Ujian nasional, riwayatmu kini
|Sebentar lagi akan ada pengumuman hasil ujian nasional (UN) buat anak-anak sekolah tingkat SMA, Yanindra. Sekarang ini, UN sudah nggak lagi gemesin bila dibandingkan dulu waktu aku masih imut-imut kayak marmut. Lihat foto di samping, itu waktu aku merayakan kelulusan SMA dulu, Yanindra, yakni pada tahun 2008, sudah lama sekali, kurang lebih sudah delapan tahun waktu yang dilalui semenjak hari itu. Baju yang aku pakai itu bukan baju ku sendiri, Yanindra. Melainkan baju dari salah satu temanku yang gemesin, cantik, pendiam dan juga pintar. Waktu itu dia tidak bisa datang ke tempat perayaan kelulusan, hanya bajunya saja yang mewakili kehadirannya. Dan satu kehormatan sendiri bagiku untuk memakainya. Heuheuheu
Ujian Nasional sekarang ini sudah nggak gemesin lagi.
Dulu, dulu sekali.
Delapan tahun yang lalu, beda dengan saat ini.
Ujian nasional menjadi momok tersendiri bagi anak-anak sebaya denganku, Yanindra. Kami mengikuti ujian nasional dibayangi dengan ketakutan yang sangat luar biasa. Seolah-olah hidup mati kami itu hanya ditentukan melalui ujian nasional ini yang berlangsung selama tiga hari dengan enam matapelajaran yang harus diujikan. Iya, Yanindra, itu menyangkut hajat hidup kami, banyak anak-anak yang stress gara-gara mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian nasional. Bahkan ada yang rela mengakhiri diri karena gagal dalam ujian nasional.
Memoriku tentang peristiwa delapan tahun yang lalu masih membekas jelas. Sebelum ujian nasional biasanya diadakan doa bersama agar selama ujian bisa berjalan dengan lancar dan hasil yang didapatkan memuaskan, yakni bisa lulus seratus persen. Ujian nasional mampu merubah kami menjadi anak-anak yang sangat baik untuk sementara waktu. Biasanya periodenya yaitu semenjak semester dua dimulai hingga pengumuman kelulusan.
Kami bersikap baik hanya selama kurang lebih 6 bulan, Yanindra.
Kami berubah drastis, dari yang awalnya tidak pernah sholat menjadi rajin sholat, yang awalnya tidak suka membantu orang tua menjadi suka membantu orang tua, yang awalnya tidak rajin berdoa menjadi rajin berdoa, yang biasanya tidak suka belajar menjadi suka belajar. Pokoknya kami berubah drastic gara-gara ujian nasional, meski perubahan itu bukan perubahan yang permanent. Kami berubah untuk sementara waktu demi bisa lulus ujian nasional, Yanindra.
Waktu pelaksanaan ujian nasional itu benar-benar gemesin, Yanindra. kami belajar hingga larut malam, sehingga pada waktu pagi mengikuti ujian nasional mata kami berkantong menandakan kami kurang tidur. Saat kami memasuki ruangan, tiba-tiba kami merasakan sesuatu yang sangat mendebarkan. Kami duduk pada kursi-kursi yang sudah disediakan. Kami duduk sendirian tidak ada teman satu meja yang biasanya menemani. Pengawan membagikan lembar soal dan lembar jawab. Kalau pengawasnya cantik dan gemesin itu menjadi anugrah tersendiri bagi kami mendapatkan sedikit pemandangan penenang. Tapi kalau yang mengawasi sudah guru-guru tua, itu menambah beban tersendiri bagi kami.
Berbagai cara kami tempuh, baik itu cara yang baik hingga cara yang buruk kami lakukan demi ujian nasional ini. Ada yang belajar tambahan dengan mengikuti les, ada yang belajar kelompok dengan teman-teman, ada yang membeli kunci jawaban, hingga masih ada orang-orang yang percaya dukun.
Iya Yanindra,
Zaman modern ini masih ada orang yang percaya dukun. Sebenarnya dukun itu kalau menurutku paling tidak bisa mengerjakan soal-soal. Tapi orang-orang pergi ke dukun itu membutuhkan penenang, Yanindra. Dukun punya hal itu.
Setelah ujian selesai, selang waktu untuk menunggu pengumuman itu kami gunakan untuk berbuat baik dan berdoa hingga sholat malam setiap hari. Kami memohon dan memanjatkan doa kepada Tuhan agar Tuhan merubah jawaban kami yang salah menjadi benar, sehingga membuat kami bisa lulus dari ujian nasional ini. Kami benar-benar menjadi manusia yang tiada cela. Kami menjadi manusia yang baik, meski hanya sementara.
Nah, waktu yang dinanti tiba, pengumuman keluluasan yang bisa berujung dengan bahagia maupun duka. Hanya ada dua pilihan Yanindra, kalau lulus bahagia, kalau tidak lulus berarti duka. Hari itu hari yang paling kami takutkan, mungkin lebih menakutkan dibandingkan hari kiamat sekalipun. Ini merupakan kiamat bagi kami, Yanindra, kalau lulus ya kami masuk surge, kalau tidak lulus ya berarti kami masuk neraka. Benar-benar hari dimana hidup kami dipertaruhkan, belajar selama tiga tahun hanya diselesaikan dalam waktu tiga hari saja.
Alhamdulilah
Aku lulus Yanindra, meski dengan hasil yang tidak terlalu memuaskan
Namun aku sudah bersyukur kepada Tuhan dengan banyaknya nikmat yang telah diberikan, salah satunya adalah lulus ujian nasional.
Banyak orang yang melampiaskan kelulusan itu dengan cara-cara mereka sendiri, Yanindra. paling dominan dimana saja biasanya anak-anak sekolah mencoret-coret baju, wajah hingga rambut dengan warna-warni cat pewarna. Mereka melakukan pawai ke jalan-jalan sehingga membuat macet keadaaan. Bunyi knalpot yang meraung-raung memecahkan gendang telinga. Anak-anak sekolah yang baik selama enam bulan, kembali lagi ke kodrat awalnya.
Maaf pak presiden, dulu kami belum mengetahui revolusi mental.
Semoga perayaan tahun ini beda dengan waktu-waktu yang lalu
Ngomong-ngomong kalau kamu lulus ujian nasional, apa kamu masih juga gemesin, Yanindra???