubahan sosial
|Sistem berlapis-lapis dalam masyarakat dapat bersifat tertutup dan dapat pula bersifat terbuka. Pada sistem kelas yang tertutup tidak memungkinkan terjadinya perpindahan anggota-anggota masyarakat dari satu lapisan kelapisan lain, baik keatas maupun kebawah. Hanya ada satu jalan masuk untuk menjadi anggota dari suatu lapisan masyarakat itu, ialah kelahiran. Sebaliknya pada sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri naik kelapisan atas; sedang bagi yang tidak cakap jatuh kelapisan bawah. Jadi ada kemungkinan untuk perubahan kedudukan atau status (Adham Nasution, 1983 : 128-129).
Di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Menurut soerjono Soekanto (1994 : 361-365), faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
- Kontak dengan kebudayaan lain.
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikmati kegunaannya.
- Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara obyektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan jaman atau tidak.
- Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang baru. Di Indonesia juga dikenal sistem penghargaan tertentu, walaupun masih dalam arti yang sangat terbatas dan belum merata.
- Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation), yang bukan merupakan delik.
- Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification).
- Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status lebih tinggi. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinasi-subordinasi. Pada golongan yang berkedudukan lebih rendah, acap kali terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial sendiri. Keadaan tersebut dalam sosiologi disebut status-anxiety. Status-anxiety menyebabkan seseorang berusaha menaikkan kedudukan sosialnya.
- Penduduk yang heterogen.
Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadinya pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
- Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.
Sedangkan penyebab perubahan sosial lain yang diungkapkan oleh Astrid S. Susanto (1983 : 157) yaitu ilmu pengetahuan (mental manusia), kemajuan teknologi serta penggunaanya oleh masyarakat, komunikasi dan transport, urbanisasi, perubahan atau peningkatan harapan dan tuntutan manusia (rising demands).