Perang Korea
|Perang Korea , dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut “perang yang dimandatkan” antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni SovietPeserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya. Sekutu Korea Utara termasuk Republik Rakyat Tiongkok, yang menyediakan kekuatan militer, dan Uni Soviet yang menyediakan penasehat perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan China dan Korea Utara.
Korea dibagi menjadi dua sebenarnya adalah salah satu isi dari perjanjian Postdam1945 yang berbunyi membagi Korea menjadi dua dibagian batas wilayah 380 LU. Pembagian wilayah Korea menjadi dua ini digunakan Amerika Serikat dan Uni Sovyet untuk membagi wilayah tawanan Jepang di Korea yang mana ditentukan bahwa pasukan Jepang yang berada di wilayah utara garis 380 LU diserahkan kepada Amerika Serikat sedangkan yang berada di wilayah selatan garis 380 LU diserahkan kepada Uni Sovyet. Korea Utara dipimpin oleh Kim Il Sung sedangkan Korea Selatan dipimpin oleh Syngman Rhee.
Pada bulan Desember 1948, Sidang Umum PBB mengesahkan tentang laporan hasil pemilihan di Korea Selatan. Sidang menyatakan bahwa Korea Selatan adalah satu-satunya pemerintahan yang sah. Adanya keputusan tersebut membuat Korea Utara makin membenci Korea Selatan dan Amerika Serikat. Korea Utara merasa haknya tidak diakui oleh PBB dan akhirnya Korea memutuskan jalan perang perang agar mendapatkan haknya. Pada Juni 1950, Korea Utara menginvasi Korea Selatan untuk merebut ibu kota Seoul. Seoul jatuh ke tangan Korea Utara (akhir juni 1950), Presiden Truman kemudian memerintahkan Mc Arthur yang mengepalai US Army di Jepang untuk membantu Korea. Amerika mengirim bantuan ke Korea Selatan dan menyatakan Korea Utara telah bertindak sebagai Agressor.
Republik Rakyat Tiongkok baru terlibat secara langsung dalam perang ini pada Oktober 1950. Alasan utamanya ialah pemerintah Beijing kuatir bahwa pasukan Amerika Serikat akan mempergunakan kesempatan menduduki Korea Utara untuk kemudian menyerang provinsi-provinsi di timur laut Tiongkok. Di samping itu, faktor lainnya adalah dukungan Stalin kepada RRC untuk terlibat dalam perang ini.
Untuk mencegah meluasnya perang pada tanggal 23 Juni 1951, maka Sekertaris Jendral PBB Trygve Lie memutuskan untuk segera megadakan perundingan dan pihak Utara menyetujui dan megirimkan wakilnya .
Perundingan Kaesong ( 10 Juli-22 Agustus 1951)
Penentuan Kaesong sebagai tempat perundingan, sebenarnya merupakan strategi RRC untuk meghambat gerakan PBB di Kaesong. Kaesog merupakan wilayah strategis dalam menentukan kemenangan garis 380 LU.
Hasil perundingan Kaesong adalah sebagai berikut:
- Penerimaan agenda perundingan
- Penentuan garis demarkasi militer antara kedua belah pihak guna membentuk daerah bebas militer sebagai prasyarat untuk menghentikan permusuhan
- Usul kepada pemerintah-pemerintah yang bersangkutan untuk meyelesaikan masalah Korea dalam tahap-tahap berikutnya.
Pihak utara mengusulkan :
- Garis demarkasi militer adalah garis parallel 380 LU
- Kedua belah pihak mundur sejauh 10km dari garis parallel untuk membuat daerah bebas militer. Namu pihak Selatan tidak menyetujuinya.
Dengan adanya hal ini maka perundingan II dinyatakan gagal karena adanya ketidak sepakatan tentang garis demarkasi.
Perundingan di Panmunyom, 25 Oktober-27 Juni 1953
Dalam perundingan ini masih merundingkan masalah garis demarkasi. Dari pihak utara mengusulkan garis demarkasi selebar dua mil dijadikan daerah bebas militer dan akhirnya melalui beberapa pembicaraan akhirnya pihak selata meyetujui. Kemudian masalah gencatan senjata, melalui beberapa pembicaraan antara kedua belah pihak sepakat untuk mewujudkan perdamaian. Persetujuan damai ditandatangani pada tanggal 27 Juli 1953 oleh Letjen William K. Harrison( ketua delegasi Komado PBB) dan Jendral Nam II (ketua delegasi Korea Utara). Dengan demikia perang berakhir.