Kitab Karya Sastra Peninggalan Hindu-Budha
|Pada masa Kerajaan Hindu-Budha muncul berbagai kasusasteraan tingkat tinggi yang dihasilkan oleh para pujangga masa itu. Salah satu peninggalannya berupa kitab. Kitab merupakan sebuah karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan petunjuk untuk menyingkapkan suatu peristiwa sejarah. Penulisan kitab biasanya bersifat istana sentries. Kitab dibuat oleh para pungga atas pesanan raja. Oleh karena itu sebagian besar kitab yang ada merupakan sanjungan terdahap kemasyuran seorang raja.
Berikut ini adalah beberapa kitab peninggalan Kerajaan Hindu-budha di Indonesia
- Kitab Arjunawiwaha, berasal dari Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan raja Jayabaya. Kitab Arjunawiwa ditulis oleh Mpu Kanwa. Dalam kitab ini diceritakan kisah perkawinan antara Airlangga dengan putri dari Kerajaan Sriwijaya.
- Kitab Bharatayudha juga berasal dari Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan raja Jayabaya. Kitab Bharatayudha merupakan karya dari Mpu Sedah kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh. Kitab Bharatayudha berkisah peperangan antara Penjalu dan Jenggala. Merupakan gubahan dari Kitab Mahabaratha karangan Mpu Wiyasa.
- Kitab Lubdaka berasal dari Kerajaan Kediri karangan Mpu Tanukung yang berisi tentang seorang pemburu yang bernama Lubdaka. Kemudia dia bertobat memuja dewa Siwa, seharusnya dia masuk neraka akan tetapi kemudian masuk surga karena kesungguhannya. Kitab Lubdaka berisi tentang kehidupan sosial masyarakat pada masa itu. Tinggi rendahnya derajad manusia tidak didasarkan pada tingginya pangkat dan hartanya, melainkan berdasarkan perilaku dan moralnya.
- Kitab Negarakertagama. Berasal dari kerajaan Majapahit. Kitab Negarakertagama merupakan karya Empu Prapanca pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Kitab Negarakertagama menceritakan kebesaran wilayah Kerajaan Majapahit yang meliputi wilayah nusantara sekarang ini dan beberapa wilayah sekitarnya.
- Kitab Smaradahana. Kitab Smaradahana ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh Empu Darmaja. Isinya menceritakan tentang sepasang suami istri Smara dan Rati yang menggoda Dewa Syiwa yang sedang bertapa. Smara dan Rail kena kutuk dan mati terbakar oleh api (dahana) karena kesaktian Dewa Syiwa. Akan tetapi, kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan menjelma sebagai Kameswara dan permaisurinya.
- Kitab Pararaton, menceritakan mengenai pendiri kerajaan Singosari hingga kerajaan Majapahit.
- Kitab Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma memuat kata-kata yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Kalimat lengkapnya adalah “Hyan Buddha tan pabi lawan siwarajadewa rwanekadhatu winuwus wara Buddhawisma bhineki rakwa rinapankenapanarwanosen manka n jiwatwa kalawan siwatatwa tunggal bhineka ika tan hanna dharma Mangruwa”.
- Kitab Sang Hyang Kamahayanikan Mantranaya, pada abad ke-10, Mpu Sindok dari Dinasti Isana menyebarkan ajaran dari India, yaitu agama Buddha. Ajaran itu disebarkan di Jawa dan disesuaikan dengan pengetahuan penduduk pada saat itu.
- Kitab Sundayana yang menjelaskan terjadinya perang Bubat. Yakni peristiwa terbunuhnya rombongan pengantin dari Kerajaan Pajajaran yang hendak ke Majapahit