Tak bicara
|Akhirnya kamu balas juga sms dari ku, Yanindra. Setelah sekian lama sms yang ku kirim tidak terbalas. Setelah sekian ratusan sms yang meluncur dari ponselku. Setelah sekian lama aku menunggu, akhirnya smsku dibalas juga. Tepat pada hari kedelapan kamu akhirnya luluh dengan perjuanganku. Entah berapa ratus sms yang aku kirim padamu, namun yang aku ingat dalam sehari itu aku pernah kirim sms sebanyak seratus buah sms. Seratus, coba bayangkan Yanindra, seberapa banyak itu. Akhirnya tepat pada hari kedelapan, smsku kamu balas. Angka delapan itu angka kesempurnaan, karena tidak ada putusnya.
Oh ya maaf, Yanindra, lupa belum aku ucapkan terimakasih kepadamu, soalnya kamu sudah mau membalas smsku. Makasih Yanindra, semoga amalmu ini dicatat oleh para Malaikat sebagai pahala yang besar. Kalau amal yang itu beda, Yanindra. Itu nama dedek gemes yang ku jumpai saat pelantikan Bapak Presiden. Kalau dilihat dari senyumnya, ia nggak suka dengan terpilihnya Bapak Presiden. Tapi tetap saja aku ucapkan terima kasih, karena sudah lama aku menunggu momen-momen seperti ini.
Tepat pada hari kedalapan yang merupakan lambang kesempurnaan kau balas smsku, Yanindra. Padahal beberapa hari yang lalu aku muring-muring. Kondisi seperti ini membuatku tidak nyaman. Rasanya dalam hidup ada yang kurang kalau-kalau smsku tidak terbalas. Makan nggak enak tidurpun nggak nyenyak, Yanindra. Bahkan aku bersumpah andaikan kamu tidak membalas smsku yang kemarin, akan ku datangi rumahmu. Meski aku belum tahu di mana rumahmu, Yanindra. Hohoho
Itu menandakan bulatnya tekadku untuk bisa mendapatkan jawaban darimu. Bulat itu juga tidak mengenai lutus seperti angka delapan, Yanindra. Bulat itu membentuk nol atau kosong, padahal sebenarnya dalam kosong itu ada berisi.
Tapi kenapa kok tiba-tiba smsmu terasa dingin padaku, Yanindra. Kamu membalasnya cuman sepatah dua patah kata. Kalau aku bertanya kepada kemudian kamu jawab dan mengajukan pertanyaan yang sama kepadaku. Sudah tidak ada sms-sms seperti yang dulu, sms yang musti selalu diakhiri dengan wuakakaka, hohoho, atau hahaha, entah bagaimana caramu tertawa. Tapi saat kamu tersenyum saja semua orang akan terpesona. Kecantikanmu hampir sama dengan kecantikan Andromeda, Yanindra. Tatapanmu itu juga mematikan seperti tatapan dari Medusa. Benar-benar mengerikan, membuat hatiku dulu klepek-klepek sebelum kamu dimiliki oleh Dia.
Sikapmu terasa dingin kepadaku,Yanindra. Aku bisa merasakan dari setiap smsmu yang masuk di hpku. Aku itu perasa, Yanindra, meski terkadang tidak aku ungkapkan. Aku tahu ada sesuatu yang aneh pada dirimu, aku seolah-olah tidak mengenal dirimu lagi. Sudah tidak bisa kutemui, Yanindra seperti yang dulu. Yanindra yang berjalan secara anggun, yang dengan barbalutkan celana jeans menambah keseksianmu. Sudah tidak lagi ku jumpai lagi, Yanindra dengan parfum kasmu, parfum yang membuatku malamku selalu terbayang-bayang padamu. Sudah tidak aku jumpai lagi, Yanindra yang suka menggoda kejombloanku. Sudah sangat berbeda, sekarang kamu pendiam dan tertutup.
Kok seolah-olah kita perang dingin, ya Yanindra. Cold war itu adalah perang ideology antara dua negara adidaya saat itu. Ketika berakhirnya Perang Dunia II, negara-negara di dunia terkristalisasi menjadi dua kubu alias blog. Antara komunis yang dipimpin oleh Uni Soveit dan Liberalis yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Pada saat itu dunia terpecah-pecah, Yanindra, dua negara adikuasa itu menerapkan proxy war, pecah belah. Kita pasti pernah mendengar yang namanya Jerman Timur dan Jerman Barat, Korea Utara dan Korea Selatan, dan ada Vietnam Utara sama Vietnam Selatan. Kalau negara kita memilih untuk tidak masuk dalam salah satu blok. Maka negara kita mempelopiri berdirinya gerakan non-blok. Ya seperti paham jomblo yang ku anut selama ini, Yanindra. Bebas-Aktif
Kalau diibaratkan aku itu Uni Soviet dan kamu Amerika Serikat. Aku miskin dan kamu kaya, aku tertutup kamu terbuka, aku galak kamu lembut, aku bringas kamu santun. Aku bodoh dan kamu pintar. Pokoknya kita itu kebalikan, Yanindra. Bukankah itu menandakan adanya kesempurnaan apabila kita saling melengkapi, Yanindra. Bukan itu memang sudah dikodratkan Tuhan yang maha esa. Dunia seperti itu ada yang salah dan benar, ada hitam dan ada putih. Semua saling melengkapi. Dan pada akhirnya, Uni Soviet hancur terpecah belah, Yanindra.
Terkadang aku sampai penasaran, Yanindra. Kenapa sikapmu bisa berubah sedrastis itu. Padahal dulu senyummu hangat, tapi sekarang senyum itu terasa dingin, Perubahan yang mendadak itu membuatku bertanya-tanya. Aku harus bertanya kepada siapa Yanindra, apakah aku harus bertanya Tuhan seperti yang dilakukan oleh Moses. Atau aku harus bertanya kepada goggle yang katanya sungguh pintar luar biasa, Yanindra. Tapi kini aku sadar memang seperti itu, dunia mesti berputar dan dunia tidak ada yang abadi.
Aku ucapkan banyak terima kasih kepada mu, Yanindra. buat apa???
Ya buat ini, buat pesan singkatmu yang membalas sms-smsku yang kemarin-kemarin. Tapi ya namanya manusia pasti selalu kekurangan dan pasti ingin mendapatkan lebih. Aku sebenarya ingin tahu kenapa kamu bisa berubah seperti itu. Aku ingin jawaban jujur yang keluar dari hatimu, Yanindra. Soalnya aku tahu kalau bibirmu lagi sariawan jadi sulit untukmu berbicara.
Maaf Yanindra