Beberapa Versi dalang peristiwa Gerakan Tiga Puluh September
|Peristiwa Gerakan 30 September meruapakan peristiwa fenumenal dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Peristiwa satu malam tersebut kemudian menjadi penutut kisah romantisme kepemimpinan Seokarno kepada pemerintahan gaya baru ala Orde Baru. Peristiwa satu malam yang sampai sekarang belum menemukan titik kejelasan siapa yang menjadi dalang dari peristiwa penculikan dan pembunuhan beberapa jenderal tingkat atas dalam lingkungan Angkatan Darat.
Kemudian bermunculan berbagai versi siapa yang menjadi dalang dari peristiwa satu malam tersebut, antara lain:
Buku putih berjudul “Gerakan 30 September, Pemberontakan Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya” yang diterbitkan oleh Sekretariat Negara tahun 1994 merupakan salah satu versi yang kemudian menjadi acuan buku pelajaran Sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Menurut buku tersebut, dalang dari G 30 S adalah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Harold Crouch (1978) dalam bukunya The Army and Politics in Indonesia mengungkapkan bahwa menjelang tahun 1965, Angkatan Darat pecah menjadi tiga faksi. Faksi tengah yang loyal pada Soekarno (dipimpin Men/Pangad, Mayjen. A. Yani), namun menentang kebijakan Soekarno tentang persatuan nasional (konsep Nasakom). Faksi kanan bersikap menentang A. Yani yang Soekarnois, didalamnya terdapat Jenderal Nasution dan Mayjen Soeharto. Kedua faksi ini sama-sama anti PKI. Faksi yang ketiga yaitu faksi kiri yang merupakan perwira-perwira menengah ke bawah yang telah diifiltrasi oleh PKI. Peristiwa G 30 S ditujukan untuk menyingkirkan faksi tengah dan kemudian menghabisi faksi kiri yang dijadikan kambing hitam, sehingga akan melapangkan jalan bagi perebutan kekuasaan oleh kekuatan sayap kanan Angkatan Darat. Angkatan Darat sejak 1962 mengalami perpecahan. Terkait dengan Gerakan 30 September, unsur-unsur Angkatan Darat dan Angkatan Udara terlibat dalam aksi tersebut bersama dengan ormas-ormas PKI .
Versi yang sekarang juga banyak dikupas yaitu berupa dokumen tentang sejauh mana keterlibatan Badan Intelejen Amerika Serikat (Central Intelligence Agency/CIA) dalam peristiwa penggulingan Soekarno. Bahan-bahan itu sekarang dapat diperoleh dan dikaji lebih mendalam sehubungan dengan ketentuan undang-undang Amerika Serikat sendiri yang menyatakan bahwa semua dokumen negara yang bersifat rahasia dan telah berumur 30 tahun atau lebih dapat dipublikasikan dan diketahui khalayak secara terbuka. Abad XX dapat dikatakan sebagai abad Intervensi, abad Intel. Abad ini menjadi puncak kecanggihan intelligence yang sangat berkuasa diseluruh dunia, mendominasi kepentingan hidup manusia. Negara-negara adikuasa, terutama Amerika Serikat, sering mengaduk-aduk negri orang lain dengan sasaran utama negri-negri dunia ketiga, khusus Indonesia, Soekarno dianggap paling menghambat garis politik “dunia bebas”. Data yang dibeberkan CIA ini dapat ditelusuri benang merahnya guna melacak kisah penggulinga Soekarno dan Peristiwa 30 September 1965, walaupun bisa dipastikan masih banyak informasi penting yang disembunyikan .
Keterlibatan CIA dalam penggulingan Soekarno menurut Willem Oltmans (2001) dalam bukunya yang berjudul Di Balik Keterlibatan CIA: Bung Karno Dikhianati? tidak lepas dari intervensinya terhadap militer Indonesia dengan meracuni pikiran beberapa perwira Indonesia bahwa menyingkirkan Soekarno merupakan tugas patriotik demi menghalau komunis di Indonesia. Perwira-perwira ini merupakan anggota Angkatan Darat yang memperoleh pendidikan militer AS dan para perwira daerah yang bekerja sama dengan CIA dalam melaksanakan program civic mission membendung kekuatan komunis di daerah. Bahkan CIA berhasil meyakinkan salah seorang perwira yang memegang tampuk pimpinan militer pasca peristiwa Gerakan 30 September yaitu Soeharto, bahwa PKI-lah yang bersalah dan harus disingkirkan bersama dengan Soekarno yang enggan mengutuk keterlibatan PKI dalam peristiwa tersebut.
Dalam pidato pertanggungjawaban Presiden Soekarno di depan Sidang Umum IV MPRS tanggal 22 juni 1966 yang berjudul Nawaksara (Sembilan 8 Laporan Pokok) dan Pelengkap Nawaksara tanggal 10 Januari 1967, Presiden Soekarno mengungkapkan bahwa Peristiwa G 30 S itu ditimbulkan oleh pertemuan tiga sebab, yaitu keblingeran pimpinan PKI, kelihaian subversi Nekolim (AS/CIA dan sekutunya), dan adanya oknum-oknum dalam Angkatan Darat yang tidak benar . Jelaslah bahwa Soekarno sendiri juga tidak menutup kemungkinan adanya pihak asing, khususnya AS melalui CIA, turut andil dalam upaya menggoyahkan kedudukan dirinya sebagai presiden.
Mahkamah Militer tahun 1979 memutuskan bahwa tokoh yang paling bertanggung jawab terhadap peristiwa Gerakan 30 September adalah Syam Kamaruzaman yaitu ketua dari Biro Khusus PKI. Tugas Biro Khusus adalah merancang dan mempersiapkan perebutan kekuasaan. Di samping itu juga melakukan infiltrasi ke dalam tubuh angkatan militer, organisasi politik dan organisasi masa.