Bisa Ngopi
|Kopi hitam ditambah dengan mie goreng rebus dan beberapa gorengan itu yang biasa aku pesan di angkringan, Yanindra. Andai anggota DPRD itu mau makan seperti apa yang aku makan, aku rasa uang saku mereka nggak perlu nambah. Itu sudah sangat mengenyangkan, Yanindra, walau mungkin kurang begitu bergizi. Kalau untuk aku sih nggak masalah, tapi untuk mereka yang selalu berpikir, makanan seperti itu nggak cukup untuk memenuhi perut mereka.
Apalagi makannnya ditemeni oleh mbak-mbak gemes, Yanindra. Makanan sih boleh biasa tapi yang mendampingi cantiknya luar biasa kan lebih menyenangkan dibandingkan makan di restoran yang mewah tapi sendirian. Menurutku nggak masalah sih Yanindra, mau makan apa kan ujung-ujungnya juga jadi kotoran. Orang-orang kota itu terlalu banyak memilah dan memilih. Coba saja mereka mau menengok makanan kami sebagai orang desa. Makanan kami sederhana dan alami. Lihat saja orang desa itu lebih sehat-sehat dibandingkan orang-orang kota.
Kami menanami kebun kami dengan beberapa tanaman untuk mencukupi kebutuhan sayur mayur, Yanindra. Seperti bayam, terong, daun ketela hingga cabe kami tanam sendiri. Kalau ibu kami mau membuat sayur ya tinggal petik di kebun. Kami mewarisi ajaran hidup dari Bung Karno tentang Marhenisme, Yanindra. Ini bukan ajaran Gafatar the legend of ang, Yanindra yang menanami lahan di Kalimantan. Tapi ngomong-ngomong, sebenarnya perilaku Gafatar the legend of ang itu kami terapkan, Yanindra. Sebagian besar penduduk kami juga menitikberatkan hidup dari sector pertanian. Terus masalah ibadah, masjid di desa kami itu selalu sepi kecuali hari jumat dan hari raya. Bedanya kami tidak punya nabi palsu, Yanindra. Buat apa nabi palsu, lha wong yang asli saja ajarannya jarang dilakukan kok.
***
Biasanya sih sekali makan di angkringan ya kurang lebih sepuluh ribu rupiah uang harus keluar dari dompet, Yanindra. Kalau berdua dengan mengajak mbak-mbak gemes ya berarti sepuluh kali dua, sekitar dua puluh ribu. Coba bandingkan dengan ngopi di tempat yang kemarin di bom itu. Katanya temanku harga satu gelas kopi itu sekitar lima puluh ribu, Yanindra. Kalau aku perginya dengan mbak-mbak gemes, ya berarti minimal aku harus menyiapkan uang seratus ribu. Itu hanya untuk minum kopi saja, Yanindra. Apa itu nggak bikin aku jadi tambah gembel???
Lima puluh ribu hanya segelas kalau di tempat gituan, tapi kalau di angkringan, lima puluh ribu bisa untuk mu mandi kopi, Yanindra.
Mungkin pelaku bom kemarin itu bukan didasarkan atas jihad demi agama, Yanindra. Akan tetapi mereka itu adalah orang-orang yang benci dengan kesewenang-wenangan, harga kopi.
Kalau menurut salah satu temanku sih bom di kedai kopi itu hanya sebagai pengalihan isu belaka, Yanindra. Soalnya saat itu sedang ada beberapa kasus yang harus ditutupi, seperti kasus korupsi terbaru dari mbak-mbak yang memiliki seragam warna merah, dan juga ada kasus lain yakni kasus Freeport yang entah kapan ada ujungnya. Jadi, kata temanku, kejadian itu sengaja dibuat untuk mengalihkan fokus rakyat Indonesia terhadap hal-hal seperti itu. Tapi aku nggak mau berburuk sangka kok, Yanindra.
Terpenting aku masih bisa ngopi dengan aman dan nyaman, tanpa ada bom tanpa ada sianida