Teori Revolusi
|Kata Revolusi sangat akrab ditelinga, ada Revolusi Industri, Revolusi Amerika, Revolusi Perancis, Revolusi Indonesia hingga yang terbaru adalah Revolusi Mental. Revolusi merupakan sebuah perubahan dengan cara cepat. Revolusi merupakan wujud perubahan sosial yang paling spektakuler; sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis; pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia” (Sztompka, 2004 : 357).
Menurut Sztompka (2004 : 357) revolusi mempunyai lima perbedaan dengan bentuk perubahan sosial yang lain. Perbedaan tersebut adalah :
- Revolusi menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas; menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat : ekonomi, politik, budaya organisasi sosial, kehidupan sehari-hari, dan kepribadian manusia.
- Dalam semua bidang tersebut, perubahannya radikal, fundamental, menyentuh inti bangunan dan fungsi sosial.
- Perubahan yang terjadi sangat cepat, tiba-tiba seperti ledakan dinamit di tengah aliran lambat proses historis.
- Revolusi merupakan “pertunjukan” paling menonjol; waktunya luar biasa cepat dan oleh karena itu, sangat mudah diingat.
- Revolusi membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan, kegirangan, kegembiraan, optimisme dan harapan; perasaan hebat dan perkasa; keriangan aktivisme dan menanggapi kembali makna kehidupan; melambungkan aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan.
Konsep modern mengenai revolusi berasal dari dua tradisi intelektual, yaitu pandangan sejarah dan pandangan sosiologis. Berdasarkan konsepsi sejarah, revolusi mempunyai ciri sebagai suatu penyimpangan yang radikal dari suatu kesinambungan, penghancuran hal yang fundamental (mendasar) serta kejadian yang menggemparkan dalam periode sejarah. Konsep revolusi secara sosiologis menunjuk pada gerakan massa yang menggunakan paksaan dan kekerasan melawan penguasa dan melakukan perubahan dalam masyarakat (Sztompka, 2004 : 358).
Revolusi yang menekankan pada kekerasan dan perjuangan, serta kecepatan perubahan, memfokuskan pada teknik perubahan. Dalam hal ini, revolusi merupakan antonim dari evolusi. Beberapa definisi yang tercakup dalam kelompok ini antara lain: 1) Menurut Johnson, revolusi dimaknai sebagai upaya-upaya untuk merealisasikan perubahan dalam konstitusi masyarakat dengan kekuatan, 2) Menurut Gurr, revolusi merupakan perubahan yang fundamental (dalam aspek) sosio-politk melalui kekerasan, 3) Menurut Brinton, revolusi merupakan pergantian yang drastis dan tiba- tiba satu kelompok oleh kelompok lain dalam pelaksanaan pemerintahan.
Revolusi merupakan suatu wujud perubahan yang terjadi secara besar-besaran. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dilakukan dengan kekerasan atau tanpa kekerasan. Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat. Revolusi dipahami sebagai kondisi dan keadan bagaimana konflik antar elit atau kelas frustasi. Kondisi ini yang disebut revolusi dan transformasi social.
Revolusi dapat diartikan sebagai lawan dari pembaruan, perhatian utamanya adalah pada proses transformasi fundamental masyarakat. Selain itu, revolusi dapat dimaknai sebagai lawan dari evolusi, dan yang terakhir dapat dilihat dari tekanan revolusi yaitu pada penggunaan kekerasan, perjuangan dan kecepatan perubahan yang terjadi (Eisenstadt, 1987 : 49). Sztompka (1994 : 61-63) mengemukakan revolusi dapat berupa peperangan dan pemberontakan, namun tidak berarti revolusi adalah pemberontakan dan peperangan.
Revolusi selalu memiliki tujuan fundamental untuk menumbangkan kekuasaan masyarakat atau susunan kekuasaan yang berkuasa, sedangkan semua jenis gangguan keamanan seperti kerusuhan atau pemberontakan hanya merupakan bentuk perlawanan kepada penguasa yang bertujuan menggeser atau mengambil alih kedudukan mereka. Revolusi membawa dampak pada perubahan melalui kekerasan terhadap rezim politik yang ada. Perubahan dilakukan melalui penggantian elit politik atau kelas yang berkuasa. Perubahan secara mendasar pada berbagai bidang kelembagaan yang ada. Hubungan dengan sistem lama seolah-olah diputuskan secara radikal. Revolusi juga membawa pengaruh pada bangkitnya kekuasaan ideologis dan orientasi kebangkitan mengenai gambaran revolusioner. Hal ini menggambarkan bahwa revolusi tidak hanya membawa transformasi kelembagaan, melainkan juga perubahan terhadap sistem pendidikan dan moral sehingga mewujudkan “manusia baru”.