Dimana dia???
|Kok beberapa waktu ini, tumben kamu nggak pernah membahas tentang Dia, Yanindra? Apakah kamu sudah melupakan Dia begitu saja? Apakah kamu sudah lupa akan semua yang terjadi pada masa lalu antara kau dan Dia? Semudah itukah kamu melupakan Dia, Yanindra? Bagaimana cara kamu bisa melupakan Dia, Yanindra? Sejak kapan kau mampu melupakan Dia, Yanindra? Mengapa kamu meluapakan Dia, Yanindra. Tolong ajari aku bisa aku juga bisa melupakan Dia. Dia itu beda dengan Dia mu, Yanindra. Dia yang aku maksud adalah mbak-mbak gemes yang mengucapkan ulang tahun pada tengah malam menjelang hari ulang tahun ku, Yanindra.
Dia??? Halah jangan kau berpura-pura lupa, Yanindra. Saat semua orang mulai melawan lupa, mulai mengungkit-ungkit kejadian masa lalu, kok kamu hendak melupakannya begitu saja. Kemarin temanku mengajak untuk mendiskusikan hal itu, Yanindra. Orangnya sih agak golongan diri sedikit, yakni berhaluan sosialis. Kami mengobrol asyik, berdiskusi tentang peristiwa masa lalu. Paling menarik adalah dialog kami tentang peristiwa Gestok. Kalau memang fakta-fakta baru menunjukan hal yang berbeda dengan informasi apa yang kita terima selama ini, kenapa tidak terjadi pelurusan sejarah??? Itu pertanyaan temanku yang mana Aku nggak bisa menjawabnya, Yanindra.
Dia itu bukan Tuhan, Yanindra. oh gara-gara aku tulis D dengan huruf capital terus kamu menyangka bahwa Dia itu Tuhan, Yanindra??? Ya sudah, selanjutnya aku akan menulisnya dengan “Dia”. Aku tahu kok, Yanindra, di dalam “Dia” terdapat sifat-sifat yang maha pengasih dan penyayang.
***
“Dia” itu bukan kasus Bank Century, Yanindra
“Dia” itu bukan kasus cicak vs buaya, Yanindra
“Dia” itu bukan kasus daging sapi, Yanindra
“Dia’ itu bukan kasus haji, Yanindra
“Dia” itu bukan kasus pajak, Yanindra
“Dia” itu bukan kasus bukit Hambalang, Yanindra
“Dia” itu bukan simulator SIM, Yanindra
“Dia” itu bukan wisma Atlet
“Dia” itu bukan kasus SKK Migas
“Dia” yang ku maksud disini bukan peristiwa atau kejadian, Yanindra. Kalau masalah itu biar nanti diurus oleh pimpinan KPK yang baru. Pimpinan KPK hasil penyaringan oleh panitia sembilan. Pimpinan KPK hasil pilihan dari para wakil rakyat. Panitia sembilan sekarang beda dengan panitia sembilan tahun 45, Yanindra. Kalau panitia sembilan dulu yang merumuskan Piagam Jakarta itu merupakan sekumpulan bapak-bapak maco. Kalau panitia sembilan yang bertugas untuk melakukan penjaringan terhadap pimpinan KPK yang baru merupakan sembilan ibu-ibu gemes, yang selain canti juga pintarnya luar biasa. Itu bisa dilihat dari gelar yang mereka sandang, Yanindra.
Dia yang dimaksud disini adalah bukan peristiwa, Yanindra.Melainkan “Dia” tokoh yang tiba-tiba menghilang. Seorang tokoh yang beberapa tahun lalu trengginas. Tokoh yang beberapa tahun lalu dikagumi banyak ibu-ibu, karena ketampanannya. Kalau masalah ketampanan, aku nggak kalah tampan dengan “Dia” kok, Yanindra. Kamu masih ingatkan kalau aku adalah pria tertampan nomor dua di dunia?????
Heuheuheu
Semenjak sore menjelang malam itu, Yanindra. Saat anggota DPR sedang fit and propertes terhadap pejabat negara. “Dia” dan beberapa temannya dengan berani, penuh dengan senyuman kemenangan di depan media kemudian menyatakan bahwa pejabat tersebut terjerat kasus korupsi. Memang kesannya arogan, Yanindra. Tapi banyak orang yang suka seperti itu kok. Sekarang itu dicari orang adil dan bertangan besi. Kalau aparat penegak hukumnya curi-curi pandang, equlity befor the law akan sulit terwujud.
Tapi kebanyakan orang itu nggak suka dengan tipe orang seperti itu, Yanindra. Negara kita ini nggak butuh orang urakan yang mengedepankan kebenaran dan kejujuran. Para pejabat itu kalau mau kepilih ya yang harus santun meskipun brengsek. Itu sudah menjadi rahasia umum, Yanindra. Kebenaran itu belum berujung dengan kebenaran. Meskipun banyak orang tau kalau itu benar, akan tetapi kalau pengungkapannya dengan cara yang salah, maka kesalahan bisa jadi pembenaran.
Sudah ingat, siapa “Dia”, Yanindra???