Pembelajaran Humanis
|Sebagus apapun kurikulum, pelaksananya adalah guru. Dalam hal ini dutuhkan guru-guru yang hebat yang memiliki kreatifitas tingkat tinggi dalam mengajarkan ilmu kepada anak didik. Guru bukan sekedar pekerjaan, namun guru harus menjadi jiwa setiap pendidik, bukan hanya untuk mencari penghasilan semata. Mungkin terlalu idealis anak muda kalau mengganggap uang itu bukanlah hal yang sangat menarik. Di negara para begundal, anak muda tidak mengenal tanggal muda maupun tanggal tua, yang mereka tahu hanya tanggal 30 September yaitu tanggal yang sampai saat ini masih simpang siur benar apa tidaknya peristiwa yang terjadi pada tanggal tersebut.
Guru harus menjadi pelita dalam gelapnya kebodohan anak didik. Guru yang baik mampu membimbing anak untuk lepas dari gelapnya belenggu daya pikir mereka. Pada kurikulum baru, guru dituntut sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar. Hasil yang ingin didapatkan dari proses belajar adalah yang awalnya anak didik tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak suka menjadi suka dan yang tidak bisa menjadi bisa. Ranah pembelajaran harus menyentuh ketiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pembelajaran diwajibkan untuk memperbaharui attitude, knowladge dan skills yang dimiliki oleh anak didik. Harapan tersebut bukan hanya harapan semu belaka, asalkan guru benar-benar siap dan mampu dalam mengajar. Sebelum mengajar alangkah bijak kalau guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Selama ini fakta yang ada di lapangan guru tidak membuat rpp sendiri melainkan hanya copy paste dari internet ataupun hasil ngopy dari milik teman yang ternyata juga dari internet.
Internet menjadi hal yang tidak asing dalam dunia baru penuh teknologi ini. Di negara begundal internet dijadikan pemerintah untuk mesosialisasikan banyak hal, terutama tentang kenaikan harga bbm. Antara orang yang ngelike dengan orang yang coment jauh lebih banyak orang yang ngoment. Hal ini menandakan bahwa sebagian orang menolak kenaikan harga bbm. Seandainya dalam facebook ada content dislike malah akan lebih jelas lagi bahwa sebagian rakyat tidak menghendaki harga bbm. Mungkin itu bisa diusulkan kepada Mark Zuckerberg.
Kembali lagi ke masalah pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru
Pada bab pendahuluan langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh guru antara lain memberikan senyum cinta kepada anak didik, kemudian mengajak anak didik untuk berdoa, dilanjutkan dengan memberikan perhatian kepada anak didik. Seandianya guru mau tersenyum lebih manis kepada anak didik dan memberikan perhatian yang lebih hangat, anak didik pasti akan menyukai pelajaran yang akan diajarkan oleh guru tersebut. Modal awal adalah menyukai
Guru laki-laki di republik begundal sering meluangkan waktu bermain futsal dengan para siswa, seminggu sekali dan terkadang guru yang membayari. Ciptakan kedekatan antara guru dengan anak didik. Apalagi dengan anak cewek, guru bisa lebih dekat lagi. Cewek itu perasaannya lebih peka dibandingkan dengan pria, mereka lebih halus dibandingkan dengan pria. Guru bisa bermain bareng dengan cewek-cewek tersebut, bisa makan malem barang, bisa jalan-jalan bareng, dan bisa saling tukar menukar barang kalau perlu cinta. Tapi ingat low ya, ini buat guru dan cewek yang masih jomblo.
Pada saat kegiatan inti belajar, guru menjelma menjadi fasilitator dan motivator. Fasilitas disini adalah guru memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengeksploitasi kemampuan yang dimiliki. Pada kegiatan inti ini peran guru hanya mengarahkan agar anak didik mengkonstruksi pengalaman yang dimiliki. Guru tidak boleh menganggap anak didik seperti botol kosong, melainkan sebagai anak yang sudah memiliki kemampuan awal dan tinggal meningkatkannya. Anak didik harus aktif dalam menggali setiap informasi baik itu dari guru, buku maupun internet. Sudah tidak zaman lagi guru berbicara hingga berbusa-busa dalam menerangkan materi.
Guru jangan hanya duduk disinggasannya terlalu lama. Terlalu lama itu tidak baik sebagai contoh kekuasaan pak Harto yang terlalu lama membuat negara ini hidup dalam kamuflase semata-mata, kesejahteraan hanya fatamorgana. Guru harus aktif bangkit dari tempat duduknya kemudian berkeliling membantu dan memotivasi anak didik dalam menyelesaikan masalah. Guru harus meniru gaya blusukan dari Pak Jokowi, melihat kondisi anak didik secara langsung. Hal ini dikarenakan kemajemukan kelas, sehingga guru tidak bisa menggeneralisasikan semua kemampuan anak didik seperti anak didik yang duduk dibagian depan.
Guru harus berjalan hingga ke pelosok kelas. Orang-orang yang bermasalah sebagian besar duduk di kursi bagian belakang, mereka senang membuat kegaduhan dan kalau saat ujian mencontek. Mereka perlu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan anak didik yang duduk dibagian depan. Anak-anak yang duduk dibagian belakang tersebut biasanya senang makan buntut ikan, sehingga kelak mereka hanya menjadi orang-orang yang ada dibelakang alis buntut. Orang-orang yang vocal adalah orang-orang yang duduk dibagian depan. Guru diharapkan mampu merangkul kepentingan semua pihak baik itu anak-anak yang duduk di depan, tengah maupun belakang.
Guru perlu menengahi setiap perdebatan yang ada di dalam kelas. Suasana kelas yang ramai untuk berdebat itu merupakan iklim yang bagus bagi kemampuan berpikir kritis peserta didik. Guru menjelma menjadi bapak yang memberikan keputusan seadil-adilnya. Dalam hal ini adil tidak harus sama. Kita masih ingat bagaimana Pak SBY mendamaikan antara KPK dan Polri dalam kasus Cicak dan Buaya. Guru jangan membiarkan anak-anak yang cerdas mendominasi pembicaraan di dalam kelas. Tidak diperbolehkan di kelas hanya ada satu atau dua orang anak yang memonopoli kelas. Kekuasaan tertinggi tetap dimiliki oleh guru.
Pada akhir pembelajaran guru dan anak didik menyimpulkan apa yang telah dipelajari pada pertemuan kali ini. Kesimpulan yang berkesan mungkin akan selalu terngiang-ngiang di kepala anak didik. Memori meraka akan mudah menerima sesuatu hal yang menarik. Pada akhir kelas, alangkah baiknya guru juga memberikan tugas bagi anak didik, entah itu tugas mengerjakan soal, membuat kreativitas atau bahkan hanya sekedar membaca buku. Perhatian yang lebih guru akan membuat hati anak didik damai, dan dengan mudah akan memahami pelajaran diajarkan pada hari ini.