Dukungan terhadap Proklamasi
|Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia kemudian menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Satu daerah dengan daerah lainnya berbeda-beda dalam mendengar berita proklamasi dikarenakan sulitnya transportasi dan sarana komunikasi. Langkah selanjutnya setelah mendengar berita proklamasi kemudian rakyat setempat melakukan tindakan spontan dan heroic dalam rangka menyambut kemerdekaan Indonesia. Cara yang dilakukan beraneka ragam dengan cara melucuti senjata Jepang, menduduki tempat penting, dan lain sebagainya.
Tindakan terhadap Jepang khususnya untuk merebut dan melucuti senjata-senjata Jepang. Tujuan melucuti senjata Jepang : (1) Memperoleh senjata untuk modal perang. (2) Mencegah senjata Jepang supaya tak jatuh ke tangan sekutu. (3) Mencegah supaya senjata Jepang tak dipakai untuk membunuh rakyat.
Berbagai tindakan spontan dalam rangka menyambut kemerdekaan antara lain:
Peristiwa Hotel Yamato di Surabaya
Orang-orang Belanda yang menginap di Hotel Yamato/Orange mengibarkan bendera Belanda yang berwarna merah, putih dan biru. Hal tersebut memancing kemarahan pemuda Surabaya yang sedang bergelora semangat nasionalismenya dikarenakan baru marayakan kemerdekaan. Para pemuda Surabaya kemudian menyerbu Hotel Yamato. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Merah Putih Biru, kemudian merobek bagian warna birunnya. Setelah itu, bendera tersebut dikibarkan kembali sebagai bendera Merah Putih
Dukungan dari Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII
Kemudian untuk mempertegas sikapnya, Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VII pada tanggal 5 September 1945 mengeluarkan amanat. Amanat Sri Paku Alam VIII sama dengan amanat Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Hanya saja kata‘Sri Sultan Hamengkubuwana IX’ diganti dengan ‘Sri Paku Alam VIII’ dan ‘Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat’ diganti dengan ‘Negeri Paku Alaman’. Amanat dari HB IX antara lain:
- Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa dari Negara Indonesia. Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat.
- Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara RI bersifat langsung.
- Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa bertanggung jawab kepada Presiden.
Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua kantor terhadap pihak Indonesia. Perbuatan itu diperkuat oleh Komite Nasional Indonesia daerah Yogyakarta yang memkabarhukan berdirinya pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut tangsi Otsukai Butai.
Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Pertempuran Lima Hari di Semarang adalah pertempuran besar yang terjadi seusai Jepang menyerah terhadap Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945. Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari momen kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang yang bakal dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini memunculkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Kondisi terus meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi.
Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk mengecek air minum tersebut. Ketika sedang meperbuat pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur. Momen ini memunculkan amarah rakyat jadi berkobarlah pertempuran Lima Hari di Semarang. Dalam pertempuran tersebut, setidak sedikit 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas. Pertempuran ini sukses diakhiri seusai ceo TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.
Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan diperbuat dengan berdemokrasi, pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945 dengan beraninya kurang lebih 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera Merah-Putih.
Pertempuran di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan merebut gedung-gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda sukses merebut senjata dari markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa di bulan Desember 1945, rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945 dengan cara serentak para pemuda meperbuat agresi terhadap Jepang.
Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut. pemuda menolak dan timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.
Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang diperbuat tanpa Insiden. Pihak Jepang berusaha menghindari pertempuran.
Pertempuran di Sumbawa
Di bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa meperbuat aksi. Mereka meperbuat perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.