Cara Nenek Moyang Mengajarkan Pendidikan Seks
|Nenek moyang bangsa Indonesia mewariskan tradisinya melalui keluarga dan keturunannya langsung atau melalui peninggalan sejarah seperti artefak,buku,patung,rumah adat/candi yang otomatis dilanjutkan oleh generasi penerusnya secara turun temurun. Cara yang pertama dilakukan dengan cara lisan dan yang kedua adalah melalui benda-benda peninggalan yang sengaja dibuat. Selain dengan peninggalan-peninggalan yang berupa benda, masyarakat pra sejarah dalam mewariskan masa lalunya juga dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah: Dengan pelatihan, yaitu dengan mengajarkan apa yang dimiliki oleh generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Hal ini dilakukan oleh nenek moyang mereka terutama berhubungan dengan masalah ekonomi, sosial maupun kepercayaan.
Dengan karya-karya yang berupa alat-alat kehidupan, sarana ibadah, upacara-upacara tradisional,lagu-lagu, tarian, dongeng dan pembuatan alat dan bangunan. Karya-karya tersebut diwariskan kepada generasi berikutnya dengan sadar maupun tidak sadar dan sangat melekat dengan kehidupan generasi sesudahnya. Warisan yang berupa cerita atau sering disebut tradisi lisan yang berupa cerita dongeng, adat istiadat, tradisi dan lain sebagainya yang terus berkembang. Tradisi lisan pada masyarakat yang belum mengenal tulisan merupakan sumber sejarah masa lampau terutama berkaitan dengan sejarah lokal.
Salah satu tradisi atau ajaran nenek moyang mengenai seks diwariskan atau diajarkan melalui candi atau kitab-kitab kuno. Nenek moyang tidak menceritakan secara lisan dalam kata-kata. Hal itu dianggap hal yang tabu membicaakan masalah seks kepada anak atau orang yang lebih muda. Nenek moyang mengajarkan mengenai seks berupa simbol-simbol dalam candi sebagai contoh patung-patung atau relief-relief di Candi Sukuh. Metode yang telah ditampilkan di situs candi Sukuh berupa relief candi mengajarkan pemahaman yang luas kepada masyarakat dulu hingga sekarang, bahwa memandang relief itu tidak hanya dengan unsur pornografi atau dianggap sebagai sesuatu yang fulgar, tetapi makna yang terkandung didalamnya memiliki arti penting bagi kehidupan yang harusnya kita pahami dan maknai secara positif.
Pada zaman itu, nenek moyang telah memiliki pemahaman dan ilmu yang sedemikian luas tentang seks dan penggambaran organ tubuh manusia yang bukan saja terlihat dari luar melainkan juga dari dalam (rahim perempuan). Lewat pemahaman tersebut, mereka telah memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk mengajarkan dan mengingatkan masyarakat pada zaman tersebut hingga zaman sekarang yang diabadikan lewat relief candi. Candi merupakan tempat peribadahan yang dikunjungi oleh banyak orang, oleh karena itu candi di buat kokoh dan megah sehingga dapat bertahan lama. Penggambaran dari reief di candi sukuh merupakan hasil interpretasi dari pemikiran nenek moyang kita, penggambaran tersebut sudah dapat dikatakan sangat detail.
Beberapa relief atau patung di Sukuh yang berkaitan dengan seks salah satunya adalah symbol lingga dan yoni. lingga dan yoni dipercayai sebagai lambang kesuburan, karena diyakini bahwa asal mula kehidupan berawal dari pertemuan dua alat kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Bagi masyarakat Jawa gambaran simbol lingga dan yoni yang dilingkari dengan rantai bunga di Candi Sukuh tersebut mempunyai makna bahwa sangat pentingnya suatu ikatan pernikahan dalam sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan, karena jika suatu hubungan tidak didasari ikatan pernikahan akan menimbulkan masalah besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan seks merupakan sesuatu yang suci (sakral) dan dapat dipelajari tentang arti penting kesucian wanita.
Lingga dan yoni juga berfungsi sebagai suwuk atau ngruwat, yakni membersihkan segala kotoran yang melekat di hati setiap manusia. Selain itu terdapat relief berbentuk rahim seorang wanita yang menceritakan asal mula kelahiran seorang manusia. Relief-relief seks itu menggambarkan lambang kesucian antara hubungan wanita dan pria yang merupakan cikal bakal kehidupan manusia. Hubungan pria dan wanita melalui relief ini dilambangkan bukan melampiskan hawa nafsu, tapi sangat sakral yang merupakan curahan kasih sayang anak manusia untuk melahirkan sebuah keturunan.
Candi Induk berbentuk seperti alat kelamin wanita menurut beberapa pakar memang dibuat untuk mengetes keperawanan para gadis. Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas. Hal ini menggamrkan saat itu bagaimana kehidupan sosial sudah diatur sedemikian rupa agar maysarakat hidup sesuai dengan aturan yang berlaku.
Sisi erotis sejarah Candi Sukuh Karanganyar yang lain bisa kita lihat di pelataran depan sebelah kiri candi. Di sini ada sebuah menara dari batu dengan relief sosok-sosok yang tanpa mengenakan busana. Ada pula sebuah relief menyerupai tapal kuda besar dengan sosok manusia di dalamnya, yang menggambarkan rahim seorang wanita. Sebenarnya semua bentuk keerotisan yang ada di berbagai arca dan relief di candi ini tidaklah bermakna negatif. Semuanya adalah simbol. Lingga dan Yoni yang ada di Candi Sukuh Karanganyar sebenarnya melambangkan Dewa Siwa dan Istrinya dewi Parwati sebagai simbol kesuburan.
Selain melalui Candi Sukuh juga terdapat beberapa peninggalan menganai cara orang terdahulu kita mengajarkan mengenai seks. Salah satunya adalah Serat Centhini (Suluk Tembangraras) yang berkembang pada Mataram Islam sekitar abad ke-19. Orang banyak mengatakan bahwa Serat Centhini adalah Kamasutranya suku Jawa. Serat Centhini yang terdiri atas 722 tembang (lagu Jawa) itu antara lain memang bicara soal seks dan seksualitas. Masalah seksual dalam serat itu diungkapkan dalam berbagai versi dan kasus. Misalnya, menyangkut masalah pengertian, sifat, kedudukan dan fungsinya, etika dan tata cara bermain seks, gaya persetubuhan, dan lain-lain. Bahkan seks juga dibicarakan dalam kaitannya dengan penikmatan hidup atau pelampiasan hasrat hedonisme (sebuah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kenikmatan adalah kebaikan tertinggi atau satu-satunya kebaikan dalam kehidupan).
Orang pasti akan menganggap tabu jika membicarakan tentang seks, dianggapnya sex education akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks (sex education) seolah sebagai suatu hal yang vulgar. Pembelajaran seks bagi yang sudah berumur bukanlah hal yang tabu. Hal-hal ini diperlukan agar menambah wawasan antara kebaikan dan keburkan seks. Manusia dituntut untuk berhati-hati menjaga alat kelamin agar generasi masa depan menjadi generasi yang baik secara fisik maupun secara psikis. Pendidikan seks diperlukan agar anak mengetahui fungsi organ seks, tanggungjawab yang ada padanya, dan panduan menghindari penyimpangan dalam berbuat seks.Memang masa remaja adalah masa yang didominasi dengan masalah-masalah seks
Terimakasih banyak membantu materi pengayaan sejarahnya