Pusat (harusnya) pembelajaran pada siswa
|Dunia pendidikan Indonesia akhir-akhir mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak. Pendidikan sebagai ujung tombak perubahan ternyata belum menghasilkan apa yang diinginkan. Pendidikan selama ini masih menghasilkan generasi goblok di Indonesia. orang-orang yang bermental kotor dihasilkan dari produk sekolah formal. Kita bisa melihat orang-orang korupsi itu bukanlah orang sembarangan. Pejabat-pejabat yang korup itu sebagian besar adalah lulusan perguruan tinggi favorit. Mereka awalnya dianggap sebagai generasi emas Indonesia dengan ilmu yang dimiki ternyata godaan harta membuat meraka berpaling dengan jalan kebenaran.
Apakah kita masih menginginkan generasi goblok semakin merajalela di Indonesia????????? jawabnya tentu TIDAK. Langkah awal adalah dari diri kita sendiri untuk selalu berupaya menjadi generasi emas Indonsia yang mampu membawa Negara tercinta menjadi Negara yang disegani di dunia internasional dengan banyak prestasi. Salah satu langkah adalah revolusi dalam dunia pendidikan. Pada dasarnya tingkat keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode pembelajaran, materi, sarana prasarana, motivasi, kreativitas, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Pergeseran Paradigma pembelajaran dari Teacher-Centred ke Student-Centred Learning sekiranya dapat merubah kualitas pendidikan kita saat ini. Perubahan paradikma ini bukan lagi bagaimana guru mengajar dengan baik tetapi bagaimana siswa dapat belajar dengan baik. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia-manusia berkualitas. Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur.
Teacher centered adalah pembelajaran di kelas yang perencanaan dan instruksi berpusat pada guru. Teacher centered Approach adalah suatu pendekatan belajar yang berdasarkan pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan Student-Centered Learning adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Pembelajaran berpusat pada siswa atau student centered Learning (SCL) menuntut partisipasi yang tinggi dari peserta didik karena peserta didik menjadi pusat perhatian selama kegiatan belajar berlangsung
Prinsip student center mengandung implikasi penting bagi cara guru merancang dan mengajar karena prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada riset tentang cara belajar paling efektif bagi Siswa. Dimana dalam prinsip pembelajaran student centered, Siswalah yang dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran dikelas. Guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas mengarahkan Siswa, selebihnya Siswa melakukan pembelajaran sendiri, memahami dan menemukan pengetahuan pengetahuan secara mandiri. Pendekatan student centered untuk perencanaan dan instruksi pelajaran memberikan banyak hal positif. Prinsip tersebut mendorong guru untuk membantu Siswa secara aktif mengkonstruksikan pemahaman mereka, menentukan tujuan dan rencana, berfikir mendalam dan kreatif.
Nah pusat pendidikan sekarang ini adalah Siswa. Siswa harus mampu merekonstruksi kemampuan yang dimiliki. Siswa bukan lagi dianggap sebagai kertas putih atau gelas kosong tapi Siswa sudah memiliki pengetahuan meski sedikit. Peranan guru adalah sebagai fasilitator dan motivator agar kemampuan Siswa bisa berkembang secara maksimal. Sebagai guru tidak boleh hanya memandang kelemahan atau kekurangan dari siswa, melainkan dengan kacamata hati dia harus mampu melihat potensi dari Siswa tersebut. Guru harus memberikan peluang sebanyak mungkin kepada siswa untuk mengembangkan diri. Guru yang baik adalah guru yang tidak akan memukul siswa ketika dia berbuat salah. Guru yang baik adalah guru yang mampu merayu siswa agar mampu berbuat baik dari hari ke hari.
Di dalam kelas guru harus menggunakan model atau metode pembelajaran yang mampu meningkatkan peran serta siswa di dalam kelas, banyak sekali model pembelajaran yang mampu mengakomodasi hal tersebut. Sudah nggak jaman lagi guru ceramah di depan kelas sampai mulut berbusa-busa. Guru harus mampu menguasai kelas, dia harus mampu melihat mana siswa yang belum aktif. Tidak boleh di dalam kelas hanya satu dua atau tiga anak yang mendominasi melainkan semua siswa dalam kelas harus berkontribusi dalam pemecahan suatu masalah. Guru harus memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk tampil dengan pendapat masing-masing meskipun terkadang pendapat belum tepat. Guru tidak lagi hanya sekedar mentransfer ilmu, melainkan siswalah yang menggali ilmu itu sendiri. Saat ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Guru hanya sekedar sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa. Namun guru juga harus mampu menguasai materi sehingga saat siswa mengalami kesulitan, guru mampu datang sebagai pelita dalam gelapnya kebodohan. Pembelajaran yang terpusat kepada guru lebih-lebih akan mengurangi kesempatan siswa untuk belajar yang lebih mendalam.
Perlu dirubah mindset guru yang masih mengajar konvensional dengan metode ceramah. Guru harus mampu menerapkan pembelajaran yang benar mengoptimalkan kemampuan siswa baik itu dari segi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedikit demi sedikit mulai dikurangi dominasi guru dalam kegiatan pembelejaran dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk tampil dengan kemampuannya. Yang terpenting adalah mencipakan generasi yang cerdas dan berkarakter kuat, yaitu kepada para siswa yang mendapatkan pembelajaran dari guru. Kalau pembelajaran hanya terpusat pada guru, kemungkinan besar nanti yang cerdas hanya gurunya semata. Perlu dirubah paradigm pembelajaran dari terpusat kepada guru menjadi terpusat kepada siswa.