Dipermainkan

dipermainkanJangan merasa kamu sendiri yang dipermainkan, Yanindra. Sebagian besar rakyat di negeri ini sudah acap kali dipermainkan. Jadi kamu nggak usah berkecil hati kalau kamu sering diberikan harapan palsu oleh seorang cowok. Pejabat di negeri ini sudah sangat lihai dalam memberikan harapan palsu kepada rakyat. Saat harapan melambung tinggi, mereka pelan-pelan menghilangkan kepercayaan itu, Yanindra. Rakyat mulai takut untuk berharap, meraka takut untuk kesekian kalinya akan dipermainkan.

Sebenarnya nggak cuman kamu yang dipermainkan, Yanindra

Tetanggaku itu malah sudah dipermainkan dari dulu hingga kini dan mungkin hingga masa yang akan datang.

Sebagian besar penduduk di desa ku itu bermata pencahatian sebagai petani, atau lebih bawah lagi yakni buruh tani soalnya mereka tidak memiliki lahan. Para petani kecil kerap sekali dipermainkan, Yanindra. Wong namanya saja wong cilik, mesti hanya sebagai keset bagi orang-orang besar. Kemiskinan yang menjerat kami itu sulit dirubah. Kami selalu mengunggu datangnya pemimpin yang mampu membantu kami merubah nasib ini, Yanindra. Tapi hal itu sulit sekali terwujudkan. Dari orde lama, orde baru, hingga orde paling baru, harapan tinggallah harapan. Hidup kami ya seperti-seperti itu terus, Yanindra.

Setiap pemilu, mesti para calon pejabat datang berbondong-bondong ke desaku. Mereka memberikan bantuan ini itu dengan harapan suara kami untuk mereka. Kaos, beras, uang hingga alat pertanian mereka gelontorkan untuk membeli suara kami. Ada yang memberikan kupon berupa undian sepeda motor. Kami menyimpan kupon itu dengan sangat hati hati. Kami masukkan kupon itu dalam lemari dan dompet kami dengan harapan tidak akan hilang. Dikemudian hari nati, jika calon pejabat yang memberikan kupon itu terpilih, maka kupon itu akan diundi.

Kami itu masih bodoh, Yanindra

Mana mungkin kami tidak bodoh, pendidikan kami terbatas.

Kami itu mudah ditipu, Yanindra

Mana mungkin kami tidak tertipu, secara ekonomi kami kurang mampu.

Tapi ya itu namanya Pilkada, Yanindra. Bedanya Pilkada sama Pilkabe ya seperti itu. Pilkabe itu kalau lupa jadi, sedangkan Pilkada kalau jadi lupa. Para pejabat yang dulu berbondong-bondong ke desa ku seakan amnesia, Yanindra. Dulu mereka sering berulang kali berkunjung di desa ku. Setidaknya kalau dijalan berjumpa dengan penduduk desa, mereka akan menyapa dengan senyum manisnya. Kalau sudah jadi, boro-boro seperti itu. Mereka menutup rapat kaca mobil.

Kalau kamu nanti pejabat, jadilah pejabat yang merakyat, Yanindra.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *