Dulu lawan, kini teman
|Kehidupan itu memang acap kali cepat berubah. Kemarin masih baikan, sekarang jadi musuhan. Begitu pula sebaliknya, yang dulu musuhan kini bisa saling dukung mendukung. Pokoknya hidup itu mudah sekali berubah. Bulan lalu masih rajin sering telpon, bbm, WA hingga smsn, kini hilang tiada kabar entah dimana. Kehidupan itu begitu sangat cair, Yanindra, hingga muncul kata-kata di dunia ini tidak ada pertemanan dan permusuhan yang abadi, yang ada hanya kepentingan belaka. Selama memiliki satu kepentingan, dulu sempat menjadi lawan kini menjadi teman.
Masih ingat pada Pilpres kemarin, Yanindra. Saat itu mas Anies secara bersemangat mendukung pak Jokowi untuk mengalahkan pak Prabowo. Tak tanggung tanggung, Mas Anies menjadi juru kampanye pak Jokowi. Sesekali saat orasi mengkritik pihak sebelah itu wajar, Yanindra. Begitu pula yang dilakukan mas anies untuk memenangkan pilihannya, Pak Jokowi. Pada akhir pemilu, calon presiden yang didukung mas anies, yakni pak Jokowi, berhasil menang mengalahkan pak Prabowo. Mungkin sebagai imbalan atas kerja kerasnya saat Pilpres, Mas Anies diangkat menjadi Menteri pendidikan. Tapi waktu berganti dengan begitu cepat ketika ingatan itu masih segar tumbuh dalam memori kita, Yanindra.
Pak Prabowo kini malah mendukung mas Anies maju dalam pilkada jakarta disandingkan dengan kader partai Gerinda. Koalisi Gerinda dengan PKS mengutus duet Mas Anies dan Sandiaga Uno untuk maju dalam petarungan mendapatkan tahta ibukota. Lho bukannya beberapa bulan ini mas Uno itu mengaku sebagai calon orang nomor satu DKI. Kampanye sudah dilakukan, blusukan juga sudah sering. Mengkritik kebijakan petahana bukan hal yang asing. Tapi kini saat pendaftaran, tiba tiba mas uno menjadi wakil mas anis. Hasrat untuk menjadi calon gubernur DKI harus diurungkan. Hasil kesepakatan mengatakan lain, Mas uno hanya jadi wakil saja.
Mas uno mah cuman menjalankan tugas dari ketua partainya, Pak Prabowo.
Apa pak Prabowo lupa dengan apa yang dilakukan mas anies pada masa lalu???
Bagi para pendukung fanatik pak Prabowo, mereka kecewa dengan putusan yang diambil pada hari terakhir pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur tersebut. Ingatan mereka masih kuat terhadap apa yang dilakukan mas anies pada saat Pilpres masa lalu hingga berujung pada kekalahan jagoan mereka, pak Prabowo. Namun beberapa pihak juga membenarkan apa yang dilakukan pak Prabowo ini. Soalnya tidak ada kader Gerindra yang mampu menyaingi popularitas Ahok yang dulunya juga menjadi kader dari partai Gerindra ini.
Pak Prabowo mungkin sudah lupa?
Menurutku tidak, Yanindra Prabowo bukanlah Nunun Nurbaiti yang mendadak terkena penyakit amnesia saat ditangkap KPK. Prabowo itu merupakan panglima kopassus tempo doeloe. Prabowo tidak mungkin lupa dengan pemilu pada Pilpres 2014 dan mungkin juga pada saat Pilpres 2009 saat maju mendampingi mbak Mega. Pak Prabowo tahu hitungan kalkulasinya dalam mengajukan calon untuk bertarung dalam DKI-1. Pak Prabowo tidak mungkin mengirimkan kader yang abal-abal dalam pesta demokrasi yang penting di pusat ibu kota ini.
Sekali aku tekan kan, Yanindra
Tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan.
Mungkin dulu, mas Anies merupakan kubu yang berseberangan dengan pak Prabowo. Munfkin mas Anies dulu khilaf dalam mendukung dari pak Jokowi untuk menjadi presiden RI. Mungkin mas Anies termakan pencitraan dari pak Jokowi yang nampak orang biasa-biasa saja. Tapi kini mungkin, mas Anies sudah tahu jalan mana yang dianggapnya benar sehingga merapat kebarisan pak Prabowo. Meraka siap bahu membahu untuk melanjutkan pembangunan apa yang sudah dilakukan oleh pak Ahok.
Mungkin sakit hati dari mas Anies yang diresuflle dari kabinet Kerja oleh Presiden Jokowi?
Aku kurang tahu kalau hal itu, Yanindra. Soalnya dalam politik itu segala kemungkinan masih ada