Eksistensi Bimbingan Belajar dalam Implementasi Kurikulum 2013

goPerubahan, pembaruan, penyempurnaan, pergantian entah apa nama dari kebijakan tentang kurikulum ini. Semenjak diputuskan oleh Kemendikbud, maka secara berbondong-bondong orang mulai melirik kurikulum baru tapi lama ini. Kurikulum 2013, itu kira-kira nama dari kurikulum tersebut. Kurikulum yang digadang-gadang akan mampu melahirkan generasi emas Indonesia menuju seratus tahun kemerdekaan Indonesia (2045), dianggap memiliki kebaharuan. Diantaranya adalah perubahan paradigma belajar, pendekatan dalam proses belaajr, evaluasi dalam pembelajaran hingga nilai-nilai apa yang akan didapatkan anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Perubahan pertama adalah perubahan mindset belajar. Salah satu definisi belajar yang terkenal adalah takxonomi Bloom yaitu belajar adalah satu perubahan dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak suka menjadi suka dan dari tidak bisa menjadi bisa. Sehingga menyentuh tiga ranah sekaligus yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Terdapat berbagai teori belajar, secara garis besar yaitu kognitifisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Dalam hal ini yang dibahas adalah konstruktivisme yang mana anak didik yang merekonstruksi kemampuan dasar yang dimiliki. Maka dari itu makan terjadi perubahan pembelajaran dari awalnya teacher center menuju students center.

Pada kurikulum 2013, menggunakan pendekatan students learning yaitu pendekatan yang memberikan ruang bagi kreativitas anak didik untuk mengeksplor, menemukan, dan membangun pengetahuannya sesuai dengan bakat dan minatnya untuk meningkatkan kualitas pribadi dari anak didik tersebut. Belajar bukan lagi sekedar menerima pengetahuan melainkan belajar adalah mencari dan mengkonstruksi pengetahuan aktif dan spesifik. Metode konvensional seperti ceramah harus mulai ditinggalkan diganti dengan metode pembelajaran yang menekankan pada pemecahan malasah. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik.

Sebaik apapun konsep kurikulum, pada prakteknya yang menentukan adalah guru karena merekalah yang bersentuhan secara aktif dengan anak didik. Pada kuriukulum 2013, sesuai dengan pembelajaran konstruktivime, peranan guru menjadi fasilitator dan motivator dalam kegiatan belajar mengajar. Guru tidak lagi mengajar yaitu memindahkan ilmu pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didik, melainkan membelajarkan yaitu dimana anak didik berpartisipasi aktif dalam membentuk pengetahuan yang kontekstual. Guru bukanlah menjadi satu-satunya sumber belajar, melainkan anak didik harus mencari sumber belajar dari media maupun tempat lain.

Salah satu sumber belajar adalah bimbingan belajar (Bimbel). Bisa dikatakan bimbingan belajar adalah sekolah non formal. Mereka memberikan materi pelajaran kepada anak didik yang merasa belum puas dengan apa yang disampaikan di sekolah. Biasanya materi antara di Bimbel dengan sekolah sama. Namun Bimbel memiliki kelebihan dalam hal intensifikasi dalam belajar. Metode mengajar di Bimbel dan sekolah berbeda. Kedekatan antara pengajar Bimbel dengan anak didik terlihat tanpa sekat tidak seperti hubungan antara guru dengan anak didik. Bimbel memberikan berbagai fasilitas yang menunjang dalam proses pembelajaran.

Di Indonesia ada berbagai Bimbel yang dikelola secara professional dan ada pula yang dikelola oleh individu tertentu. Kredibilitas dari masing-masing Bimbel ditentukan oleh hasil lulusan dari kegiatan belajar di Bimbel. Apabila anak didik lulus semua dan mendapat nilai yang memuaskan secara langsung nama Bimbel akan ikut terdongkrak pula. Ganesha Operatian (GO), Neutreon dan Primagama adalah beberapa Bimbel yang sudah terbukti berkualitas. Bimbel-Bimbel tersebut sudah terkenal di Indonesia dikarenakan prestasi anak didik yang membanggakan.

Kelebihan Bimbel dari sekolah adalah dari kegiatan belajar dan pengajar. Kegiatan belajar mengajar didesain sedemikian rupa dengan mengedepankan pembelajaran yang menyenangkan. Ruangan yang nyaman dan ditambah fasilitas lainnya, salah satu di GO yang menggunakan music klasik dalam mengiringi proses belajar. Bimbel memiliki revolusi belajar yang berbeda-beda. Ada rumus-rumus cepat dalam mengajar, buku dibuat semenarik mungkin, banyaknya latihan soal membuat anak didik yang mengikuti kegiatan belajar di Bimbel akan berbeda kualitas dengan anak-anak yang tidak mendapatkan jam belajar tambahan. Inipun dengan catatan anak didik yang mengikuti dengan serius KBM di Bimbel.

Pengajar Bimbel berbeda sekali dengan guru-guru di sekolah, baik itu dari segi penguasaan materi, cara mengajar hingga ke penampilan. Pengajar Bimbel dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam memahami materi dan mengerjakan soal. Pengajar Bimbel atau bisa disebut tentor selalu dipaksa untuk belajar dan selalu mengerjakan soal-soal dikarenakan harus siap seaktu-waktu terhadap pertanyaan dari anak didik. Tentor harus mampu memberikan solusi dari setiap persoalan anak didik dari masalah pelajaran hingga masalah pacaran. Tentor harus benar-benar peka terhadap kejiwaan dari anak didik. Peran motivasi dari tentor sangat besar terhadap kejiwaan dari anak didik. Hubungan antara anak didik dengan tentornya sangat dekat. Nongkrong bersama, maen futsal, makan bareng dengan anak didik, hal-hal itu yang jarang dilakukan oleh para guru di sekolah.

Cara mengajar, guru dengan tentor jelas berbeda. Tentor tidak memberikan nilai seperti yang dilakukan anak didik. Tentor berperan dalam membantu anak didik dalam memecahkan materi. Tentor di Bimbel ditutut untuk sekreatif mungkin sehingga membuat anak didik suka dalam mengikuti KBM di Bimbel. Masing-masing Bimbel memiliki metode belajar yang berbeda, salah satunya di GO yang menawarkan adanya rumus cepat dalam memahami materi yang dikenal dengan The King, ada break saat KBM, mendengarkan music klasik, hingga adanya program tutorial service time yang merupakan tempat untuk anak didik bertanya tentang pekerjaan rumah atau untuk persiapan anak didik ujian di sekolah.

Penampilan guru dengan tentor sangatlah berbeda. Guru memakai pakaian resmi PNS sedangkan pakaian tentor di Bimbel bebas asalkan sopan. Ada Bimbel tertentu yang menerapkan seragam khusus bagi tentornya, salah satunya memakai kemeja lengan panjang dan memakai dasi. Tentor di Bimbel biasanya muda-muda tidak seperti guru di sekolah yang sudah tua-tua. Pendekatan dengan personal anak didik jauh berbeda. Tentor yang muda-muda ini mampu memahai psikologis anak didik, sedangkan guru-guru sekolah yang lahir pada zaman berbeda kurang bisa mengerti perasaan anak didik. Sehingga acap kali guru-guru tersebut memarahi anak didik. Yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang tentor.

Dalam menghadapi Kurikulum 2013, Bimbel menjadi salah satu sumber belajar. Hal ini sesuai dengan paradigma dari kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa guru buka lagi menjadi satu-satunya sumber belajar. Satu kelemahan yang mungkin ada pada Bimbel adalah harga yang kurang terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah. Sehingga membuat anak didik dari orang tua yang memiliki ekonomi menengah kebawah mengalami kesulitan dalam mendapatkan sumber belajar yang selama ini hanya didapatkan dari guru kelas dan buku LKS ataupun paket.

Namun pada kenyataannya sama saja, banyak anak didik yang mengikuti Bimbel dikarenakan hanya terpaksa oleh orang tua, atau untuk ajang gaul semata nilainya juga tidak beda jauh dengan anak didik yang tidak mengikuti kegiatan belajar di Bimbel. Semua tergantung niatnya, kalau memang benar-benar ingin meraih prestasi dan mewujudkan mimpi, maka salah satu jalan penunjang bisa melalui kegiatan belajar di Bimbel.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *