Lagi, lagi dan kemungkinan lagi

kelulusanSelama ini yang aku wanti-wanti terjadi lagi. Para siswa tingkat SMA yang hari ini pengumuman kelulusan merayakannya dengan tindakan seperti lulusan-lulusan tahun sebelumnya. Melakukan aksi corat-coret diri, hingga berkonvoi dengan menggunakan sepeda motor membuat gaduh dan macet dimana-mana. Aku tadi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkat anak SMA yang bersepeda motor berboncengan tiga di depanku, Yanindra. Mereka berjenis kelamin perempuan. Bayangkan saja satu motor dinaiki tiga orang anak-anak SMA yang seharusnya sudah gemesin.

Tapi faktanya tidak, Yanindra.

Mereka jauh dari kata gemesin, lebih cocoknya dibilang mereka itu gilanin.

Seharunya perayaan seperti itu ditiadakan, Yanindra. Budaya buruk harus dihapus digantikan dengan budaya lebih baik. Salut deh buat mereka, anak-anak SMA yang merayakan kelulusan dengan santun tanpa corat-coret, bersepeda ontel, membagikan nasi bungkus kepada orang yang lewat, itu kan lebih keren dan terutama itu lebih gemesin. Itu memperlihatkan kalau mereka benar-benar lulus dari ujian selama masa sekolah. Muncul generasi yang cerdas, berkarakter kuat dan beraklhak mulia.

Pendidikan harus menjadi pelita bagi cita-cita

Jargon itu kalau bisa hanya jangan menjadi jargon semata, melainkan diimplemantasi nyata pada kehidupan. Aku rasa pendidikan yang dilakukan selama ini belum begitu berhasil, Yanindra. Banyak sekali indikator yang dapat kita gunakan untuk memperkuat pendapat itu. Lihat saja lulusan dari kawah candrodimuko pendidikan, yang pinter nanti ujung ujungnya minteri, lihat buktinya para tersangka tindak korupsi. Mereka mungkin lulusan terbaik dari sekolah-sekolah, mereka bukanlah orang biasa-biasa saja waktu sekolah dulu. Ini seperti peribahasa nila setitik rusaklah susu sebelangga. Gara-gara beberapa oknum semata, kemudian rusaklah citra dari keseluruhan.

***

Anak-anak konvoi dengan kendaraan bermotor yang bikin bising suasana. Suara knalpot mereka itu memang dibuat sedemikian rupa agar suaranya keras terdengar dimana-mana

Berkendaraan motor tanpa memperhatikan pengguna jalan yang lain, seolah jalan milik mereka sendiri.

Cewek cowok bajunya dicorat-coret. Tidak sekadar baju belaka, kadang sampai wajah dan rambuatnya.

Dan masih banyak lagi budaya yang tidak baik masih dilestarikan hingga saat ini.

Dari tindakan yang mereka lakukan, tidak ada sisi positif dari pendidikan yang mereka tempuh selama tiga tahun yang barlalu.

***

Apakah guru mereka tidak melarang???

Aku yakin guru mereka melarang. Kalau kamu jadi guru mesti kamu nggak menginginkan anak didikmu berbuat seperti itu. Tapi mau apalagi, sebenarnya para guru sudah mewanti-wanti hal itu dengan berbagai cara seperti akan memberikan hukuman pada siswa yang mengikuti konvoi yang tidak baik itu, seperti mengundang para orang tua siswa yang mengambil surat kelulusan. Sekolah sebenarnya sudah melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi hal tersebut, Yanindra. Tapi kenyataannya, hal itu sulit dibendung.

Apakah orang tua mereka merestui apa yang mereka lakukan?

Aku yakin orang tua mereka tidak menginginkan anaknya seperti itu. Orang tua menyekolahkan anaknya, sebagain besar dengan tujuan agar anaknya menjadi anak yang pintar baik itu intelektual, emosional dan spiritual. Mungkin para orang tua zaman dahulunya ketika lulusan juga melakukan hal sama dengan generasi masa kini. Akan tetepi menurutku orang tua itu mesti tidak mendukung anaknya untuk melakukan apa yang mereka lakukan dimasa lalu.

itu hanya luapan emosi sementara mereka

Luapan untuk apa, Yanindra?

Luapan untuk siapa, Yanindra?

Laupan untuk bagaimana, Yanindra?

Ujian nasional kan sudah tidak menentukan kelulusan. Ekspresi berlebihan itu tidak baik, Tuhan tidak suka terhadap ciptaannya yang berlebihan.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *