Dilema guru pada Kurikulum 2013…
|Kurikulum 2013 sudah diterapkan dari tahun ajaran 2013-2014. Kurikulum yang dirancang untuk menciptakan generasi emas Indonesia dalam rangka menyambut seratus tahun kemerdekaan ternyata menimbulkan berbagai persoalan. Kurikulum yang dikatakan sebagai kurikulum paksaan ini masih banyak terdapat kekurangan. Namun dengan berbagai kekurangan tersebut, hendaknya ada satu evaluasi yang dapat mengurangi kekurangan yang ada. Perlu di analisis kelemahan dan kekurangan agar pada tahun berikutnya tidak terjadi kesalahan yang sama.
Kurikulum 2013 menimbulkan dilema bagi sebagain guru. Ada beberapa mata pelajaran yang disembunyikan dalam mata pelajaran yang diakui dalam kurikulum. Maksud disembunyikan disini bukannya mata pelajaran dihilangkan, akan tetapi diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang lainnya, seperti contoh mata pelajaran teknologi informasi dan computer (TIK). Saat ini mata pelajaran tersebut sengaja untuk tidak diajarkan secara langsung, akan tetapi melalui pelajaran lain. Hal ini dikarenakan pada saat ini sebagian besar orang sudah memiliki computer sendiri, dan mengajarkan computer bisa melalui mata pelajaran lain, misalnya melalui mata pelajaran IPA atau IPS.
Dihilangkannya mata pelajaran tersebut membuat guru-guru mata pelajaran tersebut menjadi galau karena jumlah jam mata pelajaran menjadi berkurang. Apalagi dalam hal ini adalah guru-guru yang sudah tersertifikasi yang dalam satu minggu harus memenuhi total jam 24 jam. Guru-guru tersebut harus berpindah haluan untuk mengajar mata pelajaran lainnya, seperti kasus ada mantan guru TIK yang mengajar sejarah Indonesia. Persoalan seperti ini menimbulkan kontroversi yang mana guru tersebut tidak menguasai materi sehingga tidak berkompeten dalam pembelajaran di kelas. Memang benar guru terus belajar, akan tetapi belajar dalam waktu yang cepat mungkin akan menimbulkan dampak yang negative.
Guru yang ketambahan jam juga mengalami dilemma. Saat kekuarangan jam mereka berkoar-koar meminta jam ditambah, setelah ditambah guru tersebut merasa keberatan. Sebagai contoh adalah guru sejarah. Pada tingkat SMA/MA mata pelajaran sejarah bertambah drastis jumlah jamnya. Kurikulum lama, KTSP, mata pelajaran sejarah pada kelas X hanya satu jam dalam seminggu. Dengan materi yang begitu banyak dan jumlah jam yang sedikit, sering materi tidak tersampaikan secara menyeluruh. Untuk kelas XI dan XII peminatan IPS, mata pelajaran sejarah diajarkan sebanyak 2 jam per minggu, sedangkan untuk peminatan IPA hanya satu jam. Pada jenjang SMK, malah tidak ada pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah termasul dalam IPS terpadu yang diajarkan sebanyak 2 jam perminggu.
Pada jenjang SMK, memang pembelajaran sejarah kurang begitu penting dikarenakan tingkat SMK menekankan pada kejuaruan masing-masing. Harapannya setelah lulus dari SMK, peserta didik memiliki keterampilan yang mendukung untuk mendapatkan pekerjaan. Mata pelajaran sejarah di SMK juga diintegrasikan dengan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan 2 jam perminggu. Sehingga ada istilah Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah (PKS). Materi yang diajarkan menekankan pada menjadi warga Negara yang baik dengan sedikit penguasaan tentang sejarah Negara Indonesia.
Kurikulum sejarah dalam Kurikulum 2013, mendapatkan porsi yang lumayan banyak. Pada tingkat SMA/MA terdapat dua mata pelajaran sejarah yaitu sejarah wajib dan sejarah peminatan. Sejarah wajib juga sering disebut sebagai sejarah Indonesia yang mengajarkan sejarah Indonesia dari masa pra-aksara hingga saat ini. Sedangkan materi dari sejarah peminatan juga membahas sejarah Indonesia dan sejarah dunia. Sejarah Indonesia tidak hanya diajarkan di SMA/MA, di SMK dalam kurikulum baru mata pelajaran sejarah Indonesia juga mendapatkan tempat. Sejarah Indoensia diajarkan dalam satu minggu terdapat 2 jam baik itu di SMA maupun SMK. Sedangkan sejarah peminatan, untuk peminatan IPS, pada kelas X , mata pelajaran sejarah diajarkan 3 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk kelas XI dan XII diajarkan sebaganyak 4 jam perminggu.
Pada hakikatnya, Kurikulum 2013 memudahkan guru dalam mengajar. Pendekatan saintifik menekankan pada keaktifan siswa. Siswalah yang harus menggali informasi dari berbagai sumber. Guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar. Hal ini sesuai dengan paradigma baru dalam pembelajaran yaitu pembelajaran student center. Guru didalam kelas hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa. Guru tidak perlu lagi menerangkan materi sampai mulut berbusa-busa. Guru cukup mengomando dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik.
Permasalahan yang didapatkan guru dalam kaitannya impelementasi kurikulum 2013 adalah mengenai penilaian. Pada kurikulum 2013, penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik atau penilaian yang menyeluruh dari aspek sikap, keterampilan hingga pengetahuan. Guru harus menyiapkan perangkat penilaian yang lumayan banyak. Sebenarnya hal ini tidak menjadi masalah yang besar, asalkan dilakukan pada kelas yang ramping yang siswanya berkisaran antara 20-30 siswa. Namun masalah ini akan terasa apabila guru mengajar pada kelas yang gemuk, yaitu lebih dari 35 siswa, dan guru harus mengajar banyak kelas. Guru akan kesulitan untuk menghafal nama siswa.