Pemberontakan pada masa RIS
|Republik Indonesia Serikat adalah sebuah hasil kesepatakan damai antara Indonesia dengan Belanda. Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), salah satu poinnya adalah Belanda mengakui kedaulatan negara Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Selain masalah Irian Barat yang ditunda satu tahun kemudian, terdapat masalah lain yakni bentuk negara kita berubah dari republic kesatuan menjadi bentuk serikat, RIS. Bentuk negara RIS kemudian menimbulkan pro dan kontra. Pada akhirnya, atas keinginan besar rakyat Indonesia, berhasil kembali pada bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950.
RIS adalah sebuah negara serikat yang mana Sukarno selaku presiden dan Hatta sebagai Perdana Menteri. Undang-undang yang digunakan adalah UUD RIS. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat menjadi tentara nasional. RIS adalah negara induk di dalamnya terdapat berbagai negara bagian seperti Negara Jawa Timur, Madura, Pasundan, Sumatera Timur, Sumateri Selatan, dan Negara Indonesia Timur. Selain itu juga terdapat beberapa daerah otonomi, yakni Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, Bangka, Belitung, dan Riau.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan resmi RIS dibubarkan, dan dibentuk Negara Republik Indonesia yang berbentuk kesatuan. Pembubaran RIS ini ternyata menimbulkan berbagai pemberontakan yang tidak menginginkan RIS untuk bubar, diantaranya pemberontakan APRA, Andi Azis dan RMS.
Angkatan Perang Ratu Adil adalah sebuah angkatan perang yang dipimpin oleh Raymond Westerling. Nama Ratu Adil dipakai supaya menarik simpati rakyat, dikarenakan ada ramalan bakal datang Ratu Adil yang membawa kehidupan negara yang makmur. Raymond Westerling dianggap sebagai ratu adilnya. Padahal sebelumnya Westerling melakukan pembantaian besar-besaran di Sulawesi. Alasan dari pemberontakan APRA adalah (1) Tuntutan agar semua bekas tentara Belanda ditetapkan sebagai tentara Negara bagian yang ditempati (Negara Pasundan), (2)Mengamankan kepentingan ekonomi kaum kolonialis Belanda di Indonesia, dan (3) menolak pembubaran enagra Pasundan.
Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA menyerang Kota Bandung. Pasukan APRA membantai terhadap setiap anggota TNI yang ditemuinya. Markas Siliwangi berhasil dikuasai. Dalam peristiwa ini Letkol Lembong tewas dalam menghadapi pasukan Westerling. Pemerintah pusat segera mengirimkan pasukan ke Bandung untuk menghentikan pembantaian yang dilakukan oleh APRA. Sementara itu dilakukan perundingan antara Drs. Muhammad Hatta dengan komisaris tinggi Belanda di Jakarta. Hasilnya Westerling didesak untuk meninggalkan kota Bandung. Karena semakin terdesak oleh pasukan APRIS dan rakyat, akhirnya pasukan APRA kemudian meninggalkan kota Bandung.
Selain di Negara Pasundan, di Negara Indonesia Timur juga muncul pemberontakan yang dipimpin oleh Andi Aziz. Penyebab dari pemberontakan Andi Aziz adalah (1) Menolak masuknya pasukan APRIS dari unsur TNI di Sulawesi Selatan, dan (2) Menolak pembubaran Negara Indonesia Timur. Pasukan Andi Azis berusaha menghalang-halangi masuknya TNI ke Makasar dengan menduduki sarana-sarana penting, seperti lapangan terbang, sarana telekomunikasi, pos militer, dan menawan Letkol A.J. Mokoginta.
Untuk mengatasi perlawanan Andi Azis, pemerintah pusat member instruksi agar dalam waktu 4×24 jam Andi Azis datang ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun intruksi tersebut tidak dihiraukan Andi Azis, sehingga pemerintah mengirimkan pasukan dibawah pimpinan Kolonel Alek Kawilarang untuk menumpas pemberontakan. Dengan ditangkapnya Andi Azis maka pemberontakan tersebut dapat diatasi.
Setelah gagal di Sulawesi Selatan, anggota pemberontakan Andi Azis kemudian berpindah ke Maluku. Sisa-sisa tentara Andi Azis menggabungkan diri dengan Christian Robert Steven Soumokil yang menolak pembentukan negara kesatuan republic Indonesia. Pada tanggal 25 April 1950, Dr Soumokil memproklamasikan berdirinya Negara Republik Maluku Selatan (RMS). Pendirian RMS merupakan ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat, sehingga pemerintah menyatakan Indonesia Timur dalam keadaan bahaya. Pemerintah pusat mengirim Dr. J. Leimana untuk menyelesaikan pemberontakan melalui jalan diplomasi dengan Soumokil namun mengalami gagal. Sehingga pemerintah mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang untuk melancarkan operasi militer. Pada peristiwa penumpasan, gugur perwira APRIS, salah satunya adalah Letkol Slamet Riyadhi.
RIS merupakan warisan dari colonial Belanda, yang tidak sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa ini. Oleh karena itu keberlangsungan dari RIS hanya sebentar yakni dari tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950.