Indonesia Tuan Rumah GNB
|KTT X Gerakan Non Blok diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 1–6 September 1992 ketua Presiden Soeharto. Isu yang muncul dalam KTT X Gerakan Non Blok di Jakarta, antara lain sebagai berikut: (1) Gerakan Non Blok tetap mendukung perjuangan Palestina yang rumusannya terdapat dalam Pesan Jakarta atau Jakarta Message. (2) Menyesalkan tindakan Amerika Serikat yang membantu Israel dalam pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Dan (3) Kegagalan memasukkan masalah sanksi PBB terhadap Irak dan Libia masih membuktikan lemahnya Gerakan Non Blok dalam mengatasi perbedaan pendapat di kalangan anggotanya.
Para pemimpin negara-negara anggota Gerakan Non Blok (GNB) mengakhiri KTT X dengan menelorkan sebuah ”Jakarta Massage“ (Pesan Jakarta). Berikut ini pokok-pokok penting dari Jakarta massage.
- Gerakan Non Blok telah membantu memperbaiki iklim politik internasional pada akhir Perang Dingin, dengan mempertahankan “validitas dan relevasi” Nonblok. Melalui dialog dan kerja sama, akan memproyeksikan gerakan sebagai sebuah semangat, komponen yang saling bergantung yang konstruktif dan sungguh-sungguh dari arus hubungan internasional.
- Dunia masih menghadapi hambatan-hambatan berbahaya untuk menyelaraskan seperti halnya konflik-konflik kekerasan, agresi, dan pencaplokan negara lain, perselisihan antaretnik, bentuk-bentuk baru rasisme, ketidaktoleransian agama dan nasionalisme yang diartikan secara sempit.
- Gerakan Non Blok akan membentuk sebuah kelompok untuk memainkan sebuah peran penting dalam membangkitkan kembali, reinstrukturisasi dan demokratisasi PBB. Para anggota mendesak agar kelima anggota tetap DK PBB membuang hak veto dan meraka mengatakan bahwa keanggotaan DK PBB harus didefinisikan kembali agar mencerminkan perubahan setelah berakhirnya Perang Dingin.
- Menyerukan perang terhadap keadaan di bawah perkembangan, kemiskinan dan kebodohan, dengan mengatakan bahwa mereka harus menghancurkan beban utang (luar negeri), proteksionisme, rendahnya harga-harga komoditas dan mengecilkan gangguan arus uang negara-negara miskin.
- Hal itu menimbulkan kecemasan tentang kegagalan untuk menyelesaikan perundingan perdagangan multilateral dan menyerukan negara-negara maju untuk menguatkan penyelesaian yang memuaskan putaran Uruguay.
- Untuk meningkatkan kerja sama Selatan–Selatan, GNB mendesak dilakukannya kerja sama yang kongkrit dan praktis dalam hal produksi makanan dan penduduk, perdagangan dan investasi untuk memahami rasa percaya diri secara bersama-sama.
- Pada bagian lain menganggap koordinasi atas upaya dan strategi dengan kelompok 77 (forum ekonomi negara-negara berkembang) mengenai kepentingan-kepentingan yang mendesak melalui komite koordinasi gabungan yang mantap.
- uga diserukan “Persekutuan-persekutuan Global yang baru dalam menyeimbangkan sumber keuangan untuk negara-negara miskin dan alih teknologi lingkungan lebih besar.”
- GNB juga menyatakan memberi dukungan yang pantang mundur kepada rakyat Palestina untuk berupaya menentukan nasib sendiri dan mengakhiri diskriminasi rasial di Afrika selatan.
- Tidak ada negara yang boleh menggunakan kekuatannya untuk memaksakan konsep-konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusia yang mereka anut kepada negara lain atau menerapkannya sebagai syarat (pemberian bantuan).
- GNB berjanji untuk tetap memegang teguh komitmen meraka dalam mengupayakan sebuah dunia yang bebas nuklir. Mereka juga menyatakan keprihatian yang dalam atas pemakaian dana secara besar-besaran untuk persenjataan, padahal dana tersebut mestinya bisa disalurkan untuk pembangunan.
Sumber
Sh. Musthofa, Suryandari, Tutik Mulyati. 2009. Sejarah 3 : Untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.