Soal Perlawanan Terhadap Kolonial
|- Coba jelaskan mengapa terjadi perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis pada pertengahan abad ke-16! Jawab: Latar belakang perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis dikarenakan pada saat itu, Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque berhasil menguasai Malaka kemudian melarang pedagang Aceh untuk berdagang di Malaka. Selain itu lata belakang dari perlawanan rakyat Aceh terhada Portugis antara lain: (a) Adanya monopoli perdagangan oleh Portugis, (b) Pelarangan terhadap orang-orang Aceh untuk berdagang dan berlayar ke Laut Merah, dan (c) Penangkapan kapal kapal Aceh oleh Portugis.
- Coba ceritakan secara singkat perlawanan rakyat Maluku terhadap dominasi Portugis! Jawab: Pada awalnya antara Ternate dengan Portugis terjalin kerjasama. Ternate sedang berebut kekuasaan dengan Tidore yang dibantu oleh Spanyol. Sehingga Portugis diperbolehkan mendirikan benteng di Ternate. Lama kelamaan Portugis berbuat semena-mena dengan memaksa monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Oleh karena itu ada upaya yang dilakukan oleh rakyat Ternate untuk mengusir Portugis dari Maluku. Usaha tersebut dilakukan oleh Sultan Khairun. Akibat adanya tipu muslihat, Sultan Khairun meninggal dunia. Perlawanan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Baabullah. Pada akhirnya, Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari Maluku yang kemudian menetap di Timor Timur.
- Mengapa Sultan Agung bersikeras untuk mengusir VOC dari Batavia? Mengapa tidak berhasil? Jawab : Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia, yakni:(a) tindakan monopoli yang dilakukan VOC, (b) VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka, (c) VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram, dan (d) keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa. Kemudian Sultan Agung melakukan penyerangan terhadap VOC sebaganyak dua kali yaitu tahun 1628 dan 1629. Upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung mengalami kegagalan dikarenakan berbagai faktor antara lain : (a) Munculnya penghianatan dari dalam pasukan Mataram, (b) Kekurangan bahan makanan akibat dibakar VOC, (c) Jarak Mataram dengan Batavia yang terlalu jauh, (d) Berjangkitnya penyakit Pes, (e) VOC menggunakan taktik perang Parit yang sukar ditembus oleh pasukan Mataram, dan (f) Persenjataan yang kalah modern
- Bagaimana pendapat dan penilaian kamu tentang pandangan bahwa Aru Palaka itu bukan merupakan pengkhianat tetapi justru merupakan tokoh pejuang dari Bone? “Aru Palaka dianggap sebagai pejuang yang menentang kekuasaan Sultan Hasanudin yang saat itu menguasai kerajaan Bone. Aru Palaka menjadi pahlawan dari Kerajaan Bone berupaya membebaskan diri dari “penjajahan” Kerajaan Gowa-Tallo. Hal ini salah satunya juga didasarkan pada kesukuan, Aru Palaka merupakan keturunan dari suku Bugis sedangkan penguasa kerjaan Gowa-Tallo merupakan dari suku Makassar. Salah satu cara yang ditempuh adalah bekerjasama dengan VOC. Taktik tersebut berhasil sehingga mampu mengalahkan Kerajaan Gowa Tallo. Berdasarkan Perjanjian Bongaya, Aru Palaka menjadi Raja Bone”.
- Apa, mengapa, dan bagaimana “Siasat Hadiah Sultan”, coba jelaskan! Jawab “siasat hadiah sultan” merupakan taktik perang yang dilakukan oleh Sultan Siak dalam menghadapi VOC. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada VOC. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang VOC di loji itu. Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”
- Coba lakukan telaah hal ihwal tentang surat izin bermukim atau “surat pas” bagi orang-orang Cina dan coba kaitkan dengan fenomena kehidupan masyarakat Indonesia sekarang! Jawab: “Surat Pas merupakan surat izin tinggal bagi penduduk Cina di Batavia. Adanya surat pas ini memiliki tujuan untuk membatasi kedatangan orang Cina di Batavia. Apabila tidak memiliki surat izin, maka akan ditangkap dan dibuang ke Sailon (Sri Langka) untuk dipekerjakan di kebun-kebun pala milik VOC atau akan dikembalikan ke Cina. Mereka diberi waktu enam bulan untuk mendapatkan surat izin tersebut. Biaya untuk mendapatkan surat izin itu yang resmi dua ringgit (Rds.2,-) per orang. Tetapi dalam pelaksanaannya untuk mendapatkan surat izin terjadi penyelewengan dengan membayar lebih mahal, tidak hanya dua ringgit. Akibatnya banyak yang tidak mampu memiliki surat izin tersebut. VOC bertindak tegas, orang-orang Cina yang tidak memiliki surat izin bermukim ditangkapi. Surat pas itu dizaman modern seperti saat ini seperti visa dan paspor bagi orang yang masuk Indonesia”.
- Coba jelaskan jalannya perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said, tunjukkan pula pembagian wilayah perlawanan antara kedua pasukan itu! Siapa De Clerq, bagaimana nasibnya! Jawab: “Perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said merupakan kelanjutan dari adanya perpecahan pada Kerajaan Mataram Islam. Pasca meninggalnya Sultan Agung Hanyokrokusumo, pengaruh VOC mulai masuk di istana. Sultan Amangkurat menjalin kerjasama dengan VOC. Melihat tindakan raja yang seperti itu kemudian memunculkan berbagai perlawanan antara lain peralawanan Trunojoyo dan Untung Suropati. Kedua pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, sehingga semakin menguat peranan VOC di kerajaan Mataram. Pada masa Pakubuwono II muncul kembali perlawanan yang dipimpin oleh Pengeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I) dan Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa/ Mangkunegara I). Pada tahun 1755, VOC berhasil membujuk Pangeran Mangkubumi untuk berdamai melalui Perjanjian Gianti yang isinya (a) Mataram Timur diberikan kepada Pakubuwono III dengan ibukota di Surakarta, (b) Mataram Barat diberikan kepada Mangkubumi dengan ibukota di Yogyakarta. Pada tahun 1757, Raden Mas Said juga berdamai dengan VOC dengan menandatangai Perjanjian Salatiga yang isinya: Mataram Timur sebagian kecil diserahkan kepada Raden Mas Said diangkat menjadi adipati dengan gelar Pangeran Mangkunegara I. Mayor de Clerx merupakan pimpinan yang terbunuh pada peperangan melawan pasukan Mangkubumi dan Raden Mas Said di tepi sungai Begowonto.