Seandainya…
|Siang itu aku duduk-duduk di sebuah Masjid, Yanindra. Bukan kok, bukan untuk berdiam diri di masjid pada akhir bulan Ramadhan, atau yang keren dengan sebutan iqtikaf. Bukan juga untuk menungguk takjil yang dibagikan saat berbuka puasa. Cuman duduk-duduk biasa, Yanindra. Udara yang begitu segar di pagi itu, terasa teduh di serambi masjid. Aku lihat beberapa orang juga ada di serambi masjid. Aku dari tadi juga sibuk ngobrol dengan bapak-bapak separuh baya yang tidak aku kenal siapa namanya. Malas ah kenalan dengan bapak-bapak, kalau dengan mbak-mbak gemes sih oke-oke saja. Heuheuheu
Dari cerita-cerita bapaknya, aku dapat mengambil kesimpulan, bahwa bapaknya itu adalah salah satu dari bagian orang-orang patah hati pasca Pilpres 2014.
Kenapa bisa berkesimpulan seperti itu???
Mudah saja kok, Yanindra. Gerombolan patah hati itu biasanya didominasi oleh para pegawai negeri, kelompok islam tertentu, dan partai tertentu. Itu adalah salah beberapa indikator dari gerombolan orang patah hati, meskipun indikator itu tidak mutlak seratus persen benar. Tapi kebanyakan pegawai negeri dan pegawai swasti, itu tidak suka kalau Mas Jokowi jadi presiden. Soalnya dulu, saat pemilu ada kabar bahwa kalau Mas Jokowi jadi nanti uang sertifikasi guru akan dicabut. Terus kalau yang jadi satunya, karyawan bakal enak, pegawai negari bakal enak. Aku nggak tahu enaknya sebelah mana, Yanindra. Soalnya aku hanya rakyat jelata.
Dari statement bapaknya tadi menggambarkan kebencian yang amat dalam dengan pemerintahan saat ini. Pemerintahan saat ini dikatakannya menjual negara ke negara asing, ingin menghidupkan lagi komunisme, dikuasai oleh orang-orang selain islam, dan berbagai statement buruk lainnya, Yanindra. seoalah-olah kebijakan dari Mas Jokowi tidak ada benarnya sama sekali bagi mereka. Kadang aku sampai miris, Yanindra. Orang-orang kok sampai sedemikan rupa tidak sukanya pada Mas Jokowi.
Mana mungkin mereka tidak sakit hati, lha wong hitungan secara matematis mereka dan hasil quick qount mereka, jelas bahwa pemenangnya adlah nomor satu. Dari hitung-hitungan partai pendukung, jelas pemenangnya nomor satu. Dilihat dari uang yang dimiliki, jelas yang berduit nomor satu. Lihat saja Mas Jokowi memelihara kodok, sedangkan calon satunya memelihara kuda. Bayangkan saja berapa harga kodok dan harga kuda, jelas jauh sekali perbedaan harganya. Mana mungkin meraka tidak patah hati, lha wong mereka sudah sangat girang dengan hasil quick qount mereka, sampai-sampai mereka melakukan sujud syukur.
Orang-orang yang sakit hati ini sulit sekali sembuhnya, Yanindra. Buktinya pemerintahan yang sudah berjalan selama kurang lebih 2 tahunan ini, gerombolan orang patah hati masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Aku paham kok bagaimana rasanya menjadi orang yang patah hati, soalnya aku pernah merasakannya Yanindra. Cintaku pada seorang perempuan pernah ditolak sebanyak 2x, sakit sekali Yanindra. Tapi aku nggak mau putus asa. Mungkin nanti tahun 2019, aku akan menembaknya lagi.
Kalau masalah sakit hati, kamu bisa lihat kasusnya Mbak Mega dengan Pak Beye, Yanindra. Mbak Mega merasa dikhiyanati oleh pak Beye pada tahun 2003-2004. Saat itu Mbak Mega dan Pak Beye sebenarnya satu tim yang sama dalam kabinet Gotong Royong, dimana Mbak Mega sebagai pemimpinnya sedangkan pak Beye menjadi pembantunya. Konflik antara Mbak Mega dan Pak Beye terjadi pada pemilu 2004, yang mana pak Beye saat itu keluar jadi pemenangnya. Betapa sakit hatinya Mbak Mega setelah itu. Lihat saja undangan dari Pak Beye untuk mengikuti upacara 17an, mbak Mega nggak pernah datang. Malah ada kelompok pendukung loyal dari mbak Mega yang tidak mengakui Pak Beye jadi presiden Indonesia. Mereka terlalu memuja berlebihan pada Mbak Mega, padahal itu nggak boleh oleh agama. Mungkin saat ini juga seperti itu, orang orang yang patah hati pada Pilpres 2014 juga tidak mengakui Mas Jokowi sebagai presiden, karena merak terlalu mendampakan calon yang satunya.
Sekarang ini muncul sekali kegaduhan politik di negeri ini. Para pejabat saling berebut kekuasaan dengan rakyat yang menjadi korbannya. Harga barang kebutuhan pokok naik, berulang kali terjadi kenaikan harga BBM, hingga harga daging sapi yang malah. Kalau dulu sih harga daging sapi mahal soalnya kan dikorupsi, tapi kalau kini harga daging sapi tinggi apa ada juga yang korupsi ya Yanindra???
Saat para sebagian pejabat korupsi, sebagian rakyat jelata melakukan tindakan asusila yang sangat keji. Para pejabat bisa memesan arti di prostitusi online, sedangkan rakyat jelata yang tidak punya apa-apa memperkosa anak kecil yang merupakan tetangganya. Pengguna narkoba merajalela dengan bukti banyaknya gembong narkoba yang ditembak mati. Sudah masuk penjara, masih bisa juga para gembong narkoba menjalankan bisnis haramnya. Hingga yang terbaru adanya vaksin palsu beredar di masyarakat.
Semua kesalahan itu ditujukan pada Pak Jokowi
Kasihan kan, Yanindra???
Terus bapak-bapak itu bilang, hanya pada zaman Jokowi saja 3 kapal Indonesia disandera oleh ekstrimis Abu Syayaf di Philipina. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Seandainya saja yang jadi presiden adalah calon satunya, meski hal itu tidak terjadinya. Soalnya kan dulu dalam salah satu visi misinya akan mendakan wajib militer. Mesti Indonesia akan tegas melawan Abu Syayaf dengan kekuatan militer. Mas Jokowi itu presiden yang lembek, soalnya dari kaum sipil. Jadi negara kita diinjak-injak oleh negara lain. Kita dipandang rendah oleh negara lain. Seadainya saja kalau calon presiden yang satunya yang jadi Indonesia mesti menjadi macan Asia yang ditakuti oleh banyak negara lain, soalnya dari militer dan tegas.
Cuman mengingatkan Yanindra, tegas itu tidaklah bringas.
Seandainya yang jadi presiden itu calon yang satunya,mesti tidak terjadi kegaduhan politik yang disebabkan oleh gerombolan orang-orang patah hati. Mesti partai pemenang pemilu akan dapat bagian menjadi ketua DPR dan perangkatnya. Tidak terjadi perpecahan beberapa partai politik. Mesti tidak ada rencana untuk mengadakan Pemilukada melalui DPRD. Mungkin tidak ada yang namanya kasus papa minta saham, atau yang terbaru dengan kasus papa minta fasilitas.
Itu seandainya kalau calon yang satunya terpilih
Boleh nggak Yanindra, kalau seandainya aku jadi pacarmu???
Heuheuheu